SMK NEGERI 1 GUNUNG TULEH Jl. Simpang Tigo Alin, Kec. Gunung
Tuleh Email : smkn1.gunungtuleh17@gmail.com
|
|
|
|
|
XI |
|
KATA
PENGANTAR
Modul ini dirancang untuk memperkuat
kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh.
Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata
pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar kelompok
pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata pelajaran
dirancang mengikuti rumusan tersebut.
Modul pembelajaran ini berisi materi
pembelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan, keterapilan dalam
menyajikan pengetahuan yang dikuasai secara kongkrit dan abstrak, dan sikap
sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah alam semesta yang dikaruniakan
kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab. Modul ini menjabarkan
usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang
diharuskan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum, siswa
diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang
luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting dan harus dapat memperkayanya
dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang
bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Modul
ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saya
mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan
dan penyempurnaan. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih.
Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan
dalam rangka mempersiapkan generasi SMK BISA.....
Penulis,
Rasyid
Fatahillah Harahap
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR
ISI................................................................................................................ 3
DAFTAR
TABEL........................................................................................................ 4
GLOSARIUM....................................................................................................... ...... 5
I. Pendahuluan................................................................................................
6
A. Deskripsi.................................................................................................... ...... 7
B. Petunjuk Penggunaan Modul................................................................ ...... 7
C. Tujuan Akhir Pembelajaran.................................................................... ...... 7
E. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar............................................... ...... 8
F. Cek Kemampuan Awal................................................................................... 8
II. PEMBELAJARAN................................................................................................ 9
Kegiatan Pembelajaran 1....................................................................................... 9
Menerapkan
Pemanenan Telur ............................................................................ 9
A.
Deskripsi ............................................................................................................... 9
B. Kegiatan Belajar................................................................................................... 9 1.Tujuan Pembelajaran............................................................................................................9
.... 2.
Uraian Materi.................................................................................................. 10
.... 3.
Refleksi............................................................................................................ 19
.... 4.
Tugas. ............................................................................................................. 20
.... 5.
Tes Formatif ................................................................................................... 20
C. Penilaian............................................................................................................. 20
III. PEMBELAJARAN............................................................................................. 23
Kegiatan Pembelajaran 2.................................................................................... 23
A. Deskripsi ........................................................................................................ 23
B. Petunjuk Penggunaan Modul................................................................ .... 23
C. Tujuan Akhir Pembelajaran.................................................................... .... 23
D. Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar............................................... .... 24
F. Cek Kemampuan Awal................................................................................. 24
Menganalisis Program molting.......................................................................... 25
A. Deskripsi ............................................................................................................. 25
B. Kegiatan Belajar................................................................................................. 25 1.Tujuan Pembelajaran......................................................................................... 25
.... 2.
Uraian Materi.................................................................................................. 25
.... 3.
Refleksi............................................................................................................ 39
.... 4.
Tugas. ............................................................................................................. 40
.... 5.
Tes Formatif ................................................................................................... 40
C. Penilaian............................................................................................................. 40
Daftar Tabel
Halaman
1.
Kandungan
nutrisi pakan limbah pertanian............................................ 12
2.
Stanandar pakan masa laktasi................................................................14
3.
Contoh Formula Konsentrat Kualitas Baik...............................................15
4.
Konsentrat Sederhana (Kualitas Sedang)...............................................15
GLOSARIUM
Antiseptika Antiseptik atau germisida adalah
senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada permukaan kulit dan membran
mukosa.
Bakteriostatik Bakteriostatik adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan suatu zat yang menghentikan pertumbuhan bakteri
(seperti antibiotik).
Chopper Mesin memotong/ mencacah
rumput
Desinfektan Bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
oleh jasad renik atau obat untuk
membasmi
kuman penyakit. Pengertian lain disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat
toksik dan memiliki kemampuan membunuh mikroorganisme.
Mikroorganisme Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme
yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.[1]
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.[1] Mikroorganisme seringkali
bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler.
I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan
suatu usaha produksi peternakan bergantung kepada faktor genetik, budidaya dan
juga pakan, diantaranya meliputi kemampuan teknis peternakan, yang terdiri dari
peningkatan kemempuan tatalaksana produksi, tatalaksana pemberian pakan dan
tatalaksanapemeliharaan sehari-hari bagi peternak yang mutlak harus dimiliki.
Salah satu penyebab kerugian suatu usaha peternakan sapi perah diakibatkan
belum dilaksanakannya tatalaksana yang baik dalam usaha sub sektor peternakan
tersebut, sehingga berpengaruh lebih lanjut terhadap aspek-aspek lainnya,
terutama dapat menghambat peningkatan produksi susu. Sebagia peternak,
kenyataannya belum melaksanakan tatalaksana peternakan yang baik atau belum
sesuai dengan harapan dalam menjalankan usaha peternaknnya. (Suherman, 2010).
Penyediaan hijauan yang cukup
dan berkualitas tinggi merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan
suatu usaha peternakan. Pakan yang sempurna mengandung protein, karbohidrat,
lemak, air, vitamin dan mineral. Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya
peternakan sapi perah adalah pemberian pakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian pakan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan jenis
pakan apa yang tepat diberikan untuk sapi perah. Jenis pakan yang diberikan
untuk sapi perah adalah hijauan dan konsentrat. Pakan yang diberikan
disesuaikan dengan kelompok umur. Jenis jenis pakan ternak yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi diantaranya rumput, legum, onggok, dedak,
shorgum, merupakan sumber energi yang dibutuhkan ternak. Sumber protein
meliputi legum, limbah hasil pertanian (bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas
tahu). Pemenuhan sumber energi bagi ternak dapat menggunakan garam dapur,
kapur, tepung tulang dan mineral mix, sedangkan sebagai sumber vitamin dapat
menggunakan jagung kuning, hijauan segar (rumput dan legum),. Hal yang harus
diperhatikan ketika memberikan pakan disesuaikan dengan kondisi dan umur
ternak.
A. DESKRIPSI
Modul
agribisnis ternak unggas ini mempelajari kompetensi agribisnis ternak unggas
petelur. Modul bahan ajar siswa ini, akan mempelajari tentang bagaimana
peternak/Siswa mempelajari dan menyelesaikan bagaimana cara Menerapkan pemanenan telur dan
penenganan telur hasil produksi peternakan yang baik.
B.
PETUNJUK
PENGGUNAAN MODUL
1.
Bacalah dan
pahamilah modul pembelajaran ini secara berurutan dari halaman glosarium sampai
penilaian kompetesi dan fahami benar isi dari setiap kompetensi dasar.
2.
Setelah
ananda mengisi check kemampuan Awal, ananda termasuk kategori orang yang
perlu mempelajari modul pembelajaran ini ? Apabila ananda menjawab YA, maka
pelajari modul pembelajaran ini.
3.
Untuk
memperdalam ilmu pengetauan, keterampilan dan ananda dalam menguasai kompetensi
ini, maka modul pembelajaranini perlu dikombinasikan dengan sumber belajar
lainnya. Bila ada yang kurang jelas tanyakan pada guru pembimbing PKL ananda
4.
Laksanakan
semua tugas-tugas/lembar kerja, lembar soal dan lembar penilaian yang ada dalam
modul pembelajaran ini agar kompetensi ananda berkembang.
5.
Lakukan
kegiatan belajar mulai dari kompetensi dasar ke 1, ke 2 secara berurutan.
6.
Setiap
mempelajari satu kompetensi dasar, ananda harus mulai dari menguasai
pengetahuan pendukung (uraian materi), melaksanakan tugas-tugas, mengerjakan
lembar kerja , lembar soal dan lembar penilaiannya.
7.
Dalam
mengerjakan lembar soal, ananda jangan melihat kunci Jawaban terlebih dahulu,
sebelum ananda menyelesaikan lembar soal
C.
TUJUAN
AKHIR PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul pembelajaranini,
dengan disediakan alat dan bahan serta sarana pendukung lainnya diharapkan
siswa dapat :
1.
Menerapkan pemanenan telur
2.
Melakukan pemanenan telur
D.
KOMPETENSI
INTI DAN KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
INTI |
KOMPETENSI
DASAR |
1.
Memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. |
3.10. Menerapkan pemanenan telur 3.11. Menganalisis program molting |
2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah. |
4.10. Melakukan
pemanenan telur 4.11.
Menganalisis
program molting |
E.
CEK
KEMAMPUAN AWAL
Berilah
tananda “√” pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan jawaban ananda! |
Ya |
Tidak |
1.
Apakah ananda
mampu mempersiapkan Dan menerapkan pemanenan telur
dengan baik dan benar? |
Ya |
Tidak |
2.
Apakah ananda
mampu mempersiapkan Dan
melakukan pemanenan telur dengan
baik dan benar? |
Ya |
Tidak |
Apabila ananda menjawab “
TIDAK ” pada salah satu pertanyaan di atas pelajarilah modul, tetapi
apabila ananda menjawab “ YA ” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan dengan
menjawab penilaian pada unit modul.
Kegiatan
Pembelajaran 1
Mempersiapkan konsep tentang Melakukan pemenenan telur. 85 jp (17
kali tatap muka @5jam) Waktu : 17 x 5JP ( @. 45 Menit).
Kompetensi |
Jam |
Teori |
Praktek |
Melakukan pemenenan telur (60 jam) @5 jam @ 17 x tatap muka |
|||
a. Pemenenan
Telur |
1 |
||
b. Pengambilan
telur dikandang |
2 |
||
c. Seleksi telur tetas
|
3 |
||
d. Warna
dan bentuk telur |
4 |
||
e. Ukuran dan bobot telur tetas |
5 |
||
f. Bentuk telur tetas |
6 |
||
g. Kualitas Kerabang atau Kulit telur
|
7 |
||
h. Bentuk dan kerabang
yang tidak baik untuk telur tetas |
8 |
||
i. Kualitas bagian dalam (interior) |
9 |
||
j. Penanganan Telur Tetas |
10 |
||
k. Penyimpanan
Telur Tetas |
11 |
||
l. Telur konsumsi
|
12 |
||
m. Kuwalitas telur |
13 |
A.
DESKRIPSI
Unit
ini mencakup beberapa kegiatan yaitu : Menerapkan pemanenan telur. Serta
mempersiapkan alat dan bahan praktek maupun teori.
B.
KEGIATAN
BELAJAR
1.
TUJUAN
PEMBELARAN
Setelah mempelajari modul pembelajaran
ini, siswa mampu Mempersiapkan konsep Menerapkan pemanenan telur dan Menganalisis program
molting.
Serta mempersiapkan alat dan bahan praktek maupun teori.
2.
URAIAN
MATERI
Keberhasilan
dalam agribisnis ternak unggas petelur salah satunya ditentukan dengan budidaya
yang baik. Persyaratan secara teknis, yang meliputi tentang :
a. Pemenenan
Telur
b. Pengambilan
telur dikandang
c.
Seleksi telur tetas
d.
Warna dan bentuk telur
e. Ukuran dan
bobot telur tetas
f.
Bentuk telur tetas
g. Kualitas
Kerabang atau Kulit telur
h. Bentuk dan kerabang yang tidak baik untuk
telur tetas
i.
Kualitas bagian dalam (interior)
j.
Penanganan
Telur Tetas
k.
Penyimpanan Telur Tetas
l.
Telur konsumsi
m. Kuwalitas
telur
n.
Struktur Telur Ayam
o. Sistem
Reproduksi Ayam Betina
p.
Proses
Pembentukan Telur Ayam
q. Pembukuan
MENGAMATI: Carilah data dan informasi a. Mempersiapkan bahan pemanenan
telur dan peralatan dalam agribisnis ternak unggas petelur yang ada di
dunia industri lingkungan sekitar sekolah. b. Pelajari uraian materi berikut ini:
Gambar 1. Kandang ayam petelur
A.
Pemanenan Telur
Panen ayam petelur adalah masa dimana
ayam petelur yang dipelihara dapat dipanen karena telah menghasilkan hasil
panen berupa telur, pembudidaya disarankan melakukan pekerjaan memanen telur
ini selama 3 kali sehari agar telur dapat terhindar dari kerusakan yang
disebabkan oleh virus. pengambilan pertama pada pukul antara 10.00-11.00.
Pengambilan kedua dilakukan pada pukul antara 13.00-14.00, dan pengambilan
ketiga dilakukan pada pukul 15.00-16.00. Pada pengambilan ketiga ini, dilakukan
juga pengecekan kandang sehingga kondisi kandang dapat dipantau.
Selain hasil utama yang berupa telur,
masa panen ayam petelur juga dapat mengahasilkan hasil tambahan berupa daging
ayam yang telah tua. Hasil panen ayam petelur juga dapat berupa kotoran ayam
untuk pupuk kandang Setelah telur hasil panen ini bersih, baru layak dijual di
pasar. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai proses pembentukan telur,
terdapat dua jenis telur yang harus diketahui, yaitu telur tetas dan
telur konsumsi..
Telur tetas merupakan telur fertil (dibuahi oleh sperma) dan ditujukan untuk
penetasan. Sedangkan telur konsumsi merupakan telur nonfertil yang dikonsumsi
oleh manusia dan tidak ditujukan untuk penetasan.
B. Pengambilan
telur dikandang
Masa panen ayam petelur adalah masa dimana ayam petelur yang dipelihara dapat dipanen karena telah menghasilkan hasil panen berupa telurpembudidaya disarankan melakukan pekerjaan memanen telur ini selama 3 kali sehari agar telur dapat terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh virus. pengambilan pertama pada pukul antara 10.00-11.00. Pengambilan kedua dilakukan pada pukul antara 13.00-14.00, dan pengambilan ketiga dilakukan pada pukul 15.00-16.00. Pada pengambilan ketiga ini, dilakukan juga pengecekan kandang sehingga kondisi kandang dapat dipantau.
Selain hasil utama yang berupa
telur, masa panen ayam petelur juga dapat mengahasilkan hasil tambahan berupa
daging ayam yang telah tua. Hasil panen ayam petelur juga dapat berupa kotoran
ayam untuk pupuk kandang Setelah telur hasil panen ini bersih, baru layak
dijual di pasar.
C. Seleksi
telur tetas
Telur
tetas merupakan telur fertil atau
telah dibuahi, dihasilkan oleh peternakan ayam pembibit, bukan dari peternakan
ayam komersial yang digunakan untuk penetasan. Telur tetas yang digunakan dalam
proses penetasan adalah telur yang telah diseleksi. Syarat telur tetas yang
baik yaitu sehat dan produktivitasnya tinggi, umur telur dan kualitas fisik
telur (bentuk, berat, keadaan kerabang) (Suprijatna et al., 2005). Kualitas
telur tetas tergantung dari kualitas induk, kualitas pakan yang dikonsumsi,
kondisi kesehatan ayam, week production, dan suhu (Kholis dan Sitanggang,
2001). Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya tidak
memiliki pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu dibuahi,
berbeda dengan ayam petelur yang dipelihara untuk tujuan telur tetas, di dalam
kandang perlu ada pejantan dimaksudkan agar telur yang dihasilkan dapat dibuahi
atau fertil, sebab telur yang tidak fertil tidak akan menetas. Saat akan
menyeleksi telur tetas yaitu ukuran besar telur 50 g sampai 65 g, bentuk telur
normal, warna kulit telur agak gelap, tebal cangkang 0,33 mm - 0,35 mm, dan
nilai Haugh Unit yaitu >80 (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Gambar
2. Warna telur
D. Warna dan bentuk telur
Tahap
awal yang harus dilakukan pada penetasan telur ayam misalnya pada ayam KUB,
setelah dilakukan pengumpulan telur adalah pemilihan atau seleksi telur.
Seleksi telur perlu dilakukan untuk mendapatkan daya tetas yang tinggi serta
menghasilkan DOC yang baik dan berkualitas. Adapun beberapa kriteria
seleksi telur tetas yang harus dilakukan dalam kegiatan penetasan yaitu ukuran
telur, warna dan bentuk telur, kualitas kerabang dan kualitas bagian dalam
telur
C.
Ukuran dan
bobot telur tetas
Ukuran telur berhubungan dengan daya tetas serta kualitas anak ayam. Ukuran telur terlalu besar dan terlalu kecil tidak dapat menetas dengan baik. Telur yang terlalu besarkemungkinan terdapatnya kuning telur ganda, sedangkan telur terlalu kecil akan menghasilkan anak yang kecil dan kalau di simpan dalam rak mesin penetasan tidak bisa. Standar telur tetas yang baik adalah berkirar antara 35 – 42 gram. Hal ini bertujuan untuk menghasilkan DOC yang seragam tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu besar.
D. Bentuk
telur tetas
Telur
tetas yang baik berbentuk normal yaitu oval. Telur yang berbentuk oval memiliki
perbandingan antara garis melintang (lebar) dan garis membujur (panjang)
sekitar 2 : 3. Telur yang berbentuk oval baik untuk ditetaskan karena memiliki
daya tetas yang baik dibandingkan dengan telur yang berbentuk lonjong atau
bulat. Hal ini ada kaitannya dengan kemudahan menentukan bagian ujung
yang tumpul telur dimana bagian yang tumpul terdapat rongga udara dan posisi
bagian rongga udara harus dibagian atas, dan selama masa inkubasi di dalam
mesin tetas tidak salah. Bentuk telur yang abnormal umumnya tidak baik untuk
ditetaskan.
E. Kualitas
Kerabang atau Kulit telur
Telur
tetas dengan keadaan kerabang yang koror harus dibersihkan dengan Alkohol
sehingga kuman penyakit hilang dan tidak dapat terkontaminasi ke telur yang lain.
Telur tetas dengan keadaan kerabang yang tipis, porous, berlapis dan
pengapurannya tidak merata tidak baik untuk ditetaskan. Warna kulit telur yang
putih bersih juga tidak baik untuk ditetaskan. Ketebalan kerang telur tetas
dipengaruhi oleh faktor genetic, ransum, temperature lingkungan dan kesehatan.
Gambar 3. Kualitas
kerabang atau kulit telur
F. Bentuk
dan kerabang yang tidak baik untuk telur tetas
Ransum yang rendah kandungan kalsium
dan vitamin D dengan temperature lingkungan yang terus menerus diatas 27
- 32 deratat Celsius, kondisi ini membuat produksi telur tetas dengan keadaan
kerabang yang kurang baik
G. Kualitas
bagian dalam (interior)
Seleksi
bagian dalam dari telur dilakukan dengan cara meneropong telur (canding).
Adanya banda-benda asing seperti : bintik-bintik darah, gumpalan daging,
kantong udara yang besar, kantorng udara yang bergerak, dapat menyebabkan
rendahnya daya tetas. Daya simpan telur untuk penetasan tidak boleh lebih dari
5 – 7 hari karena akan mempengaruhi daya tetas telur. Karena semakin lama
penyimpanan maka kualita telur semakin tidak baik. Apalagi penyimpanan di suhu
yang rendah. Sebaiknya telur tetas saat penyimpanan di simpan dalam sekam.
H. Penanganan Telur Tetas
Hasil Utama
Hasil
utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yg diahsilkan oelh ayam.
Sebaiknya telur dipanen 3 kali dlm sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan isi
tlur yg disebabkan oleh virus dpt terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama
pada pagi hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan kedua pukul 13.00-14.00;
pengambilan ketiga (terakhir)sambil mengecek seluruh kandang dilakukan pada
pukul 15.00-16.00.
Hasil
Tambahan
Hasil
tambahan yg dpt dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari
ayam yg telah tua (afkir) & kotoran yg dpt dijual utk dijadikan pupuk
kandang.
Pengumpulan
Telur yg telah dihasilkan
diambil & diletakkan di atas egg tray (nampan telur). dlm pengambilan &
pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan antara telur yg
normal dgn yg abnormal. Telur normal adalah telur yg oval, bersih &
kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dgn volume sebesar 63 cc. Telur yg
abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya retak atau
keriting, bentuknya lonjong.
Pembersihan
Setelah
telur dikumpulkan, selanjutnya telur yg kotor karena terkena litter atau tinja
ayam dibershkan. Telur yg terkena litter dpt dibersihkan dgn amplas besi yg
halus, dicuci secara khusus atau dgn cairan pembersih. Biasanya pembersihan
dilakukan utk telur tetas Penanganan telur yang baik sangat penting
karena di dalam telur sudah ada embrio yang sudah berkembang (Hartono dan
Isman, 2010). Apabila saat akan melihat mesin telur tetas sudah penuh maka
telur harus disimpan menunggu giliran untuk ditetaskan. Telur tetas tidak boleh
disimpan lebih dari satu minggu untuk mempertahankan daya tetasnya.
I.
Penyimpanan
Telur Tetas
Didalam Coolingroom Telur yang telah diseleksi dan memenuhi syarat untuk ditetaskan segera dimasukan ke dalam mesin tetas tetapi ada pula yang disimpan terlebih dahulu dengan kondisi ruang penyimpanan yang telah memenuhi syarat. Ruang tempat penyimpanan telur tetas harus sejuk, temperatur ruang berkisar 180C. Ruang tempat penyimpnanan telur tetas tidak boleh terlalu kering dan lembab, kelembaban ruangan berkisar 75 - 80% (Suprijatna et al., 2005). Waktu ideal penyimpanan telur tetas adalah kurang dari 10 hari, namun pada ruangan yang cukup kondusif telur dapat disimpan maksimal selama 14 hari (Rasyaf, 2001). Penyimpanan telur selama 14 hari pada suhu ruang berkisar 21-27oC dengan kelembaban udara berkisar 67-87% dapat mengakibatkan penyusutan terhadap berat telur tetas sebesar 2,45%, pada telur ras yang dibuahi sebesar 2,7% pada telur ayam ras dan 2,9% pada telur itik yang ditunasi (Hardjosworo et al., 1978).
J. Telur
konsumsi
Telur konsumsi yang paling
mudah ditemukan di pasar adalah telur ayam dan telur bebek. Proses pembentukan
telur merupakan salah satu dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang harus
diketahui, karena memiliki banyak hubungan dengan berbagai ilmu kedokteran
hewan maupun ilmu peternakan. Seperti pembenihan virus dengan TAB (Telur Ayam Berembrio),
pemahaman mengenai tata cara penetasan telur, serta untuk mengetahui kualitas
telur yang dihasilkan oleh ternak.
M. Kuwalitas
telur
Telur merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang
sangat tinggi dan sangat bermanfaat bagi tubuh karena mengandung protein,
lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat serta mengandung asam amino essensial.
"Kerusakan telur karena kuman berpotensi menimbulkan bahaya (potentially
hazardous food) bagi kesehatan konsumen yang mengon-sumsi telur yang telah
mengalami kerusakan tersebut. Penanganan telur yang baik akan memperpan-jang
masa simpan dan menjaga nutrisi yang terkandung di dalam telur tersebut,"
kata Nurul. Disampaikannya, penanganan telur dimulai dari pelaksanaan
praktek-praktek hygiene yang baik pada tingkat peternak, pedagang/retail sampai
ke tingkat konsumen. "Dewasa ini banyak sekali peternak ayam petelur yang
gagal paham mengenai cara penanganan telur saat panen dengan baik, ada yang
tidak sesuai prosedur," ujar Nurul Ain. Diharapkannya, peternak bisa
melakukan tahap demi tahap pen-anganan telur pasca panen dengan baik agar
nantinya bisnis peternakan ayam petelur berjalan dengan suk-ses dan lancar.
Penanganan telur yang baik me liputi pengambilan, packing dan penyimpanan
telur. Pengumpulan atau pengambilan telur di dalam kandang minimal dilakukan
2-3 kali sehari yaitu pukul 09.00, pukul 11.00 dan pukul 15.00 WIB.
Telur
kemudian diletakkan di dalam tray. Penumpukan tray telur jangan terlalu tinggi.
Untuk pengaman, sebaiknya ketika mengangkat tray di bawahnya diberi alas kayu
yang ringan. Dari kandang semua telur dibawa ke gudang telur untuk dilakukan
seleksi dan packing. Berdasarkan besarnya, telur dikelompokkan sesuai dengan
ukurannya. Bentuk/ukuran telur besar seperti telur jumbo atau dobel di packing
dan dijual sendiri. Telur dari ayam masih muda akan lebih kecil dari ayam yang
lebih tua. Oleh karena ukurannya yang lebih kecil, telur ayam muda ini sering
dijadikan sebagai sarana penipuan. Telur tersebut diberi cat kimia sehingga
warna kulitnya berubah menjadi agak keputihan dan menyerupai telur ayam
kampung. Kemudian telur tersebut dijual sebagai ayam kampung. Hal tersebut
perlu diperhatikan, khususnya bagi para konsumen. Telur yang retak/pecah harus
dikeluarkan dan jika masih layak dijual secepatnya. "Banyak dijumpai telur
yang kulitnya kotor terutama pada ayam yang dipelihara di kandang litter karena
ayam betelur di lantai dan bukan di sangkar. Untuk itu, telur yang kotor harus
dipisahkan walaupun telah dicuci. Telur yang kotor atau yang telah dicuci akan
memiliki daya tahan simpan lebih pendek ketika berada di pedagang
pengecer," kata Nurul Ain. Setelah diseleksi, telur di packing menggunakan
beberapa pilihan tem-pat (wadah) yaitu umumnya meng-gunakan peti yang
dibawahnya telah diberi serutan kayu/kulit padi atau menggunakan tray.
N. Struktur Telur Ayam
Telur terdiri dari beberapa bagian seperti Cuticula atau kerabang telur, Air Cell, Albumen tebal, Albumen tipis, Germinal Disc, Vitelline Membrane, Kuning Telur (Yolk), dan Chalaza.Semua struktur dan komponen di dalam telur memiliki fungsi masing-masing. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar struktur telur berikut ini :
Gambar 4. Struktur telur ayam
Cuticula atau kerabang telur merupakan pelindung telur.
Di mana pada bagian ini memiliki pori-pori untuk keluar masuk udara. Kemudian
terdapat selaput di bawah cuticula yang disebut dengan membran cangkang. Dimana
selaput tipis tersebut tidak menempel di kerabang pada bagian telur yang
tumpul, sehingga membentuk air cell. Air cell atau rongga udara tersebut
merupakan sumber oksigen bagi embrio
Didalam membran cangkang, terdapat yolk (kuning telur)
yang berfungsi sebagai cadangan makanan bagi embrio. Dan pada bagian tepi
kuning telur, terdapat germinal disc yang merupakan bakal individu baru.
Selain kuning telur, juga
terdapat putih telur yang berfungsi menjaga embrio dari goncangan dan sebagai
cadangan makanan serta air.
Kemudian juga terdapat Chalaza yang
memiliki bentuk seperti tali untuk menjaga kuning telur tetap pada tempatnya
dan menjaga embrio tetap berada di atas kuning telur.
H. Sistem Reproduksi Ayam Betina
Ayam memiliki dua organ reproduksi,
yaitu ovarium dan oviduct. Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk
menghasilkan sel telur dan memiliki fungsi sebagai organ reproduksi primer pada
betina. Sedangkan oviduct merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan
vagina. Di mana oviduct terbagi menjadi infundibulum, magnum, isthmus, uterus,
dan vagina. Pada umumnya organ reproduksi yang dimiliki oleh avian hanya
berfungsi sebelah sisnister (kiri) saja. Sedangkan organ reproduksi bagian
dexter (kanan) pada mulanya tumbuh, namun mengalami regresi dan tidak berfungsi
di usia dewasa. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar saluran reproduksi ayam
berikut ini :
Gambar 5. Sistem reproduksi ayam betina
1. Ovarium
Ovarium
yang sudah masak memiliki bentuk bulat bergerombol seperti anggur. Ovarium
memiliki sekitar 1500 folikel. Setiap telur mengandung oocyte kuning telur yang
dikelilingi oleh dinding buluh darah yang menyelubungi folikel. (Hendarti,
2019).
Pada ayam, tidak akan ditemukan
bentukan embrio dan corpus luteum di dalam saluran reproduksi.
2. Oviduct
Oviduct
merupakan saluran penghubung antara ovarium dengan vagina. Di mana pada ayam,
hanya oviduct bagian kiri yang berfungsi, sedangkan oviduct bagian kanan
rudimenter. Bentukan itu dapat dijumpai di bagian kanan cloaca, di bawah
bagian dari usus besar terakhir, yaitu colon.
Selama
melewati oviduct, ovum yang vertil dari ovarium akan mengalami penambahan
beberapa nutrisi dan substansi untuk pembentukan satu butir telur ayam yang
utuh. Seperti pembentukan kerabang telur pada bagian uterus contohnya. Selain
itu, oviduct juga berfungsi untuk mengantarkan spermatozoa menuju ovum untuk
proses fertilisasi.
3. Infundibulum
Infundibulum merupakan bagian paling depan dari oviduct.
Dengan panjang 7 cm, infundibulum akan membungkus kuning telur dengan lapisan
tipis albumin (lapisan chalaza). Chalaza menyelubungi kuning telur dengan cara
memutarnya, sehingga discus germinalis tetap berada di bagian atas.
4. Magnum
Magnum merupakan bagian oviduct yang terpanjang, yaitu
sekitar 30 cm. Magnum memiliki dinding tebal yang berlipat karena memiliki
kelenjar penghasil albumin.
5. Isthmus
Isthmus merupakan penyempitan setelah magnum. Memiliki panjang
sekitar 8 cm dan berfungsi untuk menghasilkan albumin dan bahan yang cepat
mengental. Pada bagian ini, juga terbentuk dua membran homogen di antara
albumin dan kulit yang disebut dengan Inner Shell dan Outer Shell.
6. Uterus
Uterus memiliki panjang sekitar 8 cm dengan ruangan yang
tidak begitu luas. Pada bagian uterus terjadi deposisi kulit dan pigmen. Selain
itu, juga terbentuk lapisan kutikula yang merupakan kerabang telur.
7. Vagina
Vagina merupakan bagian terakhir dari oviduct. Pada
bagian ini, terdapat cincin sirkuler (spincter) dengan lipatan di permukaannya
sebagai tempat untuk menyimpan spermatozoa. Vagina diakhiri dengan lubang yang
dinamakan dengan urodeum di bagian cloaca.
P. Proses
Pembentukan Telur Ayam
Proses pembentukan telur ayam memerlukan waktu seharian
penuh, yaitu lebih dari 24
jam untuk satu butir telur. Proses pembentukan telur ayam
diawali dari bagian ovarium sebagai penghasil sel telur (ovum). Ovum yang sudah
matang kemudian dilepaskan menuju saluran oviduct pertama, yaitu infundibulum.
Ovum berada pada bagian ini sekitar 15
menit.
Pada bagian infundibulum, terjadi pembuahan ovum oleh
sprematozoa yang tadinya menetap pada perbatasan infundibulum dengan magnum.
Setelah melalui infundibulum, ovum yang sudah mengalami fertilisasi selanjutnya
menuju ke magnum.
Pada magnum, telur mengalami penambahan unsur berupa
putih telur yang banyak mengandung albumin. Pada bagian ini, telur membutuhkan
waktu kurang lebih 3
jam. Saluran oviduct yang harus dilewati oleh telur setelah magnum
adalah isthmus. Pada bagian ini, dibentuk dua membran homogen yang disebut
dengan inner shell dan outer shell. Kedua membran tersebut berada di antara
albumin dan kulit telur. Setelah melalui isthmus, telur kemudian akan masuk ke
dalam uterus. Di dalamnya, terjadi proses dehidrasi (plumping) putih
telur sehingga terjadi kerabang telur.
Pada bagian ini, telur menetap kurang lebih selama 20 jam. Setelah itu,
telur dikeluarkan melalui vagina dan berlanjut ke cloaca, tepatnya melalui
saluran urodeum.
Q.
Pembukuan
Setiap usaha, tentu harus melalukan
pencatatan pada setiap pengeluaran dan pemasukan keuangan, termasuk jika Anda
memilih untuk melalukaun budidaya ayam petelur. Dengan melakukan pembukuan yang
benar, Anda bisa dengan mudah melakukan perencanaan usaha Anda dengan benar
berdasarkan laporan keuangan dan juga melakukan pemantauan pada pos pengeluaran
yang Anda anggap sebagai pemborosan dan bisa dilakukan penghematan agar arus
kas lebih efisien.
3.
Refleksi
Setelah Ananda mempelajari materi
tentang langkah langkah pemanenan telur pada modul agribisnis ternak unggas
petelur yang mencakup Seleksi
telur tetas ,Warna dan bentuk telur, Ukuran dan
bobot telur tetas, Bentuk telur tetas, Kualitas
Kerabang atau Kulit telur, Bentuk dan kerabang yang tidak baik untuk
telur tetas, Kualitas bagian dalam (interior), Penanganan
Telur Tetas, Penyimpanan
Telur Tetas, Telur konsumsi,
Kuwalitas telur, Struktur Telur Ayam, Sistem Reproduksi Ayam Betina, Proses Pembentukan Telur Ayam, Pembukuan, harap jawab pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut
a. Pertanyaan: Hal-hal apa saja yang dapat ananda lakukan
tekait dengan materi pemanenan telur dalam agribisnis ternak unggas petelur? |
Jawaban: |
b. Pertanyaan: Aspek menarik apa saja yang Ananda temukan
dalam materi pemanenan telur dalam
agribisnis ternak unggas petelur? |
Jawaban: |
c. Pertanyaan: Manfaat apa saja yang ananda peroleh dari
materi pemanenan telur dalam agribisnis ternak unggas petelur? |
Jawaban: |
d. Pertanyaan: Manfaat apa saja yang ananda peroleh dari
materi pemanenan telur dalam agribisnis ternak unggas petelur? |
Jawaban: |
4.
TUGAS
Pilihlah
salah satu tugas di bawah ini
a.
Buatlah
suatu makalah tentang pemanenan telur dalam agribisnis ternak unggas petelur?
b.
Buatlah
suatu makalah tentang pemanenan telur puyuh dalam agribisnis ternak unggas
petelur?
c.
Buatlah
suatu makalah tentang pemanenan telur itik dalam agribisnis ternak unggas
petelur?
5.
Tes Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan
singkat dan jelas !
a.
Jenis bahan
pakan apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan produksi telur?
b.
Jenis limbah
pertanian apa saja yang diperlukan untuk proses meningkatkan produksi telur
ayam?
C. Penilaian
1. Sikap
Ananda
diminta untuk melakukan penilaian diri. Penilaian ini dilakukan cara sebagai
berikut :
a. Bacalah
pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
b. Berilah
tanda cek (√) sesuai dengan sesuai
dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari di tempat PKL
2. Sikap
Spritual
NO |
ASPEK PENGAMATAN |
SKOR |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Berdoa
sebelum dan sesudah melakukan sesuatu |
|
|
|
|
2 |
Mengucapkan
rasa syukur atas karunia Tuhan |
|
|
|
|
3 |
Memberi
salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi |
|
|
|
|
4 |
Mengungkapkan
kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran
Tuhan |
|
|
|
|
5 |
Merasakan
keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan |
|
|
|
|
Jumlah Skor |
|
|
|
|
Keterangan
:
1.
Tidak
pernah, apabila tidak pernah melakukan
2.
Kadang-kadang,
apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
3.
Sering,
apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
4.
Selalu,
apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
c.
Sikap
Jujur
NO |
Aspek
Pengamatan |
SKOR |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Tidak
nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan/tugas |
|
|
|
|
2 |
Tidak
melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan setiap tugas |
|
|
|
|
3 |
Mengungkapkan
perasaan terhadap sesuatu apa adanya |
|
|
|
|
4 |
Melaporkan
data atau informasi apa adanya |
|
|
|
|
5 |
Mengakui
kesalahan atau kekurangan yang dimiliki |
|
|
|
|
Jumlah
Skor |
|
|
|
|
Keterangan
:
1.
Tidak
pernah, apabila tidak pernah melakukan
2.
Kadang-kadang,
apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
3.
Sering,
apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
4.
Selalu,
apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
d.
Sikap
Disiplin
NO |
Sikap yang
diamati |
Melakukan |
|
YA |
Tidak |
||
1 |
Masuk
tempat PKL tepat waktu |
|
|
2 |
Mengumpulkan
tugas tepat waktu disekolah |
|
|
3 |
Memakai
seragam sesuai tata tertib ditempat PKL |
|
|
4 |
Mengerjakan
tugas yang diberikan ditempat PKL |
|
|
5 |
Tertib
dalam mengikuti kegiatan di tempat PKL |
|
|
e.
Pengetahauan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan
singkat dan jelas !
a. Jelaskan
berapa lama pembentukan telur ayam?
b.
Jelaskan
jenis ternak unggas apa saja yang dapat menghasilkan telur?
c.
Jelaskan
bagaimana langkah-langkah ananda dalam pemanenean telur dalam kandang?
d.
Jelaskan
jenis jenis limbah pertanian apa saja yang dapat dijadika sebagai bahan baku
pakan ternak unggas petelur?
f.
Keterampilan
Lakukan
kegiatan persiapan dan peralatan untuk kegiatan pemanenan telur ayam.
NO |
Kriteria ( 100%) |
YA |
Tidak |
|
1 |
Syarat
kandang, bangunan kandang dan layout/tata letak kandang, konstruksi kandang ,
kebutuhan kandang dan jumlah peralatan untuk ternak unggas petelur |
|
|
|
2 |
Menetukan
jenis-jenis peralatan dan sarana pendukung pemanenan telur dalam agribisnis
ternak unggas petelur |
|
|
|
3 |
Menginventarisasi
kebutuhan kandang dan peralatan untuk usaha agribisnis ternak unggas petelur |
|
|
|
4 |
Menentukan
peralatan untuk pemanenan ternak unggas petelur dan penyimpanannya |
|
|
|
5 |
Menentukan
kebutuhan dosis bahan untuk sanitasi dan prosedur sanitasi untuk telur tetas |
|
|
PEMBELAJARAN II
MENGANALISIS PROGRAM MOLTING
A.
DESKRIPSI
Modul
agribisnis ternak Unggas ini mempelajari kompetensi agribisnis ternak unggas
petelur. Modul bahan ajar siswa ini, akan mempelajari tentang bagaimana
peternak/Siswa mempelajari dan menyelesaikan bagaimana cara menganalisis
program atau pun tindakan ketika ketika program forse molting dilakukan.
B.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
1.
Bacalah dan
pahamilah modul pembelajaran ini secara berurutan dari halaman glosarium sampai
penilaian kompetesi dan fahami benar isi dari setiap kompetensi dasar.
2.
Setelah ananda
mengisi check kemampuan Awal, ananda termasuk kategori orang yang perlu
mempelajari modul pembelajaran ini ? Apabila ananda menjawab YA, maka pelajari modul
pembelajaran ini.
3.
Untuk
memperdalam ilmu pengetauan, keterampilan dan ananda dalam menguasai kompetensi
ini, maka modul pembelajaranini perlu dikombinasikan dengan sumber belajar
lainnya. Bila ada yang kurang jelas tanyakan pada guru pembimbing PKL ananda
4.
Laksanakan
semua tugas-tugas/lembar kerja, lembar soal dan lembar penilaian yang ada dalam
modul pembelajaran ini agar kompetensi ananda berkembang.
5.
Lakukan
kegiatan belajar mulai dari kompetensi dasar ke 1, ke 2 secara berurutan.
6.
Setiap
mempelajari satu kompetensi dasar, ananda harus mulai dari menguasai
pengetahuan pendukung (uraian materi), melaksanakan tugas-tugas, mengerjakan
lembar kerja , lembar soal dan lembar penilaiannya.
7.
Dalam
mengerjakan lembar soal, ananda jangan melihat kunci Jawaban terlebih dahulu,
sebelum ananda menyelesaikan lembar soal
C.
TUJUAN
AKHIR PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul pembelajaran
ini, dengan disediakan alat dan bahan serta sarana pendukung lainnya diharapkan
siswa dapat :
1.
Menganalisis program molting
2.
Menyajikan
hasil molting
D.
KOMPETENSI
INTI DAN KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI
INTI |
KOMPETENSI
DASAR |
1.
Memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang
kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. |
3.11. Menganalisis program molting |
2. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah. |
4.11.
Menyajikan hasil
molting |
E.
CEK
KEMAMPUAN AWAL
Berilah
tanda “√” pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan jawaban ananda! |
Ya |
Tidak |
1.
Apakah
ananda mampu Menganalisis
program molting dengan baik dan benar? |
Ya |
Tidak |
2.
Apakah
ananda mampu Menyajikan
hasil molting dengan baik dan benar? |
Ya |
Tidak |
Apabila ananda menjawab “
TIDAK ” pada salah satu pertanyaan di atas pelajarilah modul, tetapi
apabila ananda menjawab “ YA ” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan dengan
menjawab penilaian pada unit modul.
II. PEMBELAJARAN
Kegiatan
Pembelajaran 2
Mempersiapkan konsep tentang Menganalisis program molting. 85 jp (17
kali tatap muka @5jam) Waktu : 17 x 5JP ( @. 45 Menit).
Kompetensi |
Jam |
Teori |
Praktek |
Menganalisis program molting (60 jam) @5 jam @ 12 tatap muka |
|||
b. Program Force Molting |
1 |
||
c. Defenisi
Force Molting |
2 |
||
d. Tujuan Force Molting |
3 |
||
e. Metode
Force Molting |
4 |
||
f. Rontok bulu secara paksa (Force Molting) |
5 |
||
g. Perlakuan pemberian Air minum |
6 |
||
h.Perlakuan pemberian Pakan |
7 |
||
i. Keuntungan Ekonomi; |
8 |
||
j.
Keuntungan
lainnya |
9 |
||
k.
Siklus Force
Molting |
10 |
||
l. Nutrisi Fase Force Molting |
11 |
||
m.
Waktu Force Molting |
12 |
||
n. Kelebihan
dan Kekurangan Forfe Molting |
13 |
A.
DESKRIPSI
Unit
ini mencakup beberapa kegiatan yaitu : Menerapkan pemanenan telur dan Menganalisis program
molting.
Serta mempersiapkan alat dan bahan praktek maupun teori.
B. KEGIATAN
BELAJAR
1.
TUJUAN PEMBELARAN
Setelah mempelajari modul pembelajaran
ini, siswa mampu Mempersiapkan konsep Menerapkan pemanenan telur dan Menganalisis program
molting.
Serta mempersiapkan alat dan bahan praktek maupun teori.
2.
URAIAN
MATERI
Keberhasilan
dalam agribisnis ternak unggas petelur salah satunya ditentukan dengan budidaya
yang baik pula. Persyaratan secara teknis, yang meliputi tentang :
a. Program
Force Molting
b. Defenisi
Force Molting
c.
Tujuan Force
Molting
d. Metode
Force Molting
e. Rontok bulu secara paksa (Force Molting)
f.
Perlakuan pemberian Air minum
g. Perlakuan
pemberian Pakan
h. Keuntungan Ekonomi;
i.
Keuntungan
lainnya
j.
Siklus Force
Molting
k.
Nutrisi Fase
Force Molting
l.
Waktu Force Molting
m. Kelebihan
dan Kekurangan Forfe Molting
n. Persiapan dan Penanganan yang Matang
MENGAMATI: Carilah data dan informasi a. Mempersiapkan bahan dan
peralatan untuk menganalisis program molting ternak unggas petelur yang ada
di dunia industri lingkungan sekitar sekolah. b. Pelajari uraian materi berikut ini:
A.
Program
Force Molting
force molting merupakan tindakan merontokkan bulu dengan menghentikan
produksi telur yang waktunya diatur oleh manusia. . Harimurti et al. (1979)
menyatakan bahwa ditinjau dari segi ekonomi force molting cukup dapat memperpanjang produksi telur, sehingga
mampu mendayagunakan ayam petelur yang sudah waktunya memasuki masa afkir.
Handayani (1980) menyatakan bahwa force molting dapat menaikkan produksi telur, mempengaruhi konsumsi
pakan, dan dalam perhitungan ekonomi lebih menguntungkan. Force molting juga mampu meningkatkan kualitas telur (Hurwitz, 1974).
Bila selama perlakuan force molting ayam
benar-benar berhenti bertelur, dapat diduga nanti di masa produksi berikutnya,
ayam akan bertelur banyak dan ukurannya lebih besar (Rasyaf, 1994). Jika
dirangsang proses molting bisa
berlangsung kurang lebih 5-9 minggu (Berry, 2003). Hal itu terjadi karena adanya kontrol
hormon endokrin di dalam tubuh unggas. Meskipun kejadian molting secara umum diketahui
terjadi akibat hormon
thyroid, namun belum ada mekanisme yang bisa menjelaskannya.
(Setioko, 2005). Perontokan bulu terjadi setelah masa produktif ayam petelur
berakhir, yaitu ketika umur ayam sudah mencapai kurang lebih 75 minggu. Proses molting ditandai
dengan terjadinya kerontokan bulu, mulai dari bulu daerah kepala, leher, dada,
punggung, sayap, hingga bulu pada bagian ekor.
Proses
molting memberikan masa istirahat bagi saluran reproduksi ayam petelur dari
aktivitas reproduksi. Hal itu bertujuan agar ayam dapat menyimpan cadangan
energi. Pada umumnya, proses molting secara alami dapat berlangsung
sekitar 4 bulan. Hal tersebut tentu akan memperlama waktu produksi suatu
peternakan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibuatlah suatu metode untuk mempercepat
proses perontokan bulu yang disebut dengan ‘force molting’. Sehingga,
ayam dapat menghasilkan telur kembali dengan kualitas dan kuantitas yang bahkan
melebihi masa produktif sebelumnya. Namun, hal itu hanya berlangsung sekitar 6
bulan. Selanjutnya, ayam petelur harus tetap diafkir untuk dijual di pasaran.
Kemudian digantikan dengan bibit (DOC) baru.
B.
Defenisi Force
Molting
Force molting ayam merupakan suatu
proses mempercepat perontokan bulu (molting). Biasanya proses force molting
diterapkan pada ayam petelur untuk mengoptimalkan produksi yang sedang
berlangsung.Dalam pr oses molting, terdapat dua kejadian. Yaitu proses
rontoknya bulu (ecdesis) dan tumbuhnya bulu baru (endesis). Proses Force
molting digunakan peternak untuk meningkatkan kembali produktifitas ayam
petelur di luar masa produksi sesungguhnya. Bahkan beberapa penelitian
mengemukakan bahwa telur hasil ayam force molting memiliki kualitas dan
kuantitas yang lebih bagus. (Wijayanti, 2019) menyebutkan bahwa perlakuan force
molting ayam dapat meningkatkan produksi telur tetas pada ayam petelur.
C.
Tujuan Force Molting
Dalam satu kali umur produksi (hen
house), satu ekor ayam petelur mampu menghasilkan kurang lebih 250 butir telur.
Padahal, dalam satu ekor ayam petelur terdapat sekitar 3000 ovum. Dari
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak ovum yang tidak
berkembang menjadi telur. Hal tersebut dimanfaatkan oleh peternak untuk tetap
menggunakan ayam petelur di peternakannya, dengan syarat dilakukannya force
molting.
Berikut
adalah beberapa tujuan dilakukannya force molting ayam petelur :
- Peternakan belum
menyiapkan ayam petelur baru untuk proses produksi selanjutnya
- Harga jual ayam afkir rendah
- Harga telur masih
stabil
- Kesulitan mendapatkan Day Old Chick (DOC) dan
harganya mahal.
D. Metode Force Molting
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan
dalam proses force molting ayam, yaitu secara konvensional dan non konvensional.
Proses force molting ayam secara konvensional dilakukan
dengan melakukan pembatasan pakan dan minum. Namun, di Indonesia hanya
dilakukan pembatasan pakan saja, karena iklimnya yang tropis.
Sedangkan proses froce molting secara non konvensional dilakukan
dengan menggunakan obat-obatan tertentu. Dalam proses force molting ayam secara
konvensional, terdapat tiga metode yang bisa diterapkan. Yaitu metode konvensional, Washington, Maxcindoe dan Milo (California Program).
Berikut adalah berbagai metode
force molting ayam dalam bentuk tabel :
1.
Metode Konvensional
Pada metode konvensional, proses force molting ayam dilakukan dengan pemuasaan dari makan dan minum. Selain itu, pada hari ke 1 hingga hari ke 3 dilakukan pembatasan pencahayaan. Yaitu hanya 8 jam per hari. Perhatikan program force molting ayam dengan metode konvensional berikut ini
2. Metode
Macxindoe
Pada metode Macxindoe, proses force molting ayam menggunakan kombinasi daun lamtoro. Karena, daun lamtoro memiliki kandungan mimosin yang dapat mempercepat proses molting pada ayam petelur. Setelah 6 minggu dari hari ke-26, produksi telur dapat berlangsung kembali. Berikut adalah program force molting ayam dengan metode Macxindoe
3.
Metode
Milo
Pada
metode Milo, proses force molting ayam menggunakan pakan berupa jagung atau gandum saja
dalam waktu yang lama. Metode Milo merupakan metode force molting ayam yang
cocok digunakan di wilayah dengan iklim tropis seperti Indonesia. Selama tahap
awal, pencahayaan dibatasi 8 jam per hari. Kemudian pada hari ke 61 hingga hari
ke 68 dilakukan penambahan pencahayaan sekitar 3 jam sampai 4 jam. Sehingga
lamanya pencahayaan dalam sehari antara 14-16 jam.
4. Metode Washington
Pada metode Washington, proses force
molting ayam dilakukan dengan membatasi pakan perhari. Yaitu hanya 2,7 kg/100
ekor/hari. Kemudian pada hari ke 50 dilakukan penambahan pencahayaan sekitar 3
jam sampai 4 jam. Sehingga lamanya pencahayaan dalam sehari antara 14-16 jam.
Berikut adalah tabel dari program
force molting ayam metode Washington
Force
molting ayam merupakan tidakan yang dapat dipilih dalam suatu usaha peternakan
untuk memaksimalkan pendapatan yang masuk.Meskipun demikian, proses force
molting ayam harus dilakukan secara hati-hati. Karena beberapa ayam dapat
stress dan berujung dengan kematian. Oleh karena itu, monitoring (pemantauan)
harus dilakukan dengan benar agar hasil dari proses force molting sesuai
harapan
E.
Rontok Bulu Secara Paksa (Force
Molting)
Proses molting pada ayam petelur yang
tidak teratur dan berkepanjangan ikut mempengaruhi produksi telur, sehingga
peternak bisa merugi. Tetapi ada manfaat penting molting, dimana masa
berproduksi dapat diperpanjang sehingga peremajaan dapat ditunda untuk beberapa
waktu sehingga dapat meningkatkan kualitas (berat, ukuran, ketebalan, warna
kuning telur) dan kuantitas (hen day production).
Besarnya manfaat yang diperolah dari
molting, memicu para ahli perunggasan melakukan penelitian guna mencari cara
yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Usaha yang dilakukan
lebih banyak berfokus untuk mempersingkat waktu yang diperlukan pada satu
periode molting dan mengupayakan produksi yang maksimal selama proses molting
berlangsung. Usaha yang dilakukan para ahli unggas kemudian banyak dipraktekan
praktisi dan peternak unggas dan dikenal dengan istilah force molting atau
rontok bulu secara paksa.
Usaha
yang dilakukan pada force molting yaitu dengan cara memberikan rangsangan
secara buatan terhadap ayam petelur tua – babon, sehingga terpaksa mengalami
molting. Proses ini dilakukan dengan cara memberikan masa istirahat bagi babon
tua setelah masa puncak produksi, kemudian dapat meneruskan produksi telur pada
siklus berikutnya. Tiga cara yang dapat dilakukan untuk perontokan bulu secara
paksa antara lain:
F. Air minum
Pembatasan air, dimaksud untuk menibulkan stress
akibat kekurangan air. Air yang biasanya diberikan secara adlibitum, dibatasi
jumlahnya pada hari pertama dan kedua, kemudian dipulihkan lagi dua hari
kemudian. Akibat negative yang dapat terjadi pada musim panas atau kemarau yang
berkepanjangan yaitu ayam mudah mengalami dehidrasi yang berujung pada
kematiannya.
G. Pakan
Pembatasan pakan, yaitu
dengan cara membatasi pakan yang diberikan selama beberapa hari, dan pakan yang
diberikan dalam bentuk biji-bijian. Ini sangat disarankan dan force molting
yang dihasilkan akan sempurna. Pengurangan cahaya atau sinar, yaitu
membatasi cahaya yang dihasilkan dari lampu dan hanya menggunakan cahaya
matahari atau penerangan alami. Jika dilihat menurut kondisi iklim kita di
tanah air, maka cara pembatasan pakan adalah yang paling memungkinkan
diterapkan untuk program rontok bulu paksa karena pelaksanaannya relatif lebih
mudah. Hal yang perlu diperhatikan agar program ini dapat berlangsung dengan
baik yaitu ayam petelur yang mendapat perlakuan ini harus dalam kondisi yang
prima. Dengan kondisi kesehatan yang baik dipastikan ayam yang mengalami rontok
bulu secara paksa akan berproduksi dengan baik.
Pelaksanaan
force molting ini biasanya dilakukan setelah bulan ke-12 sampai 14 masa
produksi. Terkadang program ini dilakukan pada umur produksi 8-10, karena harga
telur di waktu mendatang diramalkan baik. Beberapa metode force molting sebagai
referensi menurut North (1972) adalah sebagai berikut:
1. Ayam dipuasakan dari pakan selama 10
hari tanpa pembatasan air minum. Hari ke-11 baru diberikan ransum ayam petelur
2. Ayam dipuasakan selama 7 hari, 2
hari tidak diberikan air minum, kemudian hari ke -8 diberikan ransum ayam
petelur
3.
Ayam dipuasakan selama 10 hari, air
minum tidak dibatasi, hari ke-11 sampai dengan 24 diberikan ransum protein
rendah, dan pada hari ke -25 diberikan ransum ayam petelur.
4.
Ayam puasa makan selama 10 hari
dengan pembatasan air minum pada 4 hari pertama. Ransum tingkat protein rendah
diberikan pada hari ke -11 sampai dengan 24, setelah itu baru diberikan ransum
ayam petelur.
Dari empat metode yang ditawarkan ini, berdasarkan
kajian yang dilakukan, metode nomor dua memberikan hasil yang paling maksimal.
Dari
berbagai pengalaman pelaksanaan rontok bulu secara paksa, adalah peningkatan
produksi telur secara cepat. Force molting menghilangkan sejumlah lemak tubuh
ayam petelur, dan setelah force molting ransum yang diberikan dalam jumlah
cukup secara kualitas dan kuantitas akan meningkatkan produksi telur. Selain
itu setelah beristirahat bertelur, ayam diberikan kesempatan bertelur setelah
force molting secara lebih baik.
Secara
garis besar, dua keuntungan penting dari program rontok bulu secara paksa
adalah:
H.
Keuntungan Ekonomi;
Force
molting ikut menekan pembiayaan dan memperpanjang masa produksi. Ayam petelur
biasanya diafkir pada pada produksinya mencapai 12 bulan atau akhir masa
produksi pertama. Hal ini disebabkan pada masa produksi berikutnya produksi
telur akan turun sangat menyolok, sehingga jika dipelihara terus, peternak akan
merugi. Dengan modal tambahan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan
membesarkan kuri menjadi ayam dara yang siap bertelur, aplikasi force molting
atau rontok bulu secara paksa mampu membuat ayam petelur tua awet memproduksikan
telurnya mendekati produktivitas ayam dara.
I.
Keuntungan lainnya
Keuntungan
lainnya adalah jika dibanding molting yang normal, perlakuan force molting
mampu mengembalikan produktivitas ayam petelur tua setara dengan ayam dara.
Artinya bahwa pelaksanaan peremajaan ayam diperpanjang dan dari hasil
penelitian ternyata bahwa di Indonesia ayam petelur tetap awet muda dengan
perlakuan rontok bulu paksa hingga 17 bulan. Keuntungan lain yang diperolah
adalah periode non-produktif akibat molting 8-12 minggu dapat dipersingkat
dengan force molting menjadi sekitar 3-4 minggu. Ayam yang mengalami rontok
bulu secara paksa sudah berusia lanjut dan mempunyai daya tahan terhadap
penyakit yang lebih baik dibanding ayam dara, sehingga resiko kematiannya sangat
rendah. Ini menguntungkan peternak karena dapat mengurangi perhatian dan
peternak dapat melakukan aktivitas lainnya.
J.
Siklus Force
Molting
Sebagian peternak pasti sudah
paham bahwa molting merupakan proses alamiah
rontok bulu yang memang biasa terjadi pada ayam petelur yang telah berproduksi
cukup lama (± 90 minggu) dan berlangsung selama ± 4 bulan bahkan bisa lebih
singkat. Fenomena rontok bulu atau molting biasa terjadi pada ayam yang
telah berumur tua dengan produksi telur harian sudah di bawah 60%. Bisa juga
terjadi pada ayam muda terutama saat ayam mengalami stres berat. Kasus rontok
bulu yang cepat pada seluruh populasi atau segala umur biasanya merupakan
gejala bahwa telah terjadi sesuatu yang serius (misalnya: kekurangan air minum
atau sangat kedinginan).
Molting adalah proses fisiologi pada
unggas yang dipengaruhi oleh perubahan kadar hormon prolaktin, gonadotropin,
tiroksin, dan hormon steroid ovarium (Berry, 2003). Rontok secara alami terjadi
pada akhir periode bertelur yang disebabkan tingginya hormon prolaktin pada
tubuh ayam. Proses rontok pada ayam terjadi dengan pola tertentu. Urutan
rontoknya dimulai dari bulu kepala, leher, dada, punggung, sayap, dan ekor.
Rontok sayap tidak terjadi secara bersamaan. Bulu yang pertama kali rontok
adalah bulu primer yang berdekatan dengan bulu aksial. Selanjutnya bulu rontok
sesuai dengan urutannya (Suprijatna et al., 2005).
Prinsip
utama molting adalah memberikan masa
istirahat bertelur bagi ayam umur dewasa. Agar ayam bisa beristirahat, maka
kita perlu memberikan “cekaman” pada ayam, barulah produksi telur terhenti dan
alat-alat reproduksinya akan mengalami “perbaikan”. Cekaman atau tekanan yang
dimaksud diantaranya dengan mengurangi jumlah ransum secara bertahap,
memuasakan ayam tanpa diberi ransum sama sekali selama beberapa waktu, atau
mengubah susunan formulasi ransum. Namun, dari beberapa metode tersebut, yang
paling sering dilakukan di lapangan adalah metode kedua yaitu memuasakan ayam.
Inilah yang biasa dilakukan peternak dan disebut dengan istilah force molting.
Karena
dipuasakan, ayam akan membongkar cadangan makanannya selama seminggu,
mendegradasi lemak abdominal yang dimanfaatkan untuk sumber energi. Hal
terpenting dalam proses molting ini adalah menstimulir
berperannya hormon prolaktin dalam menghambat sementara hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) sehingga proses pembentukan
sebutir telur terhenti sementara waktu. Setelah 30 hari atau 60 hari
perlakuan molting ini lalu diberikan jatah
pakan dan air minum serta rangsangan cahaya seperti biasa, dan kedua hormon
tersebut akan kembali beraktivitas seakan-akan menjadi ayam petelur muda.
Setelah molting akan terjadi peningkatan
produksi telur, disebabkan adanya perbaikan fungsi ovarium oleh sel atau
jaringan baru (Barua et al., 2001). Razak (2010) melaporkan bahwa terjadi
peningkatan telur yang cukup signifikan pada ayam petelur afkir setelah
dilakukan program molting menggunakan metode
pemuasaan atau pembatasan pakan.
K.
Nutrisi Fase
Force Molting
Kondisi kekurangan nutrien pada ayam yang mendapatkan
perlakuan force molting dengan
puasa pakan total dan pembatasan pakan akan menyebabkan proses peneluran
berhenti selama 4 minggu. Hal ini terjadi akibat kurangnya konsumsi energi dan
nutrien lain sehingga proses pembentukan telur terganggu. Pada saat istirahat
produksi terjadi refreshing dan
perbaikan organ reproduksi (Rasyaf, 1994) sehingga mampu menaikkan kembali
produksi telur pasca force
molting.
Produksi
telur ayam akan menurun sampai dengan 0% pada saat perlakuan force molting. Pada minggu ke 7, ketika pakan
diberikan normal kembali maka produksi telur mulai ada peningkatan. Mulai
minggu ke 8 terjadi peningkatan produksi yang sangat cepat sampai dengan
tercapainya puncak produksi pada minggu ke 10. Pada minggu-minggu berikutnya
produksi telur sedikit demi sedikit menurun hingga pada minggu ke 16 produksi
berada pada tingkat 69%. Pada ayam petelur afkir yang tidak diberi
perlakuan force
molting,
produksi telur harian cenderung konstan pada kisaran 48-68% dengan rata-rata
59,4% (Mulyono, 2008).
L.
Waktu Force
Molting
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa proses molting pada tubuh ayam terjadi secara
berurutan. Namun proses molting yang tidak sama antara
ayam yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok ayam menyebabkan
produksi telur harian (hen
day) menjadi
tidak seragam. Untuk membuat ayam molting secara bersamaan maka
dilakukan force
molting.
Ayam akan bertelur kembali dan karena proses mulai bertelurnya bersamaan maka
diharapkan terjadi puncak produksi ke-2 dengan persentase hen day cukup optimal dan menguntungkan
peternak.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajak (2010), force molting dengan menggunakan metode puasa
makan selama 10 hari (ayam tetap diberi minum), kemudian dilanjutkan hari ke-11
sampai ke-30 ayam diberikan ransum komplit 25% atau jagung saja 50% dari
konsumsi normal, hasilnya cukup memuaskan. Pada penelitian ini dicapai puncak
produksi sampai 86% dengan rataan produksi telur mencapai 68,20%.
Untuk
kondisi Indonesia dengan iklim tropis, mungkin perlu dimodifikasi dalam
pemberian air minum meskipun ayam mengalami puasa makan. Pada metode california molting program, ayam yang mati akan
lebih banyak karena ayam dipuasakan dalam waktu 10 hari. Akan tetapi, produksi
telur berikutnya akan lebih baik sebab ayam lebih lama tidak bertelur.
Ayam layer memiliki siklus produksi yang
khas biasanya mulai bertelur di umur 18-20 minggu dan mengalami puncak produksi
hingga kurang lebih mencapai umur 80-90 minggu (ISA Layer Commercial Manual
Guide, 2017) . Pada umur tersebut peternak bisa mengambil keputusan apakah
ayam layer yang dipeliharanya akan
diafkir atau dilakukan program force molting.
Sebenarnya lazimnya force
molting atau molting yang dipercepat sudah tidak
dianjurkan lagi untuk dilakukan, sebab dengan adanya kemajuan genetik layer modern saat ini ayam sudah mampu
berproduksi dengan performa produksi yang bagus. Dengan kemajuan genetik, untuk
stabilisasi berat telur di angka maksimum rata-rata 64-65 gram membuat kualitas
kerabang telur tetap terjaga, walaupun dipelihara sampai 90 bahkan 100 minggu.
Tren di dunia pun semakin turun untuk melakukan force molting dikarenakan di berbagai negara
sudah dilarang terkait aturan kesejahteraan hewan (animal welfare). Artinya force molting dilakukan apabila benar-benar
dalam situasi darurat atau terpaksa dan sesuai dengan aturan yang berlaku di
suatu negara terkait aturan animal welfare.
Memang perlakuan ini harus dilakukan secara disiplin. Kelalaian sedikit saja
akan mengakibatkan kerugian hingga bahkan menyebabkan kematian. Demikian pula
kondisi ayam harus benar-benar sehat sebelum dilakukan molting serta kualitas pakan yang
diberikan tetap dipertahankan seperti biasa.
M. Kelebihan
dan Kekurangan Forfe Molting
Proses force
molting yang dilakukan pada ayam petelur yang sudah tua memang
memiliki beberapa efek positif, di antaranya:
1.
Setelah force
molting
Setelah force
molting yaitu ketika bulu baru sudah tumbuh, ayam akan kembali bertelur
meski jumlah produksinya tidak setinggi masa bertelur normal. Peningkatan
produksi telur biasanya bervariasi sekitar 10-30% dibandingkan jika tidak
dilakukan force molting, tergantung status kesehatan dan tingkat
cekaman stres yang dialami ayam. Untuk gambaran saja, sebelum force
molting selama satu periode yaitu dari umur 20-80 minggu, satu ekor
ayam rata-rata bisa menghasilkan 20 kg telur. Sedangkan setelah force
molting, ayam hanya mampu memproduksi 11-12 kg telur. Selain itu, ayam yang
telah mengalami force molting masa produksinya lebih singkat.
Normalnya produksi dimulai dari umur 20 minggu sampai afkir artinya bisa
berproduksi selama 60-70 minggu, tetapi setelah proses force molting biasanya
ayam akan sanggup berproduksi sekitar 25-30 minggu, kemudian baru diafkir.
Proses force molting ini hanya dilakukan satu kali.
2.
Kualitas
telur lebih baik
Kualitas telur yang dihasilkan akan
lebih baik, di mana ukuran telur bisa lebih
besar/berat dari normal dan warna kerabang lebih baik. Menurut penelitian
Widodo (2008), dilaporkan bahwa program force molting memberikan
hasil yang memuaskan terhadap kualitas telur. Kerabang telur menjadi coklat
kembali dan kualitas kerabang lebih tebal.
3.
Feed Intake,
Walaupun memiliki efek positif namun
apabila tidak dilaksanakan dengan tepat dan optimal akan menimbulkan efek
negatif dari proses force molting tersebut diantaranya sebagai
berikut: – Program ini adalah kondisi dimana ayam akan sengaja dibuat mengalami
stres. Sehingga tidak menjamin semua ayam bisa melakukan force molting.
– Selama force molting akan terjadi penurunan produksi telur
secara drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi penurunan
bobot badan. – Program force molting ini bisa memicu tingkah
laku abnormal ayam seperti mematuk-matuk bahkan kanibalisme.Apabila kondisi
ayam tidak siap untuk diberikan perlakuan force molting, bisa
mengalami kematian karena kondisi tubuh yang lemah. – Program ini membutuhkan
waktu yang tidak sebentar jadi memang harus diperhitungkan sesuai kebutuhan dan
kondisi pasar. – Adanya biaya tambahan seperti dari biaya pakan, desinfektan,
serta persiapan obat-obatan tambahan. – Resiko terinfeksi penyakit hingga
kematian
N.
Persiapan dan Penanganan yang Matang
Dalam
melakukan program ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar efek
negatifnya bisa diminimalisir, antara lain:
1.
Sebelum force molting
a. Ayam harus
dipastikan sehat. Jika ada ayam yang tidak sehat, maka harus diafkir
(dijual) karena ayam bisa mati ketika force molting dijalankan.
Cek status kesehatan ayam dengan melakukan uji titer antibodi di laboratorium.
Lebih baik lagi jika sebelumnya ayam telah mendapatkan program vaksinasi sesuai
aturan.
b. Sebelum melakukan force molting, sebaiknya
peternak melakukan seleksi berat badan ideal ayam. Standar bobot badan ayam
yang akan di-force molting harus berkisar 1,9-2 kg dengan usia
berkisar 90 minggu atau lebih. Yang perlu diingat adalah 2-3 hari sebelum molting dan
selama produki telur masih ada tetap diberikan penambahan kalsium seperti Oyster
shells atau sumber lain 4-6 gram per ekor agar tidak kekurangan
kalsium pada tulang
c. Ciptakan
kondisi Iingkungan kandang yang nyaman dan bersih, pengaturan suhu kandang
yang terprogram, dan pengaturan penyinaran cahaya.
d. Tingkatkan biosekuriti. Saat molting biasanya
ayam menjadi sangat lemah dan tingkat stresnya tinggi sehingga rentan terserang
penyakit. Oleh karenanya jadwal pembersihan dan desinfeksi sebaiknya
ditingkatkan juga. Begitu juga desinfeksi kandang. Saat ada ayam pilih
desinfektan yang aman, seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep Selama force molting.
e. Vaksinasi yang terprogram dengan baik tidak akan memberikan
hasil pencegahan penyakit yang optimal jika tidak didukung dengan pelaksanaan
biosekuriti yang ketat selama program. Oleh karena itu, tingkatkan biosekuriti
khususnya pada orang, peralatan, dan kendaraan yang berpindah-pindah seperti
tim vaksinator, mobil ayam afkir, kotak telur dll.
3, Refleksi
Setelah Ananda mempelajari materi tentang langkah langkah
molting ternak unggas petelur pada modul
agribisnis ternak unggas petelur yang
mencakup Program Force Molting, Defenisi
Force Molting, Tujuan
Force Molting, Metode Force Molting, Rontok bulu secara paksa (Force Molting), Perlakuan pemberian Air
minum, Perlakuan pemberian Pakan, Keuntungan
Ekonomi, Keuntungan lainnya, Siklus Force
Molting, Nutrisi Fase
Force Molting, Waktu Force Molting, Kelebihan dan Kekurangan Forfe
Molting, Persiapan dan Penanganan
yang Matang, harap jawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut
a.
Pertanyaan: Hal-hal apa saja yang dapat ananda lakukan
tekait dengan materi Program Force Molting dalam agribisnis ternak unggas
petelur? |
Jawaban: |
b.
Pertanyaan:
Aspek
menarik apa saja yang Ananda temukan dalam materi Program Force Molting dalam agribisnis ternak
unggas petelur? |
Jawaban: |
c.
Pertanyaan:
Manfaat
apa saja yang ananda peroleh dari materi molting dalam agribisnis ternak
unggas petelur? |
Jawaban: |
d.
Pertanyaan:
Manfaat
apa saja yang ananda peroleh dari materi molting dalam agribisnis ternak
unggas petelur? |
Jawaban: |
4, TUGAS
Pilihlah
salah satu tugas di bawah ini
a.
Buatlah
suatu makalah tentang molting dalam agribisnis ternak unggas petelur?
b.
Buatlah
suatu makalah tentang molting puyuh dalam agribisnis ternak unggas petelur?
c.
Buatlah
suatu makalah molting telur itik dalam agribisnis ternak unggas petelur?
5.
Tes Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan
singkat dan jelas !
a.
Jenis bahan
pakan apa saja yang diperlukan untuk produksi telur?
b.
Jenis limbah
pertanian apa saja yang diperlukan untuk proses meningkatkan produksi telur
ayam?
C. Penilaian
1. Sikap
Ananda
diminta untuk melakukan penilaian diri. Penilaian ini dilakukan cara sebagai
berikut :
a. Bacalah
pernyataan yang ada di dalam kolom dengan teliti
b. Berilah
tanda cek (√) sesuai dengan sesuai
dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari di tempat PKL
2. Sikap
Spritual
NO |
ASPEK PENGAMATAN |
SKOR |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Berdoa
sebelum dan sesudah melakukan sesuatu |
|
|
|
|
2 |
Mengucapkan
rasa syukur atas karunia Tuhan |
|
|
|
|
3 |
Memberi
salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi |
|
|
|
|
4 |
Mengungkapkan
kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran
Tuhan |
|
|
|
|
5 |
Merasakan
keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan |
|
|
|
|
Jumlah Skor |
|
|
|
|
Keterangan
:
5.
Tidak
pernah, apabila tidak pernah melakukan
6.
Kadang-kadang,
apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
7. Sering,
apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
8.
Selalu,
apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
g.
Sikap
Jujur
NO |
Aspek
Pengamatan |
SKOR |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Tidak
nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan/tugas |
|
|
|
|
2 |
Tidak
melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber) dalam mengerjakan setiap tugas |
|
|
|
|
3 |
Mengungkapkan
perasaan terhadap sesuatu apa adanya |
|
|
|
|
4 |
Melaporkan
data atau informasi apa adanya |
|
|
|
|
5 |
Mengakui kesalahan
atau kekurangan yang dimiliki |
|
|
|
|
Jumlah
Skor |
|
|
|
|
Keterangan
:
5.
Tidak
pernah, apabila tidak pernah melakukan
6.
Kadang-kadang,
apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
7.
Sering,
apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
8.
Selalu,
apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
h.
Sikap
Disiplin
NO |
Sikap yang
diamati |
Melakukan |
|
YA |
Tidak |
||
1 |
Masuk
tempat PKL tepat waktu |
|
|
2 |
Mengumpulkan
tugas tepat waktu disekolah |
|
|
3 |
Memakai
seragam sesuai tata tertib ditempat PKL |
|
|
4 |
Mengerjakan
tugas yang diberikan ditempat PKL |
|
|
5 |
Tertib
dalam mengikuti kegiatan di tempat PKL |
|
|
i.
Pengetahauan
Jawablah pernyataan di bawah ini dengan
singkat dan jelas !
a.
Jelaskan
berapa lama pembentukan telur ayam?
b.
Jelaskan
jenis ternak unggas apa saja yang dapat menghasilkan telur?
c.
Jelaskan
bagaimana langkah-langkah ananda dalam pemanenean telur dalam kandang?
d.
Jelaskan
jenis jenis limbah pertanian apa saja yang dapat dijadika sebagai bahan baku
pakan ternak unggas petelur?
j.
Keterampilan
Lakukan
kegiatan persiapan dan peralatan untuk kegiatan pemanenan telur ayam.
NO |
Kriteria ( 100%) |
YA |
Tidak |
|
1 |
Program
Force Molting, Defenisi
Force Molting, Tujuan
Force Molting, Metode Force Molting, Rontok bulu secara paksa (Force Molting), Perlakuan pemberian
Air minum, Perlakuan pemberian Pakan, Keuntungan
Ekonomi, Keuntungan lainnya, Siklus Force
Molting, Nutrisi Fase
Force Molting, Waktu Force Molting, Kelebihan dan Kekurangan
Forfe Molting, Persiapan dan Penanganan
yang Matang, |
|
|
|
2 |
Menetukan
jenis-jenis peralatan dan sarana pendukung program molting dalam agribisnis
ternak unggas petelur |
|
|
|
3 |
Menginventarisasi
kebutuhan molting dan peralatan untuk usaha agribisnis ternak unggas petelur |
|
|
|
4 |
Menentukan
peralatan untuk program molting ternak unggas petelur dan penyimpanannya |
|
|
|
5 |
Menentukan
kebutuhan dosis bahan untuk sanitasi dan prosedur sanitasi untuk telur tetas |
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar