BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Padi (Oriza sativa
L.) merupakan golongan rerumputan berumur pendek 3-4 bulan, berakar serabut,
berbentuk rumpun dengan mengeluarkan anakan-anakan, batang berongga
beruas-ruas, dapat mencapai tinggi sampai lebih kurang 100-120 cm. Daun
berseling, bangun garis dengan pelepah yang terbuka. Bunga pada ujung berupa
satu malai dengan bulir kecil yang pipih, masing- masing terdiri atas satu
bunga. Tiap bunga disamping gluma mempunyai satu palae inferio, dua palae
superior, dua lodiculae, tiga benang sari dan satu putik dengan satu kepala putik
berbentuk bulu (Tjitrosoepomo, 1994). Buah padi adalah biji padi itu sendiri
yaitu putih lembaga (endosperm) yang erat terbalut kuliat air. Basar kecil, bentuk
dan warna tergantung dari jenis padi. Beras yang baik ialah yang besar,
panjang, putih, mengkilap tidak berperut (Harjodinomo, 1987).
Sebagian
daerah di Kabupaten Tapanuli Selatan tepatnya di kecamatan Tanotombangan Angkola adalah sebagian besar petani
membudidayakan tanaman padi gangguan hama dan penyakit pada tanaman padi
merupakan salah satu masalah penting yang senantiasa dihadapi setiap musim
tanaman padi. Gangguan ini dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar,
tidak bisa terhadap produksi juga terhadap kualitas padi
itu sendiri. Seperti diketahui padi adalah komoditas tanaman yang menghasilkan
beras. Padi sebagai tanaman pangan dikonsumsi 90% penduduk indonesia termasuk
di kecamatan Tanotombangan Angkola untuk makanan pokok (Saragih 2001).
Permintaan pada beras sebagai makanan pokok penduduk indonesia mengalami
peningkatan. Untuk memenuhi persyaratan
diatas sangat bergatung pada banyak faktor, antara lain faktor lingkungang
yaitu iklim dan tanah dan faktor teknis yang perlu dapat perhatian terus pengendalian
hama dan penyakit.
Hama yang umum terdapat pada tanaman padi antara lain bemisia tabaci (kutu putih), spodoptera
litura (Ulat grayak), pomacea
canaliculata (keong mas), rattus
argentiventer (tikus), melanoplus
femurrubrum (belalang) dan hama utamanya adalah leptocorisa
acuta (Walangsagit), (Mardikanto 1993) hama ini dapat merugikan bahkan
membuat sebagian tanaman padi tidak bisa dipanen gejala yang diakibatkan hama
serangga ini bercak pada biji gabah, biji gabah bisa kosong akibat dari hisapan
hama walangsangit ini.
Pengunaan perangkap warna berperekat merupakan satu metode sederhana untuk
mengetahui ukuran relatif dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga. Metode
ini lebih efisien dibandingan dengan metode yang lain, karna perangkap langsung
mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman. Efisiensi perangkap dapat
ditingkatkan dengan penggunaan zat
antraktan. Perangkap seperti ini dapat digunakan memonitor populasi hama bahkan dalam tingkat kepadatan rendah (Heinz dkk, 2002).
Oleh sebab itu penulis menganggap perlu dilasanakannya penelitian mengenai pengaruh beberapa jenis perangkap hama walang sagit pada pertanaman padi yang terdapat di Kecamatan Tanotombangan Angkola .
1.2. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui perangkap warna dalam
pengendalian hama walangsangit (leptocorisa acuta) pada tanaman
padi Di Kecamatan Tanotombangan Angkola.
1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi untuk melihat pengaruh perangkap hama walangsangit pada pertanaman padi di kecamatan
Tanotombangan Angkola.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis perangkap warna terhadap
populasi hama walangsangit pada tanaman padi (Oriza sativa L) di
Kecamatan Tanotombangan Angkola.
1.6 Kegunaan penelitian
1.
Bahan informasi untuk menggunakan perangkap warna pada tanaman padi di Kabupaten Tapanuli Selatan.
2. Salah satu bahan dasar untuk melaksanakan
penelitian sebagai persyaratan dalam rangka penyusunan skripsi untuk meraih
gelar Sarjana Pertanian di Universitas Graha Nusantara Padangsidimpuan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Klasifikasi Tanaman padi (Oriza sativa L.)
Menurut Mubiar, P, (2014). Tanaman padi
dalam sistemika tumbuh dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Sub
Kingdom : Tracheobionta
Super
Divisi : Spermatopyta
Divisi
: Magnoliphyta
Kelas : Liliopsida
Sub
Kelas : Comemelidinidae
Ordo : Poales
Famili : Poacae/Gramineae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.
2.2. Morfologi Tanaman Padi
Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek. Biasanya
hanya berumur kurang dari satu tahun dan berproduksi satu kali. Setelah tanaman
padi itu berbuah dan dipanen, padi tidak tumbuh seperti semula lagi, tetapi
mati.
Menurut Pratimi A,R,C,H. dan Soesilohadi (2011), tanaman
padi dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:
1.
Bagian vegetatif
a.
Akar
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap
air dan zat makanna dari tanah, kemudian terus diangkut kebagian atas tanaman.
Akar tanaman padi dibedakan lagi menjadi: (1) akar tunggang, yaitu akar yang
tumbuh pada saat benih berkencambah; (2) akar serabut, yaitu akar yang tumbuh
setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang yang akan menjadi
akar serabut; (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar tunggang dan
akar tersebut merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar serta
berfungsi sebagai pengisap air dan zat makana; (4) akat tanjuk, yaitu akar yang
tumbuh dari ruas batang rendah.
b. Batang
Padi memilik batang yang beruas-ruas. Panjang batang
tergabtung pada jenisnya. Pada jenis unggul biasanya berbatang pendek atau
lebih pendek dari jenis lokal. Jenis padi yang tumbuh ditanah rawah dapat lebih
panjang lagi.
c. Anakan
Tanaman membentuk rumpun dengan anakannya. Biasanya, anakan
tumbuh disekitar tanaman inangnya secara bersusun secara terus menerus.
d. Daun
Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun
yang berbada-beda baik dari bentuk maupun susunan atau bagian-bagiannya. Setiap
tanaman memiliki daun yang khas. Hal ini lah yang menyebabkan daun padi dapat
dibedakan menjadi jenis rumput.
2. Bagian generatif
a. Malai
Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluear dari buku paling atas. Bulir-bulir padi
terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbuh malai utama
adalah ruas buku yang terakhir dalam batang.
b. Buah padi
Buah padi sering kita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak, bersatu dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan pembuahan yang mempunyai
bagia-bagian berikut:
1) Embrio ( lembaga), yaitu calon batang dan calon daun
2) Endosperm, merupakan bagian dari buah atau biji padi yang besar
3) Bekatul, yaitu bagian padi yang berwarna coklat
2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Padi
Meskipun tanaman padi
adalah tanaman yang muda kita temukan dimanan mana namun tanaman padi tidak
dapat tumbuh disembarang tempat. Padi memerlukan perlakuan khusus untuk dapat
tumbuh serta beberapa dukungan alam,diantaranya
a. Iklim
Keadaan suatu
iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman termasuk padi. Tanaman padi
sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas banyak mengaduk uap air. Keadaan
iklim ini, meliputi curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari,
angin dan musim (Hasanah, ina 2007).
b. Curah Hujan
Tanaman padi
membutuhkan curah hujan yang baik curah hujan yang baik memberikan dampak yang
baik dalam pengairan sehingga genangan air yang di perlukan tanaman padi sawah
dapat tercukupi.
c. Temperatur Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman padi. Suhu yang
panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah
tropika yang dilalui garis khatulistiwa, seperti dinegara kita. Tanaman
padi dapat tumbuh baik pada suhu
d. Angin
Angin memiliki peran yang cukup penting terhadap
pertumbuhan tanaman padi. Dengan angin, tanaman padi dapat melakukan proses
penyerbukan dan pembuahan. Namun, angin juga dapat memiliki peran negatip
terhadap perkembangan.
2.4. Biologi Hama
Walangsangit (Leptocorisa acuta)
2.4.1. Taksonomi
Kedudukan taksonomi walangsangit (Leptocorisa acuta)
Kingdom
: Animalia
Filum : Arthropada
Kelas :Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Coreidae
Sub
Famili : Alynidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : Leptocorisa acuta
2.4.2 Morpologi dan Biologi
Serangga dewasa berbentuk
ramping dan berwarna coklat dengan ukuran panjang sekitar 14 - 17 mm dan lebar 3 - 4 mm dengan tangkai dan atena yang
panjang. Perbandingan antara jantan dan betina 1:1, setelah menjadi imago
serangga ini baru dapat kawin. Lama perode bertelur rata-rata 57 hari sedangkan
walangsangit dapat hidup selama rata-rata 80 hari(Asikin dan Tshamri, 2008).
Walangsangit dikenal
karena baunya yang busuk atau sangit, kalau di ganggu walangsangit akan terbang
sambil mengeluarkan bau yang berasal dari abdomennya. Sekresi zat cair berbau
tidak enak ini merupakan pertahanan walangangit terhadap serangga musuh(devensive secerition) (Thanjono dan
Harahap, 1994).
2.5 Penggunaan
perangkap Warna
Penggunaan prangkap merupakan metode pengendalian fisik mekanis, dalam
aplikasinya metode ini merupakan cara yang efektif, aman dan ekonomis, dan
lebih efisien, karena dapat mendeteksi awal munculnya serangan (Mutiarani,
2009).
Serangga dapat membedakan warna-warna,
kemungkinan karena adanya perbedan sel-sel retina pada serangga, kisaran pada
panjang gelombang yang dapat diterima serangga adalah 2540-6000 nm. Perankap
warna kuning lebih kontras dan mengkilap sehingga serangga bersayap lebih mudah
tertarik, dibandingkan jenis perangkap lainnya, disamping itu pula perangkap
warna kuning lebih tahan terhadap cahaya matahari (Sunarno, 2011).
Kebanyakan serangga hanya memiliki dua tipe pigmen pengelihatan, yaitu
pigmen yang dapat menyerap warna kuning terang dan hijau, serta pigmen yang
dapat menyerap warna biru dan sinar warna ultraviolet (mayer 2006).
Serangga hama diperangkap dengan berbagai jenis alat perangkap yang dibuat
sesuai jenis hama dan fase hama yang akan ditangkap. Warna dan jenis perangkap
sangat efektif dalam mengendalikan beberapa serangga. Alat perangakap
diletakkan pada tempat atau bagian tanaman yang sering dilewati oleh hama. Pada
alat perangakap diberi zat-zat kimia yang dapat menarik hama (Untung, 2006).
Penggunaan antraktan dengan menggunakan bahan metil eugenol merupakan cara
pengendalian yang rama lingkungan dan telah terbukti efektif. Beberapa serangga
bersayap juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bentuk dan
warna perangkap (Kardinan, 2003).
Prefensi terhadap warna dengan menggunakan perangkap warna sering dimamfaatkan
dalam monitoring serangga. Perangkap warna ada yang berbentuk silinder atau
persegi empat. Warna yang digunakan biasanya disesuikan dengan serangga yang
diamati. Kegunaan perangkap warna bisa menekan populasi hama. Warna yang
disukai hama bisanya warna-warna yang kontras seperti kuning cerah. Keunggulan
dari pengunaan perangkap ini adalah murah, efisien dan juga praktis, prinsip
kerjanya perangkap warna tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana
serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna
yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan
mendekati bahkan menempel dengan warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut
telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan
menempel (Southwood, 1978).
Dengan cara pengendalian tersabut untuk intensitas kerusakan hama
walangsangit dapat di tekan mengendaliakan hama khususnya walangsangit
menggunakan prangkap warna berperekat salah satu cara untuk menekan populasi
hama walangsangit bagi sebagian besar dikalanggan para petani perangkap ini
belum di terapkan maka dari itu perlu untuk di terapkan, untuk menekan
menghabat pertumbuhan serta perkembangan hama walang sangit, ada pun mamfaat
perangakap warna adalah untuk mengalihkan perhatian daripada walangsangit
tersabut karna dengan perangkap warna walangsangit lebih tertarik pada warna
yang mencolok
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2017 dengan
ketinggian tempat ± 0-1985 m dpl di lahan padi desa Kotatua Kecamatan Tanotombangan Kabupaten
Tapanuli Selatan.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan
dan alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tanaman padi, bambu, tripleks, meteran, label nama, kuas,
tripleks warna transparan, cat warna biru, cat warna kuning, merah, merah muda,
hijau, putih, pinset, kamera serta perangkat lunak komputer dan alat tulis
lainnya.
3.3. Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non faktorial yang terdiri dari 7
perlakuan dan 3 ulangan, yaitu:
W₀ : Perangkap tanpa warna
W₁ :
Perangkap warna kuning
W₂ :
Perangkap warna merah muda
W ₃ : Perangkap warna putih
W ₄ : Perankap warna hijau
W₅ :
Perangkap warna biru
W₆ : Perangkap warna merah.
Untuk
menentukan jumlah ulangan yang akan digunakan dihitung dengan menggunakan
rumus:
(t-1) (r-1)
(7-1)
(r-1)
6 (r-1)
6r
r
Jumlah
perlakuan :
7 perlakuan
Ulangan :
3 ulangan
Jumpah
petak penelitian :
21 petak
Model linier yang
digunakan adalah :
Yij =
J
=1,2..t
T
= jumlah treatment
r = jumlah blok
Dimana :
Yij =
darta percobaan
µ = nilai tengah umun (rataan)
ρi =
efek blok ke i
Tj =
efek dari
perlakuan ke j
Eij = efek eror
Jika sidik ragam menunjukkan efek yang
nyata maka dilanjudkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT), (Bangun, 1994).
3.4 Pelaksanaan
Penelitian
1.
Pembuatan Perangkap
Perangkap berbentuk
segi empat, dengan ukuran 30cm, sebanyak 7 perangkap yang terbuat dari
tripleks. Kemudian ke 7 tripleks dicat sesuai dengan warna yang disarankan
setelah itu diberikan dengan zat antaktan(metileogenol).
Kemudian perangkap dipacak diareal pertanaman dengan ketinggian 1 m dari
permukaan tanah.
2.
Perangkap Warna Dengan Perekat Zat Antaktanm(metil eugenol)
Perangkap tripleks
diberi warna yanga di berikan sesuai dengan perlakuan yanga akan diolesi dengan
zat antraktan sempi permukaan tripleks merata.
3.
Pemasangan Perangkap
Perangkap dipasang pada areal tanaman denga jumlah 7
buah. Ditengah petak/barisan 1 perangkap warna dengan sesuai tinggi padi.
Perangkap di pasang 1 hari sebelum penelitian dilakukan. Penelitian dilakukan 3
hari sekali dengan jumlah penelitian sebanyak 6 kali. Setiap petak/barisan
perlakuan terdiri dari 320 tanaman. Dengan jarak tanam 20cm x 25cm, jarak
antara petak 25cm. Setiap waktu pengamatan tripleks perangkap di ambil dan
peneliti mengamati jumlah banyak hama walangsangit yeng terperangkap dalam
tripleks. Setelah itu zat antraktan dioles kembali, untuk meneliti selanjutnya
dan di pancak kembali.
Peubah Amat
1.
Populasi walangsangait yang terperangkap dalam perangkap
warna
Populasi walang
sangit yang terperangkap pada perangkap warna, dihitung dalam interval 3 hari
sekali yang dilakukan pada sore hari pukul 14.00-17.00 WIB dari masing-masing
perlakuan. Untuk mengetahui jumlah populasi padi pada tanaman, diambil sampel
sebanyak 20 tanaman/petak lalu diamati.
1.
Intensitas
Serangan Walangsangit
Pengamatan
dilakukan dengan mengamati sampel tanaman, pengamtan dilakukan 6 kali dengan
interval 3 hari. Pengamatan dilakukan 3 hari setelah pemasang perangkap warna
dengan zat antraktan. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur antara
80-100 HST. Pengamatan dilakukan persentase serangan hama dari walangsangit dengan
menggunakan rumus:
Is=Σ (
Dimana :
Is =
intensitas serangan
N =
jumlah tanaman yang rusak tiap kategori serangan
v = nilai skala tiap serangan larva pada tanaman yang diamati
N =
jumlah tanaman
yang diamati
Z =
nilai skala tertinggi kategori serangan
Penentuan nilai skala serangan sebagai berikut:
0
: tingkat serangan dari 0%
1:
tingkat serangan
2:
tingkat serangan 25%
3:
tingkat serangan 50%
4 : tingkat serangan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan Hama Walang Sangit Pada Tanaman Padi.
Berdasarkan
hasil analisi sidik ragam dari perlakuan penggunaan perangkap warna pada tanaman
padi di kecamatan Tanotombangan Angkola, dapat dilihat dari lampiran,perlakuan
penggunaan perangkap warna berperekat memberikan pengaruh tidak nyata terhadap
tiap perangkap warna dilahan penelitian di kecamatan Tanotombangan Angkola. Rata-rata
hama walangsangit yang terperangkap pada tanaman padi dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel
1. Rataan Hama Walang Sangit (Leptocorisa
acuta) yang Terperangkap
Pada Tanaman Padi.
Hari
Setelah Aplikasi |
|||||||||||
|
1 |
2 |
3 |
4 |
5
|
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
total |
W0 |
2,5 |
2,5 |
3,5 |
3,0 |
2,0 |
2,5 |
3,0 |
2,5 |
2,0 |
1,5 |
25 |
W1 |
3,5 |
4,0 |
2,5 |
2,5 |
3,5 |
4,0 |
4,5 |
4,0 |
3,5 |
4,0 |
36 |
W2 |
3,0 |
3,0 |
2,5 |
2,5 |
2,5 |
4,0 |
4,0 |
3,5 |
3,5 |
4,5 |
33 |
W3 |
2,5 |
3,5 |
4,0 |
3,0 |
3,0 |
4,5 |
4,5 |
3,0 |
4,5 |
3,5 |
33,5 |
W4 |
3,5 |
4,5 |
2,5 |
3,0 |
3,5 |
3,5 |
3,5 |
3,0 |
4,5 |
3,5 |
35 |
W5 |
3,5 |
4,0 |
3,0 |
4,0 |
2,0 |
3,0 |
4,0 |
3,0 |
2,0 |
4,5 |
32 |
W6 |
4,5 |
3,0 |
2,5 |
4,0 |
3,0 |
4,5 |
3,0 |
3,5 |
2,5 |
2,0 |
32,5 |
Keterangan : angka yang diikuti
oleh hurup yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji duncan (
Dari Tabel 1 diperoleh total pada perlakuan W1(Kuning)
menunjukkan nilai total paling tinggi yaitu sebesar 36 ekor dibandingkan dengan
semua perlakuan mulai dari W0, W2, W3, W4, W5 dan W6. Hal ini diduga warna yang
disukai hama bisanya warna-warna yang kontras seperti kuning cerah. Ketertarikan
serangga terhadap warna disebabkan pemantulan cahaya kesegala arah dan banyak
serangga pemakan tumbuhan menanggapi positif pola pantulan cahaya dari tanaman
inang, dan tanggapan ini bisa sangat spesifik. Ketertarikan serangga terhadap
warna kuning cenderung lebih tinggi dapat disebabkan adanya kemiripan warna
polen bungan menjelang masak. Warna kuning akan memberikan stimulus terkait
dengan perubahan warna pada tanaman menjelang bergunga dan pemasakan buah,
dimana reflektasi maksimal dari spectrum yang terpantau oleh serangga (Blackmer
et al., 2008).
Hal ini sesuai peneltian Syafrizal (2016) dengan hasil penelitian
didapatkan bahwa perangkap warna kuning dapat menangkap lalat buah paling
banyak dan yang paling rendah adalah pada perangkap warna taransparan, hal ini
menunjukkan bahwa serangga hama lalat buah lebih tertarik pada warna kuning dibandingkan
dengan warna transparan, merak dan hijau. Braham (2014) menyebutkan efek dari warna
perangkap akan memberikan daya tarik T.
absoluta jantan; kami berhipotesis bahwa warna perangkap akan lebih efektif
bila diberikan feromon sebagai umpan balik. Roubos dan Liburd (2008) dalam
Braham (2014) melaporkan perbedaan yang signifikan terhadap efek warna ember
trap pada penangkapan serangga jantan penggerek akar anggur Vitacea
polistiformis (Harris) (Lepidoptera : Sesiidae) menggunakan feromon seks
sintetik. Lebih lanjut Braham (2014) menjelaskan, perangkap warna hijau dan
kuning efektif digunakan untuk perangkap serangga, pada kondisi seperti ini
tidak ditemukan perbedaan pemilihan warna berdasarkan jenis kelamin serangga.
Serangga lebih tertarik pada warna kuning, karena warna kuning mempunyai kisaran
panjang gelombang 424-491 nm dan serangga mempunyai kisaran panjang gelombang
yang dapat diterima berkisar 540-600 nm. Selain karena panjang gelombang yang
dapat diterima oleh serangga, karena serangga dapat membedakan warna-warna kemungkinan
karena adanya perbedaan pada sel-sel retina mata serangga. Serangga lalat buah menggunakan
sejumlah isyarat visual ataupun isyarat kimia (chemical cues) untuk menemukan inang
berupa buah atau sayuran. Kesesuaian isyarat visual maupun isyarat kimia akan menyebabkan
hama lebih tertarik untuk menemukan inangnya. Dari penelitian Litbang UMS diketahuai
bahwa kertas perangkap berwarna kuning berhasil menjerat lalat paling banyak,
disusul kertas perangkap berwarna putih, hijau dan biru. Hasil penelitian ini
yang menyatakan bahwa lalat tertarik pada permukaan yang berwarna putih dan
warna kuning.
Menurut Kardinan (2003) mengungkapkan penggunaan perangkap warna sangat memberikan kemudahan,
ramah lingkungan tidak mengandung banyak bahan kimia dan sangat muda utuk di
aplikasikan atau diterapkan bagi para petani untuk menggunakan atau menerapakan
penggunaan perangkap warna tersebut di kalangan para petani khususnya petani
padi.
Menurut Sidim (2009)
populasi hama walang sangit
meningkat ini disebabkan makanan yang
cukup tersedia untuk perkembangannya karena
pada umumnya walang sangit
menyerang tanaman padi sawah pada
saat matang susu, Soesilohadi (2011), mengemukakan bahwa kemelimpahan walang
sangit L. oratorius di petak
sawah yang ditanami
padi menunjukkan fluktuasi dari
waktu ke waktu. Hal ini
dipengaruhi oleh faktor adanya
penyemprotan dengan insektisida 3-4 kali
dalam satu musim
tanam padi. Saat padi
disemprot insektisida, imago walang
sangit akan bermigrasi
ke tempat yang terlindung
dari insektisida, yaitu tanaman selain padi yang berada di
sekitar sawah (rumput).
Perangkap warna sangat efektif dalam memonitoring atau mengendalikan
serangga, hal ini sesuai dengan heinz, dkk
(1982) yang menyataan bahwa penggunaan perangkap warna merupakan suatu metode
sederhana untuk mengetahui ukuran relatif serangga dan untuk mendeteksi awal
munculnya serangga, metode ini lebih efisien dibandingkan dengan metode satuan
unit contoh, karena perangkap langsung mengumpulkan serangga yang berada
disekitar tanaman.
Pengendalian penggunaan perangkap dilahan di Tanotombagan, petani dalam
mengendaliakan hama khususnya Walangsangit mengunakan perangakap yaitu prangkap
warna dengan cara pengendalian tersebut untuk intensitas kerusakan terhadap
tanaman padi dapat di tekan, hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa
pengendalian dengan menggunakan perangkap cukup diefektif untuk mengendalikan
hama walangsangit,ada pun beberapa fungsi dari penggunaan perangkap warna salah
satu adalah untuk mengalikan perhatian dari walangsangit tersebut lebih
tertarik.
Walang
sangit lebih tertarik kepada warna-warna yang kontraks tersebut dibandingkan makan pada padi yang
sedang berbunga sampai matang susu. Menurut Sunjaya (1970), banyak diantara
jenis-jenis serangga tertarik oleh bau-bauan dipancarkan oleh bagian tanaman
yaitu bunga, buah atau benda lainnya. Zat yang berbau tersebut pada hakekatnya
adalah senyawa kimia yang mudah menguap, Dengan demikian intensitas kerusakan
bulir/biji padi dapat dihindari dengan cara perangkap warna tersebut. Dilihat
dari lingkungan tidak mempengaruhi terutama keberadaan musuh alami (predator
dan parasitoid) di lahan tersebut.
Produktivitas padi di
lahan di Desa Kotatua ini pada umumnya masih rendah, disebabkan selain tingkat
kesuburan tanah yang rendah, kebanjiran pada musim hujan dan kekeringan pada
musim kemarau, juga serangan hama dan penyakit yang merupakan salah satu faktor
pembatas yang penting. Serangan hama dan penyakit merupakan resiko yang harus
dihadapi dan diperhitungkan dalam setiap usaha budidaya tanaman untuk
meningkatkan produksi yang sesuai dengan harapan. Resiko ini merupakan
konsekuensi dari setiap perubahan ekosistem sebagai akibat budidaya tanaman
yang dilakukan, sedangkan ketidaktentuan iklim merupakan suatu hal yang harus
diterima sebagai fenomena alam. Perubahan atau ketidaktentuan iklim sangat
berpengaruh terhadap perkembangan hama/penyakit dan berpengaruh langsung
terhadap usaha budidaya tanaman. Salah satu hama serangga penting di lahan di Desa Kotatua adalah walangsangit
(Leptocorisa oratorius F,Coreidae, Hemiptera), dimana hama ini hampir menyerang
pertanaman padi hampir disetiap musim.
Hama ini menyerang
pertanaman padi setelah padi berbunga. Bulir padi ditusuk dengan rostrumnya,
kemudian cairan bulir tersebut diisap (Domingo et al., 1982). Akibat serangan
hama ini pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh
ataupun hampa sama sekali. Dengan demikian dapat mengakibatkan penurunan
kualitas maupun kuantitas hasil.
4.2. Intensitas Serangan Hama Walang
Sangit (Leptocorisa
Acuta) pada Tanaman Padi.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam intensitas serangan hama
walangsangit pada tanama padi dapat dilihat pada lampiran pengamatan intensitas
serangan hama walangsangit memberikan pengaruh tidak nyata terhadap intaensitas
serangan hama walangsangit pada tanaman padi. Tabel 4.2. rata-rata intensitas serangan hama walangsangit dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Rataan Intensitas Serangan Hama Walangsangit ( Leptocorisa Acuta) Padi.
Pada Tanaman
Intensitas serangan hama walang sangit (Leptocorisa acuta) |
|||||||||||
|
I P |
II P |
III P |
IV P |
V P |
VI P |
VII P |
VIII P |
IX P |
X P |
Total |
W0 |
4,0 |
2,0
|
4,0 |
3,0 |
2,0 |
3,5 |
3,5 |
2,5 |
4,5 |
3,5
|
32,5
|
W1 |
3,0 |
4,0 |
3,5 |
2,0 |
2,5 |
3,5 |
3,5 |
4,0 |
4,0 |
1,5 |
31,5 |
W2 |
3,5 |
2,5 |
3,0 |
3,0 |
4,5 |
3,5 |
4,0 |
3,0 |
4,5 |
4,0
|
35,5
|
W3 |
2,0 |
3,0 |
3,0 |
3,5 |
3,0 |
4,0 |
4,0 |
3,0 |
3,5 |
3,5 |
32,5 |
W4 |
3,5 |
4,0 |
2,5 |
3,5 |
2,5 |
4,0 |
3,0 |
3,5 |
5,5 |
3,0 |
35,0
|
W5 |
3,0 |
2,5 |
4,0 |
1,5 |
2,5 |
5,0 |
4,0 |
4,0 |
3,5 |
4,0 |
34,0 |
W6 |
4,5 |
4,0 |
3,5 |
4,0 |
3,5 |
3,5 |
3,0 |
3,0 |
2,0 |
3,5
|
35,5
|
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom
yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji duncan (
Berdasarkan tabel diatas, besarnya intensitas serangan yang dilakukan oleh
hama walang sangit terdapat pada perlakuan ke-1 diluar control. Pada hasil
intensitas walangsangit ini pada tiap perlakuan telah diamati dapat dikatakan bahwa W6 dapat menekan intensitas serangan hama
walangsangit memberikan pengaruh tidak
nyata, namun secara nilai total
tertinggi terdapat pada W1, dibadingkan dengan perlakuan lainya fatonah,
( 2013). Hal ini dipengaruhi karena perangkap warna pada intensitas serangan
hama walangsangit sangat lah epektif dan mudah untuk di terapkan dikalangan
para petani terutama di daerah diadakannya penelitian tersebut
Serangan dilakukan hama walangsangit pada pertanaman padi dapat
mengakibatkan kerusakan pada bulir padi ditusuk dengan rostumnya, kemudian
cairan bulir tersebut diisap (Willis, M. 2001). Akibat serangan hama ini
pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, biji/bulir tidak terisi penuh atau pun
hampa sama sekali. Dengan demikian dapat mengakibatkan penurunan kualitas
maupun kuantitas hasil yang dapat menrugikan atau mengecewakan para petani di
Kecamatan Tanotombangan Angkola, hal ini akibat dari serangan hama yang terus
menerus merusak tanaman padi jika tidak di kendalikan dengan benar.
Organisme
pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu masalah penting dalam proses
produksi pertanian seiring disebabkan oleh adanya serangan hama. Hama tanaman
telah ada sejak manusia mengolah lahan pertanian (sambel, 1989). Adanya hama
tersebut belum dapat di kendalikan secara optimal sehinga dapat mengakibatkan
kerusakan yang cukup besar baik berupa kehilangan hasil, penurunan mutu serta
menurunkan pendapatan petani (Tulung, 2004). Dewasa ini telah diketahui lebih
dari 70 spesies serangga hama yang dapat menimbulakan kerusakan pada tanaman
padi, tetapi hanya 20 sesies yang merupakan hama penting (De Datta, 1981). Di
indonesia walangsangit merupakan salah satu hama yang potensial yang pada
waktu-waktu tertentu menjadi hama penting yang dapat menyebabkan kehilangan
hasil.
Kualitas gabah (beras) sangat dipengaruhi serangan
walangsangit, diantaranya menyebabkan meningkatnya perubahan warna biji padi.
Sehingga serangan walangsangit disamping secara langsung menurunkan hasil,
secara tidak langsung juga sangat menirunkan kualitas gabah (Anonim, 2009)
berdasarkan alasan tersebut dan informasi dari penyuluh pertanian di lapangan,
bahwa intesitas serangan( L. acuta) walangsangit telah
tersebar di berbagai lokasi sentra produksi tanaman padi di Kecamatan
Tanotombangan Angkola sehingga perlu saya terapkan dan adakan penelitian di
lahan pertanian milik warga tepatnya di Kecamatan Tanotombangan Angkola. Dengan
menggunakan beberapa jenis perangkap warna terhadap tanaman padi.
Hilangnya cairan biji menyebabkan biji padi menjadi mengecil tetapi jarang
yang menjadi hampa karena walang sangit tidak dapat mengosongkan seluruh isi
biji yang sedang tumbuh. Jika bulir yang matang susu tidak tersedia, walang
sangit juga masih dapat menyerang atau menghisap bulir padi yang mulai mengeras
dengan cara mengeluarkan enzim yang dapat mencerna karbohidrat. Dalam prosesnya
walang sangit mengkontaminasi biji dengan mikroorganisme yang dapat
mengakibatkan biji berubah warna dan rapuh. Kerusakan dalam fase ini lebih
bersifat kualitatif. Pada proses penggilingan, bulir-bulir padi akan rapuh dan
mudah patah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Populasi Walang sangit
yang paling bayak terperangakap pada perlakuan
W1 (perangkap warna kuning) yaitu dengan total sebesar 36
2.
Intensitas serangan hama Walangsangit yang tertinggi
yaitu pada perlakuan W1 dengan total 31,5
5.2. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut pengaruh perangkap warna perekat dengan
berbagai perekat atau warna lain.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin dan Tshamrin, 2009.
Hama Walang sangit Leptocorisa oratorius. http://bbpadi.litbang. deptan.go. id/index. Di
akses tanggal 17 Mei
2012.
Budiharsanto,
A. S. 2006. Mikrohabitatdan relung
ekologi hama walang
sangit(Heteroptera:Leptocorisa sp) danBelalang (Orthoptera:Locus sp)
pada tanaman padi sawah. Skripsi.Universitas Negeri Semarang. 34p.
Chan, E. 2000. Tropical
Plants of Southeast Asia.Periplus
Edition
(HK) Ltd. Printed in Singapore.
Gash, J.H.C. 1979.An Analitical Model of Rainfall Interception by Forest.Quart. J. R.
Met. Soch.105 : 43-55.
Harjodinomo, 1987. Keunggulan pada Tanaman Padi di Kawasan
Batas Hutan Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Selatan.Tesis.Fakultas
Pascasarjana Intitut Pertanian Bogor.
Harjono, H., 1993. Budidaya
Dan Multigunanya zat antrakta: Yogyakarta.
Hein, Z.dkk. 2002. Zat antaktan dan
sejenis obat lainnnya. Kasumbogo, U.
2006. Pengantar Pengolaan
Hama Terpadu (Edisi
ke-2). Yogyakarta:Citra Aji
Pratama.
Lee,
S.A. 2006. Througfall Spatial Variability Under Oil Palm.Faculty of Civil
Engineering.Universitas,Teknologi,Malaysia.http://www.efka.utm.my/t/IAGES/3PSM/2006/JHH/ARTS1/sawayleepdf [ diunduh pada 4 April 2017].
Mardikanto. 1993. Kajian
Model bemacam serangga yang menyerang tanaman. Program Pasca
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mubiar, P. 2014.
Padi Sri Organik Indonesia, paska sarjana ITB pada tahun
1975.
Mustikawati, D.R., dan R. Asnawi. 2011. Serangan walang
sangit dan blas leher pada beberapa
galur padi hibrida
asal Cina di
kebun percobaan NatarLampung.
Balai Pengkajian Teknologi
Lampung.JurnalLitbang Pertanian, 978-979-8510-34-2.
Pratimi, A, R.C.H. dan Soesilohadi, 2011. Fluktuasi Populasi
Walang Sangit Leptocorisa oratorius
F. (Hemiptera : Alydidae)
Pada Komunitas Padi di
Dusun Kepitu, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal BIOMA,
Vol. 13 (2): 54-59.
Saragih, . 2001.
Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Seyhan, E. 1990. Dasar-Dasar
pembuatan zat. Penerjemah: Subagyo. Gadjah Mada
University Press.Yogyakarta.
Sidim, F. 2009.
Penyebaran Hama Walang sangit
Leptocorisa oratorius F. (Hemiptera
; Alydidae) Pada Tanaman
Padi di Kabupaten Minahasa. Skripsi
Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Siregar,
Z.A. 2007. Hama-hama
Tanaman Padi. Sumatera
utara: USURepository.
Tjitrosoepomo,1994.
Budidaya Tanaman Padi Beserta Komunitas Petani Padi Di Lahan Pertanin Bogor
LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah lahan
penelitian
W0 |
W6 |
W0 |
W2 |
W2 |
W1 |
W1 |
W5 |
W5 |
W3 |
W4 |
W0 |
W6 |
W5 |
W2 |
W3 |
W6 |
W4 |
W4 |
W1 |
W3 |
Lampiran 2. Rata-rata
Populasi Walasangi . HSA
Perlakuan |
Ulangan |
|||||||||||
I |
II II |
III |
total |
rataan |
|
|||||||
W0 |
1 |
2 |
2 |
5 |
2,5 |
|
||||||
W1 |
1 |
3 |
2 |
6 |
3,5 |
|
||||||
W2 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3,0 |
|
||||||
W3 |
1 |
2 |
2 |
5 |
2,5 |
|
||||||
W4 |
3 |
3 |
1 |
7 |
3,5 |
|
||||||
W5 |
3 |
1 |
3 |
7 |
3,5 |
|
||||||
W6 |
4 |
3 |
2 |
9 |
4,5 |
|
||||||
Total |
13 |
14 |
13 |
45 |
|
|||||||
Rataan |
3,25 |
3,5 |
3,25 |
8,095238 |
||||||||
FK 136,19 |
|
|||||||||||
|
||||||||||||
Analisis Sidik Ragam Populasi Walangsangit
|
Sk |
Db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
27,52 |
4,59 |
0,15 |
3,08 |
4,32 |
|
Blok |
2 |
2349,81 |
1174,90 |
38,06 |
3,08 |
4,32 |
|
Galat |
12 |
370,48 |
30,87 |
|
|
|
|
Total |
20 |
2747,81 |
137,39 |
|
|
|
|
KK 68,64
Lampiran 3 Rata-rata
Populasi Walangsangit . HSA
Perlakuan |
Ulangan |
||||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|||
W0 |
2 |
2 |
1 |
5 |
2,5 |
||
W1 |
1 |
3 |
4 |
8 |
4,0 |
||
W2 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3,0 |
||
W3 |
3 |
3 |
1 |
7 |
3,5 |
||
W4 |
2 |
3 |
4 |
9 |
4,5 |
||
W5 |
3 |
1 |
4 |
8 |
4,0 |
||
W6 |
2 |
2 |
2 |
6 |
3,0 |
||
Total |
14 |
16 |
19 |
49 |
|||
Rataan |
13,5 |
9,25 |
18,5 |
7,857143 |
|||
FK 196,49 |
|
||||||
Analisis Sidik Ragam
Populasi Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
24,00 |
4,00 |
0,11 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1957,24 |
978,62 |
27,10 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
433,33 |
36,11 |
|
|
|
Total |
20 |
2414,57 |
120,73 |
|
|
|
KK 76,48
Lampiran 4 Rata-rata Populasi Walangsangit . HSA
perlakuan |
Ulangan |
|||||
I |
II |
III |
Total |
Rataan |
||
W0 |
1 |
2 |
4 |
7 |
3,5 |
|
W1 |
3 |
1 |
1 |
5 |
2,5 |
|
W2 |
1 |
1 |
3 |
5 |
2,5 |
|
W3 |
1 |
3 |
4 |
8 |
4,0 |
|
W4 |
2 |
2 |
1 |
5 |
2,5 |
|
W5 |
2 |
1 |
3 |
6 |
3,0 |
|
W6 |
1 |
2 |
2 |
5 |
2,5 |
|
Total |
11 |
12 |
18 |
41 |
||
Rataan |
10,25 |
20,5 |
12,75 |
8,285714 |
||
FK 144,74 |
|
|||||
Analisis Sidik Ragam
Populasi Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
55,86 |
9,31 |
0,30 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
2226,95 |
1113,48 |
35,97 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
371,48 |
30,96 |
|
|
|
Total |
20 |
2654,29 |
132,71 |
|
|
|
KK 67,15
|
|
|
Lampiran 5 Rata-rata Populasi Walangsangit . HSA
Perlakuan |
Ulangan |
|||||||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
|||||
W0 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3,0 |
|
||||
W1 |
3 |
1 |
1 |
5 |
2,5 |
|
||||
W2 |
1 |
2 |
2 |
5 |
2,5 |
|
||||
W3 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3,0 |
|
||||
W4 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3,0 |
|
||||
W5 |
3 |
2 |
3 |
8 |
4,0 |
|
||||
W6 |
3 |
3 |
2 |
8 |
4,0 |
|
||||
Total |
13 |
14 |
17 |
44 |
|
|||||
Rataan |
3,25 |
3,5 |
4,25 |
7,52381 |
|
|||||
FK 1188,762
Analisis
Sidik Ragam Populasi Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
31,24 |
5,21 |
0,30 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1605,24 |
802,62 |
46,14 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
208,76 |
17,40 |
|
|
|
Total |
20 |
1845,24 |
92,26 |
|
|
|
KK 55,44
Lampiran 6. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
1 |
2 |
1 |
4 |
2,0 |
W1 |
3 |
3 |
1 |
7 |
3,5 |
W2 |
2 |
2 |
1 |
5 |
2,5 |
W3 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3,0 |
W4 |
1 |
3 |
3 |
7 |
3,5 |
W5 |
1 |
1 |
2 |
4 |
2,0 |
W6 |
3 |
1 |
2 |
6 |
3,0 |
Total |
12 |
14 |
13 |
39 |
|
Rataan |
13 |
16,5 |
15,5 |
7,333333 |
FK 1129,333
Analisis Sidik Ragam
Walangsangit
Sk |
db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
||
Perlakuan |
6 |
61,52 |
10,25 |
0,84 |
3,08 |
4,32 |
||
Blok |
2 |
1586,67 |
793,33 |
64,99 |
3,08 |
4,32 |
||
Galat |
12 |
146,48 |
12,21 |
|
|
|
||
Total |
20 |
1794,67 |
89,73 |
|
|
|
||
KK 47,64 |
|
|||||||
Lampiran 7. Rata-rata
Populasi Walangsangit. HSA
Perlakuan |
ulangan |
|||||||||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
||||||||
W0 |
1 |
2 |
2 |
5 |
2,5 |
|||||||
W1 |
2 |
2 |
4 |
8 |
4,0 |
|||||||
W2 |
2 |
4 |
2 |
8 |
4,0 |
|||||||
W3 |
1 |
2 |
1 |
4 |
2,0 |
|||||||
W4 |
3 |
3 |
1 |
7 |
3,5 |
|||||||
W5 |
1 |
3 |
2 |
6 |
3,0 |
|||||||
W6 |
4 |
3 |
2 |
9 |
4,5 |
|||||||
Total |
14 |
19 |
14 |
47 |
||||||||
Rataan |
8,75 |
9,75 |
33,5 |
9,904762 |
||||||||
FK |
2060,19 |
|||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Analisis
Sidik Ragam Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
152,38 |
25,40 |
0,13 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
4840,48 |
2420,24 |
12,81 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
2266,95 |
188,91 |
|
|
|
Total |
20 |
7259,81 |
362,99 |
|
|
|
KK 138,77
Lampiran 8. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
4 |
2 |
0 |
6 |
3,0 |
W1 |
1 |
6 |
2 |
9 |
4,5 |
W2 |
3 |
2 |
3 |
8 |
4,0 |
W3 |
3 |
2 |
4 |
9 |
4,5 |
W4 |
1 |
2 |
4 |
7 |
3,5 |
W5 |
3 |
4 |
1 |
8 |
4,0 |
W6 |
2 |
2 |
2 |
6 |
3,0 |
Total |
17 |
20 |
16 |
53 |
|
Rataan |
6,75 |
15,5 |
7 |
5,571429 |
FK 651,8571
Analisis Sidik Ragam
Walangsangit
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
||
Perlakuan |
6 |
138,29 |
23,05 |
0,41 |
3,08 |
4,32 |
||
Blok |
2 |
1133,81 |
566,90 |
10,08 |
3,08 |
4,32 |
||
Galat |
12 |
675,05 |
56,25 |
|
|
|
||
Total |
20 |
1947,14 |
97,36 |
|
|
|
||
KK 134,62 |
|
|||||||
Lampiran 9. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA
perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
3 |
2 |
0 |
5 |
2,5 |
W1 |
2 |
5 |
1 |
8 |
4,0 |
W2 |
4 |
2 |
1 |
7 |
3,5 |
W3 |
2 |
3 |
1 |
6 |
3,0 |
W4 |
1 |
1 |
4 |
6 |
3,0 |
W5 |
2 |
3 |
1 |
6 |
3,0 |
W6 |
3 |
2 |
2 |
7 |
3,5 |
Total |
17 |
18 |
10 |
173 |
|
Rataan |
11,75 |
14,75 |
8,45 |
8,238095 |
FK 1425,19
Analisis Sidik Ragam
Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
50,67 |
8,44 |
0,16 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1967,81 |
983,90 |
18,64 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
633,33 |
52,78 |
|
|
|
Total |
20 |
2651,81 |
132,59 |
|
|
|
KK 88,19
Lampiran 10. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
1 |
2 |
1 |
4 |
2,0 |
W1 |
4 |
1 |
2 |
7 |
3,5 |
W2 |
1 |
2 |
4 |
7 |
3,5 |
W3 |
4 |
3 |
2 |
9 |
4,5 |
W4 |
3 |
2 |
4 |
9 |
4,5 |
W5 |
1 |
1 |
2 |
4 |
2,0 |
W6 |
2 |
1 |
2 |
5 |
2,5 |
Total |
16 |
12 |
17 |
45 |
|
Rataan |
19,5 |
14,5 |
13,5 |
7,047619 |
FK 1043,048
Analisis Sidik Ragam Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
5,52 |
0,92 |
0,05 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1482,29 |
741,14 |
42,52 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
209,14 |
17,43 |
|
|
|
Total |
20 |
1696,95 |
84,85 |
|
|
|
KK 59,24
Lampiran 11. Rata-rata Populasi Walangsangit. HSA
Perlakuan |
Ulangan |
||||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|||
W0 |
1 |
2 |
0 |
3 |
1,5 |
||
W1 |
1 |
4 |
3 |
8 |
4,0 |
||
W2 |
4 |
2 |
3 |
9 |
4,5 |
||
W3 |
4 |
2 |
1 |
7 |
3,5 |
||
W4 |
3 |
3 |
1 |
7 |
3,5 |
||
W5 |
2 |
4 |
3 |
9 |
4,5 |
||
W6 |
1 |
2 |
1 |
4 |
2,0 |
||
Total |
16 |
19 |
12 |
186 |
|||
Rataan |
11 |
16,25 |
9,05 |
8,857143 |
|||
FK 1647,429 |
|
||||||
|
|||||||
Analisis Sidik Ragam Walangsangit
Sk |
Db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
430,86 |
71,81 |
0,64 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
2382,57 |
1191,29 |
10,58 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
1351,14 |
112,60 |
|
|
|
Total |
20 |
4164,57 |
208,23 |
|
|
|
KK 119,80
Lampiran 12.
Rata-rata
Intensitas Serangan Walangsangit
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
4 |
3 |
1 |
8 |
4 |
W1 |
1 |
4 |
1 |
6 |
3 |
W2 |
2 |
2 |
3 |
7 |
3,5 |
W3 |
1 |
1 |
2 |
4 |
2,0 |
W4 |
3 |
2 |
2 |
7 |
3,5 |
W5 |
3 |
2 |
1 |
6 |
3 |
W6 |
4 |
3 |
2 |
9 |
4,5 |
Total |
18 |
17 |
12 |
47 |
|
Rataan |
12 |
22,5 |
8,25 |
8,142857 |
FK 1392,429
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
3,14 |
0,52 |
0,02 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
2438,57 |
1219,29 |
43,69 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
334,86 |
27,90 |
|
|
|
Total |
20 |
2776,57 |
138,83 |
|
|
|
KK 64,87
Lampiran
13. Rata-rata Intensitas
Serangan Walangsangit
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
1 |
2 |
1 |
4 |
2 |
W1 |
1 |
3 |
4 |
8 |
4 |
W2 |
1 |
1 |
3 |
5 |
2,5 |
W3 |
2 |
3 |
1 |
6 |
3 |
W4 |
2 |
3 |
3 |
8 |
4 |
W5 |
2 |
1 |
2 |
5 |
2,5 |
W6 |
2 |
4 |
2 |
8 |
4 |
Total |
10 |
17 |
16 |
64 |
|
Rataan |
12,5 |
9,25 |
16,75 |
7,333333 |
FK 1129,333
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
1,81 |
0,30 |
0,01 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1656,67 |
828,33 |
23,43 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
424,19 |
35,35 |
|
|
|
Total |
20 |
2082,67 |
104,13 |
|
|
|
KK 81,008
Lampiran 14. Rata-rata Intensitas
Seranggan Walangsangit
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
2 |
2 |
4 |
8 |
4 |
W1 |
3 |
1 |
3 |
7 |
3,5 |
W2 |
2 |
1 |
3 |
6 |
3 |
W3 |
1 |
3 |
2 |
6 |
3 |
W4 |
1 |
3 |
1 |
5 |
2,5 |
W5 |
2 |
3 |
3 |
8 |
4 |
W6 |
2 |
4 |
1 |
7 |
3,5 |
Total |
13 |
15 |
12 |
64 |
|
Rataan |
10,5 |
21,25 |
11,75 |
8,285714 |
FK 1441,714
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
6,00 |
1,00 |
0,05 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
2290,95 |
1145,48 |
53,83 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
255,33 |
21,28 |
|
|
|
Total |
20 |
2552,29 |
127,61 |
|
|
|
KK 55,67
Lampiran 15. Rata-rata Intensitas Walangsangit
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3 |
W1 |
2 |
1 |
1 |
4 |
2 |
W2 |
1 |
3 |
2 |
6 |
3 |
W3 |
1 |
4 |
2 |
7 |
3,5 |
W4 |
2 |
2 |
3 |
7 |
3,5 |
W5 |
1 |
1 |
1 |
3 |
1,5 |
W6 |
3 |
3 |
2 |
8 |
4 |
Total |
11 |
16 |
13 |
89 |
|
Rataan |
8,75 |
10,25 |
12,75 |
7,190476 |
FK 1085,762
|
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
39,81 |
6,63 |
0,38 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1448,57 |
724,29 |
41,22 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
210,86 |
17,57 |
|
|
|
Total |
20 |
1699,24 |
84,96 |
|
|
|
KK 58,30
Lampiran 16. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit
76 HSP |
|||||
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
1 |
2 |
1 |
4 |
2 |
W1 |
2 |
1 |
2 |
5 |
2,5 |
W2 |
6 |
2 |
1 |
9 |
4,5 |
W3 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3 |
W4 |
1 |
3 |
1 |
5 |
2,5 |
W5 |
1 |
2 |
2 |
5 |
2,5 |
W6 |
2 |
3 |
2 |
7 |
3,5 |
Total |
14 |
15 |
12 |
34 |
|
Rataan |
13,5 |
9,75 |
14,25 |
7,142857 |
K. Blok |
2916 |
1521 |
3249 |
FK |
1071,429 |
|
7686 |
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
1,14 |
0,19 |
0,02 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1490,57 |
745,29 |
96,31 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
92,86 |
7,74 |
|
|
|
Total |
20 |
1584,57 |
79,23 |
|
|
|
KK 38,94
Lampiran 17. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit
79 HSP |
||||||||
Perlakuan |
Ulangan |
|||||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
||||
W0 |
2 |
3 |
2 |
7 |
3,5 |
|||
W1 |
2 |
3 |
2 |
7 |
3,5 |
|||
W2 |
4 |
2 |
1 |
7 |
3,5 |
|||
W3 |
2 |
4 |
2 |
8 |
4 |
|||
W4 |
2 |
5 |
1 |
8 |
4 |
|||
W5 |
1 |
3 |
6 |
10 |
5 |
|||
W6 |
4 |
2 |
1 |
7 |
3,5 |
|||
Total |
19 |
25 |
23 |
67 |
||||
Rataan |
7,25 |
13,75 |
12,25 |
6,333333 |
||||
FK 842,3333
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
Perlakuan |
6 |
12,67 |
2,11 |
0,13 |
3,08 |
4,32 |
Blok |
2 |
1246,67 |
623,33 |
39,09 |
3,08 |
4,32 |
Galat |
12 |
191,33 |
15,94 |
|
|
|
Total |
20 |
1450,67 |
72,53 |
|
|
|
KK 63,05
Lampiran 18. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit
82HSP |
|||||
perlakuan |
|
Ulangan |
|||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
4 |
2 |
1 |
7 |
3,5 |
W1 |
1 |
5 |
1 |
7 |
3,5 |
W2 |
3 |
2 |
3 |
8 |
4 |
W3 |
2 |
2 |
4 |
8 |
4 |
W4 |
1 |
3 |
2 |
6 |
3 |
W5 |
3 |
4 |
1 |
8 |
4 |
W6 |
2 |
2 |
2 |
6 |
3 |
Total |
16 |
20 |
14 |
89 |
|
Rataan |
6,5 |
19,5 |
11,5 |
6,380952 |
FK 855,0476
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||||
Sk |
db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
||
Perlakuan |
6 |
19,52 |
3,25 |
0,05 |
3,08 |
4,32 |
||
Blok |
2 |
1356,95 |
678,48 |
9,90 |
3,08 |
4,32 |
||
Galat |
12 |
822,48 |
68,54 |
|
|
|
||
Total |
20 |
2198,95 |
109,95 |
|
|
|
||
KK |
129,74 |
|
||||||
Lampiran 19. Rata-rata Intensitas Serangan Walangsangit
85 hsp |
|||||
Perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
Ii |
Iii |
Total |
Rataan |
|
W0 |
3 |
2 |
0 |
5 |
2,5 |
W1 |
2 |
5 |
1 |
8 |
4 |
W2 |
1 |
2 |
3 |
6 |
3 |
W3 |
1 |
1 |
4 |
6 |
3 |
W4 |
2 |
4 |
1 |
7 |
3,5 |
W5 |
2 |
4 |
2 |
8 |
4 |
W6 |
3 |
2 |
1 |
6 |
3 |
Total |
14 |
20 |
12 |
46 |
|
Rataan |
12 |
15,5 |
9,52 |
8,095238 |
FK 1376,19
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||||
Sk |
db |
Jk |
kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
||
Perlakuan |
6 |
7,52 |
1,25 |
0,04 |
3,08 |
4,32 |
||
Blok |
2 |
1873,14 |
936,57 |
29,49 |
3,08 |
4,32 |
||
Galat |
12 |
381,14 |
31,76 |
|
|
|
||
Total |
20 |
2261,81 |
113,09 |
|
|
|
||
KK |
69,62 |
|
||||||
Lampiran 20. Rata-rata
Intensitas Serangan Walangsangit
88 HSP |
|||||
perlakuan |
Ulangan |
||||
I |
II |
III |
total |
rataan |
|
W0 |
6 |
2 |
1 |
9 |
4,5 |
W1 |
1 |
4 |
3 |
8 |
4,0 |
W2 |
4 |
2 |
1 |
9 |
4,5 |
W3 |
3 |
3 |
1 |
7 |
3,5 |
W4 |
3 |
4 |
4 |
11 |
5,5 |
W5 |
2 |
3 |
2 |
7 |
3,5 |
W6 |
1 |
1 |
2 |
4 |
2,0 |
Total |
18 |
19 |
24 |
46 |
|
Rataan |
9,25 |
12,5 |
11 |
6,047619 |
FK 768,0476
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||||
Sk |
db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
||
Perlakuan |
6 |
4,10 |
0,68 |
0,03 |
3,08 |
4,32 |
||
Blok |
2 |
1073,62 |
536,81 |
23,58 |
3,08 |
4,32 |
||
Galat |
12 |
273,24 |
22,77 |
|
|
|
||
Total |
20 |
1350,95 |
67,55 |
|
|
|
||
KK |
78,90 |
|
||||||
Lampiran 21. Rata-rata Intensitas Serangan
Walangsangit
91 HSP |
|
|||||||||||||||||||||||||
Perlakuan |
Ulangan |
|
||||||||||||||||||||||||
I |
II |
III |
Total |
rataan |
|
|||||||||||||||||||||
W0 |
3 |
2 |
2 |
7 |
3,5 |
|
||||||||||||||||||||
W1 |
1 |
4 |
1 |
6 |
1,5 |
|
||||||||||||||||||||
W2 |
2 |
4 |
2 |
8 |
4,0 |
|
||||||||||||||||||||
W3 |
3 |
1 |
1 |
5 |
2,5 |
|
||||||||||||||||||||
W4 |
1 |
1 |
4 |
6 |
3 |
|
||||||||||||||||||||
W5 |
3 |
2 |
3 |
8 |
4 |
|
||||||||||||||||||||
W6 |
3 |
4 |
2 |
9 |
4,5 |
|
||||||||||||||||||||
Total |
17 |
18 |
15 |
50 |
|
|||||||||||||||||||||
Rataan |
6,5 |
6,7 |
4,25 |
7,714286 |
|
|||||||||||||||||||||
Fk 129,74
Analisis Sidik Ragam Intensitas Serangan |
||||||||||||||||||||||||||
Sk |
Db |
Jk |
Kt |
f.hit |
0,05 |
0,01 |
|
|||||||||||||||||||
Perlakuan |
6 |
530,00 |
88,33 |
0,32 |
3,08 |
4,32 |
|
|||||||||||||||||||
Blok |
2 |
3178,95 |
1589,48 |
5,84 |
3,08 |
4,32 |
|
|||||||||||||||||||
Galat |
12 |
3267,33 |
272,28 |
|
||||||||||||||||||||||
Total |
20 |
6976,29 |
348,81 |
|
||||||||||||||||||||||
KK 213,90
Tidak ada komentar:
Posting Komentar