Selasa, 09 Maret 2021

SKRIPSI ANDOS HOBBIN TUA UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA PADANGSIDIMPUAN

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.       Latar Belakang

Padi (Oriza sativa L.) merupakan golongan rerumputan berumur pendek 3-4 bulan, berakar serabut, berbentuk rumpun dengan mengeluarkan anakan-anakan, batang berongga beruas-ruas, dapat mencapai tinggi sampai lebih kurang 100-120 cm. Daun berseling, bangun garis dengan pelepah yang terbuka. Bunga pada ujung berupa satu malai dengan bulir kecil yang pipih, masing- masing terdiri atas satu bunga. Tiap bunga disamping gluma mempunyai satu palae inferio, dua palae superior, dua lodiculae, tiga benang sari dan satu putik dengan satu kepala putik berbentuk bulu (Tjitrosoepomo, 1994). Buah padi adalah biji padi itu sendiri yaitu putih lembaga (endosperm) yang erat terbalut kuliat air. Basar kecil, bentuk dan warna tergantung dari jenis padi. Beras yang baik ialah yang besar, panjang, putih, mengkilap tidak berperut (Harjodinomo, 1987).

Sebagian daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan tepatnya di kecamatan Tanotombangan Angkola adalah sebagian besar petani membudidayakan tanaman padi gangguan hama dan penyakit pada tanaman padi merupakan salah satu masalah penting yang senantiasa dihadapi setiap musim tanaman padi. Gangguan ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar, tidak bisa terhadap produksi juga terhadap kualitas padi itu sendiri. Seperti diketahui padi adalah komoditas tanaman yang menghasilkan beras. Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi 90% penduduk indonesia termasuk di kecamatan Tanotombangan Angkola untuk makanan pokok (Saragih 2001). Permintaan pada beras sebagai makanan pokok penduduk indonesia mengalami peningkatan.  Untuk memenuhi persyaratan diatas sangat bergatung pada banyak faktor, antara lain faktor lingkungang yaitu iklim dan tanah dan faktor teknis yang perlu dapat perhatian terus pengendalian hama dan penyakit.

Hama yang umum terdapat pada tanaman padi antara lain bemisia tabaci (kutu putih), spodoptera litura (Ulat grayak), pomacea canaliculata (keong mas), rattus argentiventer (tikus), melanoplus femurrubrum (belalang) dan hama utamanya adalah  leptocorisa acuta (Walangsagit), (Mardikanto 1993) hama ini dapat merugikan bahkan membuat sebagian tanaman padi tidak bisa dipanen gejala yang diakibatkan hama serangga ini bercak pada biji gabah, biji gabah bisa kosong akibat dari hisapan hama walangsangit ini.

Pengunaan perangkap warna berperekat merupakan satu metode sederhana untuk mengetahui ukuran relatif dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga. Metode ini lebih efisien dibandingan dengan metode yang lain, karna perangkap langsung mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman. Efisiensi perangkap dapat ditingkatkan dengan penggunaan  zat antraktan. Perangkap seperti ini dapat digunakan memonitor  populasi hama bahkan dalam tingkat kepadatan rendah (Heinz dkk, 2002).

Oleh sebab itu penulis menganggap perlu dilasanakannya penelitian mengenai pengaruh beberapa jenis perangkap hama walang sagit pada pertanaman padi  yang terdapat di Kecamatan Tanotombangan Angkola . 

1.2.    Rumusan Masalah

 Untuk mengetahui perangkap warna dalam pengendalian hama walangsangit (leptocorisa acuta) pada tanaman padi Di Kecamatan Tanotombangan Angkola.

 

1.3.    Batasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi untuk melihat pengaruh perangkap hama walangsangit pada pertanaman padi di kecamatan Tanotombangan Angkola.

 

1.4.    Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis perangkap warna terhadap populasi hama walangsangit pada tanaman padi (Oriza sativa L) di Kecamatan Tanotombangan Angkola.


1.6   Kegunaan penelitian

1.      Bahan informasi untuk menggunakan perangkap warna pada tanaman padi  di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2.      Salah satu bahan dasar untuk melaksanakan penelitian sebagai persyaratan dalam rangka penyusunan skripsi untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan.

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1.    Klasifikasi Tanaman padi (Oriza sativa L.)

Menurut Mubiar, P,  (2014).  Tanaman padi dalam sistemika tumbuh dapat diklasifikasikan  sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super Divisi    : Spermatopyta

Divisi               : Magnoliphyta

Kelas               : Liliopsida

Sub Kelas        : Comemelidinidae

Ordo                : Poales

Famili              : Poacae/Gramineae

Genus              : Oryza

Spesies            : Oryza sativa L.

 

 

2.2.    Morfologi Tanaman Padi

 

Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek. Biasanya hanya berumur kurang dari satu tahun dan berproduksi satu kali. Setelah tanaman padi itu berbuah dan dipanen, padi tidak tumbuh seperti semula lagi, tetapi mati.

Menurut Pratimi A,R,C,H. dan Soesilohadi (2011), tanaman padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

 

 

1.             Bagian vegetatif

a.    Akar

Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat makanna dari tanah, kemudian terus diangkut kebagian atas tanaman. Akar tanaman padi dibedakan lagi menjadi: (1) akar tunggang, yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkencambah; (2) akar serabut, yaitu akar yang tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang yang akan menjadi akar serabut; (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar tunggang dan akar tersebut merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar serta berfungsi sebagai pengisap air dan zat makana; (4) akat tanjuk, yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang rendah.

 

b. Batang

Padi memilik batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergabtung pada jenisnya. Pada jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek dari jenis lokal. Jenis padi yang tumbuh ditanah rawah dapat lebih panjang lagi.

 

c. Anakan

Tanaman membentuk rumpun dengan anakannya. Biasanya, anakan tumbuh disekitar tanaman inangnya secara bersusun secara terus menerus.

 

d. Daun

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun yang berbada-beda baik dari bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. Setiap tanaman memiliki daun yang khas. Hal ini lah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan menjadi jenis rumput.

 

2.       Bagian generatif

a. Malai

Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluear dari buku paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh malai utama adalah ruas buku yang terakhir dalam batang.

 

b. Buah padi

Buah padi sering kita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai bagia-bagian berikut:

1)      Embrio ( lembaga), yaitu calon batang dan calon daun

2)      Endosperm, merupakan bagian dari buah atau biji padi yang besar

3)      Bekatul, yaitu bagian padi yang berwarna coklat

 

2.3.  Syarat Tumbuh Tanaman Padi

        Meskipun tanaman padi adalah tanaman yang muda kita temukan dimanan mana namun tanaman padi tidak dapat tumbuh disembarang tempat. Padi memerlukan perlakuan khusus untuk dapat tumbuh serta beberapa dukungan alam,diantaranya                                                                                       

a.       Iklim                                                                 

          Keadaan suatu iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman termasuk padi. Tanaman padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas banyak mengaduk uap air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan musim (Hasanah, ina 2007).

 

b.      Curah Hujan

          Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik curah hujan yang baik memberikan dampak yang baik dalam pengairan sehingga genangan air yang di perlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi.

                                   

c.       Temperatur                                                                                                                  Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman padi. Suhu yang panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah tropika yang dilalui garis khatulistiwa, seperti dinegara kita.                                              Tanaman padi dapat tumbuh baik pada suhu  ke atas, sedangkan di indonesia suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi adalah kehampaan pada biji (Chan, E.  2000).        

 

d.      Angin   

Angin memiliki peran yang cukup penting terhadap pertumbuhan tanaman padi. Dengan angin, tanaman padi dapat melakukan proses penyerbukan dan pembuahan. Namun, angin juga dapat memiliki peran negatip terhadap perkembangan.

 

 

 

2.4.    Biologi Hama Walangsangit (Leptocorisa acuta)

2.4.1. Taksonomi

Kedudukan taksonomi walangsangit (Leptocorisa acuta)

Kingdom         : Animalia

Filum              : Arthropada

Kelas               :Insecta

Ordo                : Hemiptera

Famili              : Coreidae

Sub Famili       : Alynidae

Genus              : Leptocorisa

Spesies            : Leptocorisa acuta

 

 

2.4.2 Morpologi dan Biologi

 

Serangga dewasa berbentuk ramping dan berwarna coklat dengan ukuran panjang sekitar 14 - 17 mm dan lebar 3 - 4 mm dengan tangkai dan atena yang panjang. Perbandingan antara jantan dan betina 1:1, setelah menjadi imago serangga ini baru dapat kawin. Lama perode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan walangsangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari(Asikin dan Tshamri, 2008).

Walangsangit dikenal karena baunya yang busuk atau sangit, kalau di ganggu walangsangit akan terbang sambil mengeluarkan bau yang berasal dari abdomennya. Sekresi zat cair berbau tidak enak ini merupakan pertahanan walangangit terhadap serangga musuh(devensive secerition) (Thanjono dan Harahap, 1994).

 

 

 

2.5     Penggunaan perangkap Warna

Penggunaan prangkap merupakan metode pengendalian fisik mekanis, dalam aplikasinya metode ini merupakan cara yang efektif, aman dan ekonomis, dan lebih efisien, karena dapat mendeteksi awal munculnya serangan (Mutiarani, 2009).

 Serangga dapat membedakan warna-warna, kemungkinan karena adanya perbedan sel-sel retina pada serangga, kisaran pada panjang gelombang yang dapat diterima serangga adalah 2540-6000 nm. Perankap warna kuning lebih kontras dan mengkilap sehingga serangga bersayap lebih mudah tertarik, dibandingkan jenis perangkap lainnya, disamping itu pula perangkap warna kuning lebih tahan terhadap cahaya matahari (Sunarno, 2011).

Kebanyakan serangga hanya memiliki dua tipe pigmen pengelihatan, yaitu pigmen yang dapat menyerap warna kuning terang dan hijau, serta pigmen yang dapat menyerap warna biru dan sinar warna ultraviolet (mayer 2006).

Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat sesuai jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Warna dan jenis perangkap sangat efektif dalam mengendalikan beberapa serangga. Alat perangakap diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama. Pada alat perangakap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik hama (Untung, 2006).

Penggunaan antraktan dengan menggunakan bahan metil eugenol merupakan cara pengendalian yang rama lingkungan dan telah terbukti efektif. Beberapa serangga bersayap juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bentuk dan warna perangkap (Kardinan, 2003).

Prefensi terhadap warna dengan menggunakan perangkap warna sering dimamfaatkan dalam monitoring serangga. Perangkap warna ada yang berbentuk silinder atau persegi empat. Warna yang digunakan biasanya disesuikan dengan serangga yang diamati. Kegunaan perangkap warna bisa menekan populasi hama. Warna yang disukai hama bisanya warna-warna yang kontras seperti kuning cerah. Keunggulan dari pengunaan perangkap ini adalah murah, efisien dan juga praktis, prinsip kerjanya perangkap warna tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel dengan warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel (Southwood, 1978).

Dengan cara pengendalian tersabut untuk intensitas kerusakan hama walangsangit dapat di tekan mengendaliakan hama khususnya walangsangit menggunakan prangkap warna berperekat salah satu cara untuk menekan populasi hama walangsangit bagi sebagian besar dikalanggan para petani perangkap ini belum di terapkan maka dari itu perlu untuk di terapkan, untuk menekan menghabat pertumbuhan serta perkembangan hama walang sangit, ada pun mamfaat perangakap warna adalah untuk mengalihkan perhatian daripada walangsangit tersabut karna dengan perangkap warna walangsangit lebih tertarik pada warna yang mencolok

 

           

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

3.1.    Waktu  dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2017 dengan ketinggian tempat ± 0-1985 m dpl di lahan padi desa Kotatua  Kecamatan Tanotombangan  Kabupaten Tapanuli Selatan.

 

3.2.    Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman padi, bambu, tripleks,   meteran, label nama, kuas, tripleks warna transparan, cat warna biru, cat warna kuning, merah, merah muda, hijau, putih, pinset, kamera serta perangkat lunak komputer dan alat tulis lainnya.

 

3.3.    Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok  (RAK) Non faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:

W: Perangkap tanpa warna

W  : Perangkap warna kuning

W  : Perangkap warna merah muda

W : Perangkap warna putih

W : Perankap warna hijau

W  : Perangkap warna biru

W : Perangkap warna merah.

 

 

          Untuk menentukan jumlah ulangan yang akan digunakan dihitung dengan menggunakan rumus:

(t-1)  (r-1) 15

(7-1) (r-1) 15

 6 (r-1) 15

 6r

  r 21/6=3

Jumlah perlakuan            : 7 perlakuan

Ulangan                          : 3 ulangan

Jumpah petak penelitian : 21 petak

Model linier yang digunakan adalah   :

            Yij =  Tj  Eij ;i =1,2...r

            J =1,2..t

            T = jumlah treatment

            r = jumlah blok

Dimana :

Yij       = darta percobaan

µ       = nilai tengah umun (rataan)

ρi         = efek blok ke i

Tj         = efek dari  perlakuan ke j

Eij      = efek eror

          Jika sidik ragam menunjukkan efek yang nyata maka dilanjudkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT), (Bangun, 1994).

 

 

 

 

3.4     Pelaksanaan Penelitian

1.    Pembuatan Perangkap

Perangkap berbentuk segi empat, dengan ukuran 30cm, sebanyak 7 perangkap yang terbuat dari tripleks. Kemudian ke 7 tripleks dicat sesuai dengan warna yang disarankan setelah itu diberikan dengan zat antaktan(metileogenol). Kemudian perangkap dipacak diareal pertanaman dengan ketinggian 1 m dari permukaan tanah.

 

2.    Perangkap Warna Dengan Perekat Zat Antaktanm(metil eugenol)

Perangkap tripleks diberi warna yanga di berikan sesuai dengan perlakuan yanga akan diolesi dengan zat antraktan sempi permukaan tripleks merata.

 

3.    Pemasangan Perangkap

Perangkap dipasang pada areal tanaman denga jumlah 7 buah. Ditengah petak/barisan 1 perangkap warna dengan sesuai tinggi padi. Perangkap di pasang 1 hari sebelum penelitian dilakukan. Penelitian dilakukan 3 hari sekali dengan jumlah penelitian sebanyak 6 kali. Setiap petak/barisan perlakuan terdiri dari 320 tanaman. Dengan jarak tanam 20cm x 25cm, jarak antara petak 25cm. Setiap waktu pengamatan tripleks perangkap di ambil dan peneliti mengamati jumlah banyak hama walangsangit yeng terperangkap dalam tripleks. Setelah itu zat antraktan dioles kembali, untuk meneliti selanjutnya dan di pancak kembali. 

 

 

Peubah Amat

1.    Populasi walangsangait yang terperangkap dalam perangkap warna

Populasi walang sangit yang terperangkap pada perangkap warna, dihitung dalam interval 3 hari sekali yang dilakukan pada sore hari pukul 14.00-17.00 WIB dari masing-masing perlakuan. Untuk mengetahui jumlah populasi padi pada tanaman, diambil sampel sebanyak 20 tanaman/petak lalu diamati.

 

1.    Intensitas Serangan Walangsangit

Pengamatan dilakukan dengan mengamati sampel tanaman, pengamtan dilakukan 6 kali dengan interval 3 hari. Pengamatan dilakukan 3 hari setelah pemasang perangkap warna dengan zat antraktan. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur antara 80-100 HST. Pengamatan dilakukan persentase serangan hama dari walangsangit dengan menggunakan rumus:

Is=Σ ( ) X 100%

Dimana :

Is = intensitas serangan

N = jumlah tanaman yang rusak tiap kategori serangan

v = nilai skala tiap serangan larva pada tanaman yang diamati

N = jumlah  tanaman yang diamati

Z = nilai skala tertinggi kategori serangan     

 

 

Penentuan nilai skala serangan sebagai berikut:

 0 : tingkat serangan dari 0%

 1: tingkat serangan 25%

 2: tingkat serangan 25% 50%

 3: tingkat serangan 50% 85%

 4 : tingkat serangan 85%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

4.1.    Hasil Pengamatan Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi.

          Berdasarkan hasil analisi sidik ragam dari perlakuan penggunaan perangkap warna pada tanaman padi di kecamatan Tanotombangan Angkola, dapat dilihat dari lampiran,perlakuan penggunaan perangkap warna berperekat memberikan pengaruh tidak nyata terhadap tiap perangkap warna dilahan penelitian di kecamatan Tanotombangan Angkola. Rata-rata hama walangsangit yang terperangkap pada tanaman padi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta)  yang Terperangkap Pada Tanaman Padi.

Hari Setelah Aplikasi

 

Perlakuan

1

2

3

4

 

5

 

6

7

8

9

10

total

 

W0

 

2,5

 

2,5

 

3,5

 

3,0

 

2,0

 

2,5

 

3,0

 

2,5

 

2,0

 

1,5

 

25

W1

3,5

4,0

2,5

2,5

3,5

4,0

4,5

4,0

3,5

4,0

36

W2

3,0

3,0

2,5

2,5

2,5

4,0

4,0

3,5

3,5

4,5

33

W3

2,5

3,5

4,0

3,0

3,0

4,5

4,5

3,0

4,5

3,5

33,5

W4

3,5

4,5

2,5

3,0

3,5

3,5

3,5

3,0

4,5

3,5

35

W5

3,5

4,0

3,0

4,0

2,0

3,0

4,0

3,0

2,0

4,5

32

W6

4,5

3,0

2,5

4,0

3,0

4,5

3,0

3,5

2,5

2,0

32,5

Keterangan : angka yang diikuti oleh hurup yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji duncan ( = 0,05).

Dari Tabel 1 diperoleh total pada perlakuan W1(Kuning) menunjukkan nilai total paling tinggi yaitu sebesar 36 ekor dibandingkan dengan semua perlakuan mulai dari W0, W2, W3, W4, W5 dan W6. Hal ini diduga warna yang disukai hama bisanya warna-warna yang kontras seperti kuning cerah. Ketertarikan serangga terhadap warna disebabkan pemantulan cahaya kesegala arah dan banyak serangga pemakan tumbuhan menanggapi positif pola pantulan cahaya dari tanaman inang, dan tanggapan ini bisa sangat spesifik. Ketertarikan serangga terhadap warna kuning cenderung lebih tinggi dapat disebabkan adanya kemiripan warna polen bungan menjelang masak. Warna kuning akan memberikan stimulus terkait dengan perubahan warna pada tanaman menjelang bergunga dan pemasakan buah, dimana reflektasi maksimal dari spectrum yang terpantau oleh serangga (Blackmer et al., 2008).

Hal ini sesuai peneltian Syafrizal (2016) dengan hasil penelitian didapatkan bahwa perangkap warna kuning dapat menangkap lalat buah paling banyak dan yang paling rendah adalah pada perangkap warna taransparan, hal ini menunjukkan bahwa serangga hama lalat buah lebih tertarik pada warna kuning dibandingkan dengan warna transparan, merak dan hijau. Braham (2014) menyebutkan efek dari warna perangkap akan memberikan daya tarik T. absoluta jantan; kami berhipotesis bahwa warna perangkap akan lebih efektif bila diberikan feromon sebagai umpan balik. Roubos dan Liburd (2008) dalam Braham (2014) melaporkan perbedaan yang signifikan terhadap efek warna ember trap pada penangkapan serangga jantan penggerek akar anggur Vitacea polistiformis (Harris) (Lepidoptera : Sesiidae) menggunakan feromon seks sintetik. Lebih lanjut Braham (2014) menjelaskan, perangkap warna hijau dan kuning efektif digunakan untuk perangkap serangga, pada kondisi seperti ini tidak ditemukan perbedaan pemilihan warna berdasarkan jenis kelamin serangga.

Serangga lebih tertarik pada warna kuning, karena warna kuning mempunyai kisaran panjang gelombang 424-491 nm dan serangga mempunyai kisaran panjang gelombang yang dapat diterima berkisar 540-600 nm. Selain karena panjang gelombang yang dapat diterima oleh serangga, karena serangga dapat membedakan warna-warna kemungkinan karena adanya perbedaan pada sel-sel retina mata serangga. Serangga lalat buah menggunakan sejumlah isyarat visual ataupun isyarat kimia (chemical cues) untuk menemukan inang berupa buah atau sayuran. Kesesuaian isyarat visual maupun isyarat kimia akan menyebabkan hama lebih tertarik untuk menemukan inangnya. Dari penelitian Litbang UMS diketahuai bahwa kertas perangkap berwarna kuning berhasil menjerat lalat paling banyak, disusul kertas perangkap berwarna putih, hijau dan biru. Hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa lalat tertarik pada permukaan yang berwarna putih dan warna kuning.

Menurut Kardinan (2003) mengungkapkan penggunaan perangkap warna sangat memberikan kemudahan, ramah lingkungan tidak mengandung banyak bahan kimia dan sangat muda utuk di aplikasikan atau diterapkan bagi para petani untuk menggunakan atau menerapakan penggunaan perangkap warna tersebut di kalangan para petani khususnya petani padi.

Menurut  Sidim  (2009)  populasi  hama walang  sangit  meningkat  ini  disebabkan makanan  yang  cukup  tersedia  untuk perkembangannya  karena  pada  umumnya walang  sangit  menyerang tanaman  padi sawah pada saat matang susu, Soesilohadi (2011), mengemukakan bahwa kemelimpahan  walang  sangit  L.  oratorius di  petak  sawah  yang  ditanami  padi menunjukkan  fluktuasi  dari  waktu  ke waktu.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh  faktor adanya  penyemprotan  dengan  insektisida 3-4  kali  dalam  satu  musim  tanam  padi. Saat  padi  disemprot  insektisida,  imago walang  sangit  akan  bermigrasi  ke  tempat yang  terlindung  dari  insektisida,  yaitu tanaman selain padi yang berada di sekitar sawah (rumput).

Perangkap warna sangat efektif dalam memonitoring atau mengendalikan serangga, hal ini sesuai dengan heinz, dkk (1982) yang menyataan bahwa penggunaan perangkap warna merupakan suatu metode sederhana untuk mengetahui ukuran relatif serangga dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga, metode ini lebih efisien dibandingkan dengan metode satuan unit contoh, karena perangkap langsung mengumpulkan serangga yang berada disekitar tanaman.

Pengendalian penggunaan perangkap dilahan di Tanotombagan, petani dalam mengendaliakan hama khususnya Walangsangit mengunakan perangakap yaitu prangkap warna dengan cara pengendalian tersebut untuk intensitas kerusakan terhadap tanaman padi dapat di tekan, hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa pengendalian dengan menggunakan perangkap cukup diefektif untuk mengendalikan hama walangsangit,ada pun beberapa fungsi dari penggunaan perangkap warna salah satu adalah untuk mengalikan perhatian dari walangsangit tersebut lebih tertarik.

Walang sangit lebih tertarik kepada warna-warna yang kontraks  tersebut dibandingkan makan pada padi yang sedang berbunga sampai matang susu. Menurut Sunjaya (1970), banyak diantara jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya adalah senyawa kimia yang mudah menguap, Dengan demikian intensitas kerusakan bulir/biji padi dapat dihindari dengan cara perangkap warna tersebut. Dilihat dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama keberadaan musuh alami (predator dan parasitoid) di lahan  tersebut.

 Produktivitas padi di lahan di Desa Kotatua ini pada umumnya masih rendah, disebabkan selain tingkat kesuburan tanah yang rendah, kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, juga serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu faktor pembatas yang penting. Serangan hama dan penyakit merupakan resiko yang harus dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman untuk meningkatkan produksi yang sesuai dengan harapan. Resiko ini merupakan konsekuensi dari setiap perubahan ekosistem sebagai akibat budidaya tanaman yang dilakukan, sedangkan ketidaktentuan iklim merupakan suatu hal yang harus diterima sebagai fenomena alam. Perubahan atau ketidaktentuan iklim sangat berpengaruh terhadap perkembangan hama/penyakit dan berpengaruh langsung terhadap usaha budidaya tanaman. Salah satu hama serangga penting di lahan di Desa Kotatua adalah walangsangit (Leptocorisa oratorius F,Coreidae, Hemiptera), dimana hama ini hampir menyerang pertanaman padi hampir disetiap musim.

 Hama ini menyerang pertanaman padi setelah padi berbunga. Bulir padi ditusuk dengan rostrumnya, kemudian cairan bulir tersebut diisap (Domingo et al., 1982). Akibat serangan hama ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh ataupun hampa sama sekali. Dengan demikian dapat mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas hasil.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  

4.2.   Intensitas Serangan Hama Walang Sangit (Leptocorisa Acuta) pada Tanaman Padi.

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam intensitas serangan hama walangsangit pada tanama padi dapat dilihat pada lampiran pengamatan intensitas serangan hama walangsangit memberikan pengaruh tidak nyata terhadap intaensitas serangan hama walangsangit pada tanaman padi. Tabel 4.2. rata-rata intensitas serangan hama walangsangit dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Rataan Intensitas Serangan Hama Walangsangit ( Leptocorisa Acuta)           Padi. Pada Tanaman

Intensitas serangan hama walang sangit (Leptocorisa acuta)

Perlakuan

I

P

II

P

III

P

IV P

V

P

VI

P

VII

P

VIII

P

IX

X

P

Total

W0

4,0

2,0

4,0

3,0

2,0

3,5

3,5

2,5

4,5

3,5

32,5

W1

3,0

4,0

3,5

2,0

2,5

3,5

3,5

4,0

4,0

1,5

31,5

W2

3,5

2,5

3,0

3,0

4,5

3,5

4,0

3,0

4,5

4,0

35,5

W3

2,0

3,0

3,0

3,5

3,0

4,0

4,0

3,0

3,5

3,5

32,5

W4

3,5

4,0

2,5

3,5

2,5

4,0

3,0

3,5

5,5

3,0

35,0

W5

3,0

2,5

4,0

1,5

2,5

5,0

4,0

4,0

3,5

4,0

34,0

W6

4,5

4,0

3,5

4,0

3,5

3,5

3,0

3,0

2,0

3,5

35,5

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji duncan ( = 0,05).

 

Berdasarkan tabel diatas, besarnya intensitas serangan yang dilakukan oleh hama walang sangit terdapat pada perlakuan ke-1 diluar control. Pada hasil intensitas walangsangit ini pada tiap perlakuan telah diamati  dapat dikatakan bahwa W6  dapat menekan intensitas serangan hama walangsangit  memberikan pengaruh tidak nyata, namun secara nilai total  tertinggi terdapat pada W1, dibadingkan dengan perlakuan lainya fatonah, ( 2013). Hal ini dipengaruhi karena perangkap warna pada intensitas serangan hama walangsangit sangat lah epektif dan mudah untuk di terapkan dikalangan para petani terutama di daerah diadakannya penelitian tersebut 

Serangan dilakukan hama walangsangit pada pertanaman padi dapat mengakibatkan kerusakan pada bulir padi ditusuk dengan rostumnya, kemudian cairan bulir tersebut diisap (Willis, M. 2001). Akibat serangan hama ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh atau pun hampa sama sekali. Dengan demikian dapat mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas hasil yang dapat menrugikan atau mengecewakan para petani di Kecamatan Tanotombangan Angkola, hal ini akibat dari serangan hama yang terus menerus merusak tanaman padi jika tidak di kendalikan dengan benar.

Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu masalah penting dalam proses produksi pertanian seiring disebabkan oleh adanya serangan hama. Hama tanaman telah ada sejak manusia mengolah lahan pertanian (sambel, 1989). Adanya hama tersebut belum dapat di kendalikan secara optimal sehinga dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil, penurunan mutu serta menurunkan pendapatan petani (Tulung, 2004). Dewasa ini telah diketahui lebih dari 70 spesies serangga hama yang dapat menimbulakan kerusakan pada tanaman padi, tetapi hanya 20 sesies yang merupakan hama penting (De Datta, 1981). Di indonesia walangsangit merupakan salah satu hama yang potensial yang pada waktu-waktu tertentu menjadi hama penting yang dapat menyebabkan kehilangan hasil.

Kualitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan walangsangit, diantaranya menyebabkan meningkatnya perubahan warna biji padi. Sehingga serangan walangsangit disamping secara langsung menurunkan hasil, secara tidak langsung juga sangat menirunkan kualitas gabah (Anonim, 2009) berdasarkan alasan tersebut dan informasi dari penyuluh pertanian di lapangan, bahwa intesitas serangan( L. acuta) walangsangit telah tersebar di berbagai lokasi sentra produksi tanaman padi di Kecamatan Tanotombangan Angkola sehingga perlu saya terapkan dan adakan penelitian di lahan pertanian milik warga tepatnya di Kecamatan Tanotombangan Angkola. Dengan menggunakan beberapa jenis perangkap warna terhadap tanaman padi.

Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang yang menjadi hampa karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi biji yang sedang tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang sangit juga masih dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras dengan cara mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya walang sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini lebih bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan rapuh dan mudah patah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1.    Kesimpulan

1. Populasi Walang sangit yang paling bayak terperangakap pada perlakuan W1 (perangkap warna kuning) yaitu dengan total sebesar 36

2. Intensitas serangan hama Walangsangit yang tertinggi yaitu pada perlakuan W1 dengan total 31,5

 

5.2.    Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut pengaruh perangkap warna perekat dengan berbagai perekat atau warna lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Asikin dan Tshamrin,  2009.  Hama  Walang  sangit Leptocorisa  oratorius. http://bbpadi.litbang.  deptan.go. id/index.  Di  akses  tanggal  17  Mei 2012.

 

 

Budiharsanto,  A.  S.  2006. Mikrohabitatdan  relung  ekologi  hama  walang  sangit(Heteroptera:Leptocorisa sp) danBelalang (Orthoptera:Locus sp) pada tanaman padi sawah. Skripsi.Universitas Negeri Semarang. 34p.

 

Chan, E. 2000. Tropical Plants of Southeast Asia.Periplus Edition (HK) Ltd. Printed in Singapore.

 

 

Gash, J.H.C. 1979.An Analitical Model of Rainfall Interception by Forest.Quart. J. R. Met. Soch.105 : 43-55.

 

 

Harjodinomo1987. Keunggulan pada Tanaman Padi di Kawasan Batas Hutan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Selatan.Tesis.Fakultas Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.

 

 

Harjono, H., 1993. Budidaya Dan Multigunanya zat antrakta: Yogyakarta.

 

 

Hein, Z.dkk. 2002. Zat antaktan dan sejenis obat lainnnya. Kasumbogo,  U.  2006.  Pengantar  Pengolaan  Hama  Terpadu  (Edisi  ke-2).  Yogyakarta:Citra Aji Pratama.

 

Lee, S.A. 2006. Througfall Spatial Variability Under Oil Palm.Faculty of Civil

Engineering.Universitas,Teknologi,Malaysia.http://www.efka.utm.my/t/IAGES/3PSM/2006/JHH/ARTS1/sawayleepdf [ diunduh pada 4 April 2017].

 

 

Mardikanto. 1993. Kajian Model bemacam serangga yang menyerang tanaman. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

 

 

Mubiar, P. 2014. Padi Sri Organik Indonesia, paska sarjana ITB pada tahun 1975.

 

 

Mustikawati, D.R., dan R. Asnawi. 2011. Serangan walang sangit dan blas leher pada  beberapa  galur  padi  hibrida  asal  Cina  di  kebun  percobaan  NatarLampung.  Balai  Pengkajian  Teknologi  Lampung.JurnalLitbang Pertanian, 978-979-8510-34-2.

Pratimi,  A, R.C.H. dan Soesilohadi,  2011. Fluktuasi  Populasi  Walang  Sangit Leptocorisa  oratorius  F. (Hemiptera  :  Alydidae)  Pada Komunitas  Padi  di  Dusun  Kepitu, Sleman,  Daerah  Istimewa Yogyakarta.  Jurnal  BIOMA,   Vol. 13 (2): 54-59.

 

 

Saragih, . 2001. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

 

 

Seyhan, E. 1990. Dasar-Dasar pembuatan zat. Penerjemah: Subagyo. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

 

 

Sidim, F. 2009. Penyebaran Hama Walang sangit  Leptocorisa  oratorius  F. (Hemiptera  ;  Alydidae)  Pada Tanaman  Padi  di  Kabupaten Minahasa.  Skripsi  Fakultas Pertanian  Universitas  Sam Ratulangi Manado.

 

 

Siregar, Z.A.  2007.  Hama-hama  Tanaman  Padi.  Sumatera  utara:  USURepository.

 

Tjitrosoepomo,1994. Budidaya Tanaman Padi Beserta Komunitas Petani Padi Di Lahan Pertanin Bogor

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

Lampiran 1. Denah lahan penelitian

W0

 


W6

W0

                                                           

 

W2

W2

W1

W1

W5

W5

W3

W4

W0

W6

W5

W2

W3

W6

W4

W4

W1

W3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lampiran 2.  Rata-rata Populasi Walasangi . HSA

 

Perlakuan

Ulangan

I

II          II

     III

total

rataan

 

W0

1

2

2

5

2,5

 

W1

1

3

2

6

3,5

 

W2

1

2

3

6

3,0

 

W3

1

2

2

5

2,5

 

W4

3

3

1

7

3,5

 

W5

3

1

3

7

3,5

 

W6

4

3

2

9

4,5

 

Total

13

14

13

45

 

Rataan

3,25

3,5

3,25

8,095238

FK  136,19

 

 

Analisis Sidik Ragam Populasi Walangsangit

 

Sk

Db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

27,52

4,59

0,15

3,08

4,32

Blok

2

2349,81

1174,90

38,06

3,08

4,32

Galat

12

370,48

30,87

 

 

 

Total

20

2747,81

137,39

 

 

 

KK  68,64                                                                                  

                                                                                                           

Lampiran 3 Rata-rata Populasi Walangsangit . HSA                   

 

Perlakuan

Ulangan

I

II

III

total

rataan

W0

2

2

1

5

2,5

W1

1

3

4

8

4,0

W2

1

2

3

6

3,0

W3

3

3

1

7

3,5

W4

2

3

4

9

4,5

W5

3

1

4

8

4,0

W6

2

2

2

6

3,0

Total

14

16

19

49

Rataan

13,5

9,25

18,5

7,857143

FK 196,49

 

 

 

 

 

 

Analisis Sidik Ragam Populasi Walangsangit                                                              

Sk

Db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

24,00

4,00

0,11

3,08

4,32

Blok

2

1957,24

978,62

27,10

3,08

4,32

Galat

12

433,33

36,11

 

 

 

Total

20

2414,57

120,73

 

 

 

KK 76,48              

                                

                                                                 

Lampiran 4 Rata-rata Populasi Walangsangit . HSA                                                    

perlakuan

Ulangan

I

II

III

Total

Rataan

W0

1

2

4

7

3,5

W1

3

1

1

5

2,5

W2

1

1

3

5

2,5

W3

1

3

4

8

4,0

W4

2

2

1

5

2,5

W5

2

1

3

6

3,0

W6

1

2

2

5

2,5

Total

11

12

18

41

Rataan

10,25

20,5

12,75

8,285714

FK 144,74

 

 

Analisis Sidik Ragam Populasi Walangsangit

Sk

Db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

55,86

9,31

0,30

3,08

4,32

Blok

2

2226,95

1113,48

35,97

3,08

4,32

Galat

12

371,48

30,96

 

 

 

Total

20

2654,29

132,71

 

 

 

KK 67,15

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 5 Rata-rata Populasi Walangsangit . HSA                                                                                                                                                                   

Perlakuan

Ulangan

I

II

III

total

rataan

 

W0

1

2

3

6

3,0

 

W1

3

1

1

5

2,5

 

W2

1

2

2

5

2,5

 

W3

1

2

3

6

3,0

 

W4

1

2

3

6

3,0

 

W5

3

2

3

8

4,0

 

W6

3

3

2

8

4,0

 

Total

13

14

17

44

 

Rataan

3,25

3,5

4,25

7,52381

 

FK 1188,762

 

Analisis Sidik Ragam Populasi Walangsangit

Sk

Db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

31,24

5,21

0,30

3,08

4,32

Blok

2

1605,24

802,62

46,14

3,08

4,32

Galat

12

208,76

17,40

 

 

 

Total

20

1845,24

92,26

 

 

 

KK 55,44

                                                                                                                                                                    

Lampiran 6. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA                                     

Perlakuan

Ulangan

I

II

       III

total

rataan

W0

1

2

1

4

2,0

W1

3

3

1

7

3,5

W2

2

2

1

5

2,5

W3

1

2

3

6

3,0

W4

1

3

3

7

3,5

W5

1

1

2

4

2,0

W6

3

1

2

6

3,0

Total

12

14

13

39

Rataan

13

16,5

15,5

7,333333

FK 1129,333

 

                                                                 

Analisis Sidik Ragam Walangsangit                                                                            

Sk

db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

61,52

10,25

0,84

3,08

4,32

Blok

2

1586,67

793,33

64,99

3,08

4,32

Galat

12

146,48

12,21

 

 

 

Total

20

1794,67

89,73

 

 

 

KK 47,64

 

                                                                                                                                    

Lampiran 7. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA                                        

Perlakuan

ulangan

I

II

       III

total

rataan

W0

1

2

2

5

2,5

W1

2

2

4

8

4,0

W2

2

4

2

8

4,0

W3

1

2

1

4

2,0

W4

3

3

1

7

3,5

W5

1

3

2

6

3,0

W6

4

3

2

9

4,5

Total

14

19

14

47

Rataan

8,75

9,75

33,5

9,904762

FK

2060,19

 

 

                                                                                                           

Analisis Sidik Ragam Walangsangit                                                                            

Sk

Db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

152,38

25,40

0,13

3,08

4,32

Blok

2

4840,48

2420,24

12,81

3,08

4,32

Galat

12

2266,95

188,91

 

 

 

Total

20

7259,81

362,99

 

 

 

KK 138,77

 

 

 

 

                              

 

Lampiran 8. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA                                                   

Perlakuan

Ulangan

I

II

       III

total

rataan

W0

4

2

0

6

3,0

W1

1

6

2

9

4,5

W2

3

2

3

8

4,0

W3

3

2

4

9

4,5

W4

1

2

4

7

3,5

W5

3

4

1

8

4,0

W6

2

2

2

6

3,0

Total

17

20

16

53

Rataan

6,75

15,5

7

5,571429

FK 651,8571

 

Analisis Sidik Ragam Walangsangit                                           

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

138,29

23,05

0,41

3,08

4,32

Blok

2

1133,81

566,90

10,08

3,08

4,32

Galat

12

675,05

56,25

 

 

 

Total

20

1947,14

97,36

 

 

 

KK 134,62

 

 

 

 

Lampiran 9. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA                                     

perlakuan

Ulangan

I

II

       III

total

rataan

W0

3

2

0

5

2,5

W1

2

5

1

8

4,0

W2

4

2

1

7

3,5

W3

2

3

1

6

3,0

W4

1

1

4

6

3,0

W5

2

3

1

6

3,0

W6

3

2

2

7

3,5

Total

17

18

10

173

Rataan

11,75

14,75

8,45

8,238095

FK 1425,19

           

 

 

Analisis Sidik Ragam Walangsangit

Sk

Db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

50,67

8,44

0,16

3,08

4,32

Blok

2

1967,81

983,90

18,64

3,08

4,32

Galat

12

633,33

52,78

 

 

 

Total

20

2651,81

132,59

 

 

 

KK 88,19

 

 

Lampiran 10. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA

Perlakuan

Ulangan

I

II

      III

total

rataan

W0

1

2

1

4

2,0

W1

4

1

2

7

3,5

W2

1

2

4

7

3,5

W3

4

3

2

9

4,5

W4

3

2

4

9

4,5

W5

1

1

2

4

2,0

W6

2

1

2

5

2,5

Total

16

12

17

45

Rataan

19,5

14,5

13,5

7,047619

FK 1043,048

 

Analisis Sidik Ragam Walangsangit

Sk

Db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

5,52

0,92

0,05

3,08

4,32

Blok

2

1482,29

741,14

42,52

3,08

4,32

Galat

12

209,14

17,43

 

 

 

Total

20

1696,95

84,85

 

 

 

KK 59,24

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 11. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA

Perlakuan

Ulangan

I

II

       III

total

rataan

W0

1

2

0

3

1,5

W1

1

4

3

8

4,0

W2

4

2

3

9

4,5

W3

4

2

1

7

3,5

W4

3

3

1

7

3,5

W5

2

4

3

9

4,5

W6

1

2

1

4

2,0

Total

16

19

12

186

Rataan

11

16,25

9,05

8,857143

FK 1647,429

 

 

Analisis Sidik Ragam Walangsangit

Sk

Db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

430,86

71,81

0,64

3,08

4,32

Blok

2

2382,57

1191,29

10,58

3,08

4,32

Galat

12

1351,14

112,60

 

 

 

Total

20

4164,57

208,23

 

 

 

KK 119,80

 

 

Lampiran 12. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit                                          

Perlakuan

 

Ulangan

I

II

     III

total

rataan

W0

4

3

1

8

4

W1

1

4

1

6

3

W2

2

2

3

7

3,5

W3

1

1

2

4

2,0

W4

3

2

2

7

3,5

W5

3

2

1

6

3

W6

4

3

2

9

4,5

Total

18

17

12

47

Rataan

12

22,5

8,25

8,142857

FK 1392,429

 

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

3,14

0,52

0,02

3,08

4,32

Blok

2

2438,57

1219,29

43,69

3,08

4,32

Galat

12

334,86

27,90

 

 

 

Total

20

2776,57

138,83

 

 

 

KK 64,87

 

Lampiran 13. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit

Perlakuan

 

Ulangan

I

II

     III

total

rataan

W0

1

2

1

4

2

W1

1

3

4

8

4

W2

1

1

3

5

2,5

W3

2

3

1

6

3

W4

2

3

3

8

4

W5

2

1

2

5

2,5

W6

2

4

2

8

4

Total

10

17

16

64

Rataan

12,5

9,25

16,75

7,333333

FK 1129,333

 

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

1,81

0,30

0,01

3,08

4,32

Blok

2

1656,67

828,33

23,43

3,08

4,32

Galat

12

424,19

35,35

 

 

 

Total

20

2082,67

104,13

 

 

 

KK 81,008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 14. Rata-rata Intensitas Seranggan Walangsangit

Perlakuan

 

Ulangan

I

II

     III

total

rataan

W0

2

2

4

8

4

W1

3

1

3

7

3,5

W2

2

1

3

6

3

W3

1

3

2

6

3

W4

1

3

1

5

2,5

W5

2

3

3

8

4

W6

2

4

1

7

3,5

Total

13

15

12

64

Rataan

10,5

21,25

11,75

8,285714

FK 1441,714

 

 

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

6,00

1,00

0,05

3,08

4,32

Blok

2

2290,95

1145,48

53,83

3,08

4,32

Galat

12

255,33

21,28

 

 

 

Total

20

2552,29

127,61

 

 

 

KK 55,67

 

Lampiran 15. Rata-rata Intensitas Walangsangit

Perlakuan

 

Ulangan

I

II

     III

total

rataan

W0

1

2

3

6

3

W1

2

1

1

4

2

W2

1

3

2

6

3

W3

1

4

2

7

3,5

W4

2

2

3

7

3,5

W5

1

1

1

3

1,5

W6

3

3

2

8

4

Total

11

16

13

89

Rataan

8,75

10,25

12,75

7,190476

FK 1085,762

 

 

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

39,81

6,63

0,38

3,08

4,32

Blok

2

1448,57

724,29

41,22

3,08

4,32

Galat

12

210,86

17,57

 

 

 

Total

20

1699,24

84,96

 

 

 

KK 58,30

 

Lampiran 16. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit

     76 HSP

Perlakuan

 

Ulangan

I

II

III

total

rataan

W0

1

2

1

4

2

W1

2

1

2

5

2,5

W2

6

2

1

9

4,5

W3

1

2

3

6

3

W4

1

3

1

5

2,5

W5

1

2

2

5

2,5

W6

2

3

2

7

3,5

Total

14

15

12

34

Rataan

13,5

9,75

14,25

7,142857

 

K. Blok

2916

1521

3249

FK

1071,429

7686

 

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

1,14

0,19

0,02

3,08

4,32

Blok

2

1490,57

745,29

96,31

3,08

4,32

Galat

12

92,86

7,74

 

 

 

Total

20

1584,57

79,23

 

 

 

KK 38,94

 

 

 

 

 

Lampiran  17. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit

79 HSP

Perlakuan

 

                          Ulangan

I

II

      III

total

rataan

W0

2

3

2

7

3,5

W1

2

3

2

7

3,5

W2

4

2

1

7

3,5

W3

2

4

2

8

4

W4

2

5

1

8

4

W5

1

3

6

10

5

W6

4

2

1

7

3,5

Total

19

25

23

67

Rataan

7,25

13,75

12,25

6,333333

FK 842,3333

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

12,67

2,11

0,13

3,08

4,32

Blok

2

1246,67

623,33

39,09

3,08

4,32

Galat

12

191,33

15,94

 

 

 

Total

20

1450,67

72,53

 

 

 

KK 63,05

 

Lampiran 18. Rata-rata  Intensitas Serangan Walangsangit

82HSP

perlakuan

 

Ulangan

I

II

III

total

rataan

W0

4

2

1

7

3,5

W1

1

5

1

7

3,5

W2

3

2

3

8

4

W3

2

2

4

8

4

W4

1

3

2

6

3

W5

3

4

1

8

4

W6

2

2

2

6

3

Total

16

20

14

89

Rataan

6,5

19,5

11,5

6,380952

FK 855,0476

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

19,52

3,25

0,05

3,08

4,32

Blok

2

1356,95

678,48

9,90

3,08

4,32

Galat

12

822,48

68,54

 

 

 

Total

20

2198,95

109,95

 

 

 

KK

129,74

 

 

 

Lampiran 19. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit

85 hsp

Perlakuan

Ulangan

I

Ii

 

Iii

Total

Rataan

W0

3

2

0

5

2,5

W1

2

5

1

8

4

W2

1

2

3

6

3

W3

1

1

4

6

3

W4

2

4

1

7

3,5

W5

2

4

2

8

4

W6

3

2

1

6

3

Total

14

20

12

46

Rataan

12

15,5

9,52

8,095238

FK 1376,19

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

7,52

1,25

0,04

3,08

4,32

Blok

2

1873,14

936,57

29,49

3,08

4,32

Galat

12

381,14

31,76

 

 

 

Total

20

2261,81

113,09

 

 

 

KK

69,62

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 20. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit

     88 HSP

perlakuan

Ulangan

I

II

     III

total

rataan

W0

6

2

1

9

4,5

W1

1

4

3

8

4,0

W2

4

2

1

9

4,5

W3

3

3

1

7

3,5

W4

3

4

4

11

5,5

W5

2

3

2

7

3,5

W6

1

1

2

4

2,0

Total

18

19

24

46

Rataan

9,25

12,5

11

6,047619

FK 768,0476

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

Perlakuan

6

4,10

0,68

0,03

3,08

4,32

Blok

2

1073,62

536,81

23,58

3,08

4,32

Galat

12

273,24

22,77

 

 

 

Total

20

1350,95

67,55

 

 

 

KK

78,90

 

 

 

Lampiran 21. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit

91 HSP

 

Perlakuan

Ulangan

 

I

II

  III

Total

rataan

 

W0

3

2

2

7

3,5

 

W1

1

4

1

6

1,5

 

W2

2

4

2

8

4,0

 

W3

3

1

1

5

2,5

 

W4

1

1

4

6

3

 

W5

3

2

3

8

4

 

W6

3

4

2

9

4,5

 

Total

17

18

15

50

 

Rataan

6,5

6,7

4,25

7,714286

 

Fk 129,74

 

 

 

 

 

Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan

Sk

Db

Jk

Kt

f.hit

0,05

0,01

 

Perlakuan

6

530,00

88,33

0,32

3,08

4,32

 

Blok

2

3178,95

1589,48

5,84

3,08

4,32

 

Galat

12

3267,33

272,28

 

Total

20

6976,29

348,81

 

KK 213,90

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

soal ternak unggas petelur SMK

  PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 GUNUNG TULEH J...