BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi penduduk di
Indonesia dan ketersediaannya harus tercukupi sepanjang tahun. Permintaan akan
beras yang terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan jumlah
penduduk setiap tahunnya. Disisi lain, varietas padi yang digunakan tidak
berproduksi tinggi dan adanya cekaman lingkungan. Penurunan produksi padi pada
tahun 2014 sebesar 96.210 ton (2,58%) terjadi pada Mei-Agustus sebesar 89.305
ton (7,93%) dansubround September-Desember sebesar 25.218 ton (2,30%) sedangkan
pada bulan Januari - April produksi naik sebesar 18.313 ton (1,22%)
dibandingkan dengan produksi pada yang sama di tahun 2013 (BPS Sumatera Utara,
2015). Beberapa varietaspadi pada kondisi jarak tanam sempit akan mengalami
penurunan kualitas pertumbuhan seperti jumlah anakan dan malai yang lebih
sedikit, panjang malai yang lebih pendek, dan tentunya jumlah gabah per malai
berkurang dibandingkan pada kondisi jarak tanam lebar (potensial).
Pada jarak tanam yang lebar akan meningkatkan
penangkapan radiasi surya oleh tajuk tanaman sehingga meningkatkanpertumbuhan
tanaman seperti jumlah anakan produktif, volume dan panjang akar total,
meningkatkan bobot kering tanaman dan bobot gabah per rumpun (Hatta, 2012).
Adapun penggunaan varietas unggul dimana sifat-sifat unggul itu bisa merupakan
daya hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap
gangguan serangga dan/atau serangan cendawan, lebih tahan terhadap tumbangnya
pertanaman, mutu beras dan atau rasa nasi yang lebih tinggi atau lebih enak
(Siregar, 1981).
Menurut penelitian Kaya
(2013) menyatakan bahwa dalam upaya pencapaian target program Peningkatan
Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian
melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyakmengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh
petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang
benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam
jajar legowo merupakan salah satu inovasi teknologi yang diperkenalkan dalam
usaha untuk meningkatkan produktivitas padi.
Pola tanam jajar legowo pada tanaman padi
sawah merupakan sebuah cara untuk meningkatkan produksi padi. Pada umumnya,
petani di Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan masih melakukan pola tanam
tradisional sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa di desa Arse kecamatan
Arse Kabupaten Tapanuli Selatan, sebagian besar petani masih memakai sistem
tradisional dan tidak memperhatikan jarak tanam dalam budidaya tanaman padi,
sehingga sangat berpengaruh terhadap produksi. Beberapa petani ada yang sudah
mengaplikasikan jarak tanam jajar legowo, dalam hal ini masyarakat tani desa Arse
masih potensial apabila menerapkan tehnik-tehnik baru seperti jarak tanam jajar
legowo. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem jajar legowo
mampu meningkatkan produksi padi bagi petani. Terdapat beberapa tipe sistem
tanam jajar legowo diantaranya adalah tipe 2:1. 3:1 dan 4:1.
Berdasarkan uraian dari rumusan masalah tersebut,
maka muncul pertanyaan penelitian yaitu:
a.
Bagaimana
pengaruh sistem tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan tanaman padi di
Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan?
b.
Bagaimana
pengaruh sistem tanam jajar legowo terhadap produksi tanaman padi di Kecamatan
Arse Kabupaten Tapanuli Selatan?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka penulis
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo terhadap
Produksi Padi di Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan”.
1.3.
Batasan Masalah
Supaya tidak melebar dari apa yang diharapkan, Penelitian ini dibatasi
hanya mengetahui Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo
terhadap Produksi Padi di Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan.
1.4
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian
ini adalah :
a.
Mendeskripsikan
pengaruh sistem tanam jajar legowo terhadap pertumbuhan tanaman padi di
Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selatan
b.
Menganalisis
pengaruh sistem tanam jajar legowo terhadap produksi tanaman padi di Kecamatan
Arse Kabupaten Tapanuli Selatan
1.5 Hipotesis
Hipotesis
dalam penelitian ini adalah perlakuan
dengan jarak tanam yang berbeda akan berpengaruh terhadap produksi padi sawah (Oryza sativa L).
1.6
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan
penelitian ini adalah :
a.
Sebagai
bahan informasi bagi petani yang memerlukan, terutama petani sawah dalam
meningkatkan produksinya.
b.
Sebagai
bahan dasar untuk penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian di Universitas Graha Nusantara
Padangsidimpuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Tanaman
Padi
Menurut
Tjitrosoepomo (2007), tanaman padi diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophytae
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Spesies :
Oryza sativa L.
a.
Malai
Malai terdiri dari
sekumpulan bunga-bunga padi (Spikelet) yang timbul dari malai atas. Ruas buku
terakhir dari batang merupakan sumbu utama dari malai, sedangkan butir- butir
nya terdapat pada cabang pertama maupun cabang-cabang kedua. Pada waktu
berbunga, malai berdiri tegak kemudian terkulai bila bulir telah berisi dan
menjadi buah. Panjang malai diukur dari buku terakhir sampai butir diujung malai. Panjang malai juga
ditentukan oleh sifat baka (keturunan) dari varietas dan keadaan keliling.
Panjang malai beraneka ragam, pendek (20 cm), sedang (20-30 cm) dan panjang
(lebih dari 30 cm). Kepadatan malai adalah perbandingan banyaknya bunga per
malai dengan panjang malai,sebagai contoh 300 bunga/malai:15 bunga/malai/cm.
Panjang malai suatu varietas demikian pula banyaknya cabang-cabang tiap malai
dan jumlah bulir tiap- tiap cabang. Banyak cabang tiap-tiap malai berkisar dari
7-30 bulir (Norsalis, 2011).
b.
Bulir/Gabah
Gabah /bulir adalah buah padi atau yang
sehari-hari kita sebut dengan biji padi, sebenarnya bukan biji melainkan buah
padi yang tertutup oleh Lemma dan Palae. Buah ini terjadi setelah selesai
penyerbukan dan pembuahan. Biji sebagian besar ditempati oleh Ondesperm yang
mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh Embriyo (lembaga) sentral
yaitu dibagian Lemma. Semakin banyak intensitas cahaya matahari yang mengenai
tanaman maka proses metabolisme terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di
daun maka akan semakin tinggi didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau
dari segi bobot basah gabah tanaman padi, bahkan budidaya dengan sistem
tertentu seperti pemberian jarak berbeda sangat baerpengaruh pada pertumbuhan
jumlah malai pertanaman yang terbentuk dan selanjutnya akan mempengaruhi
produksi gabah tanaman.Sebuah bulir adalah bagian dari malai bunga, dan terdiri
atas dua lemma steril, rakhilla dan floret. Rakhilla adalah sumbu kecil antara
sekam rudimenter (lemma steril) dan
floret fertil (Puslitbangtan,
1991).
c.
Gabah
Kering Panen
(GKP)
Gabah
yang mengandung kadar air lebih besar dari 18% tetapi lebih kecil atau sama
dengan 25% (18%<KA<25%), hampa/kotoran lebih besar dari 6% tetapi lebih
kecil atau sama dengan 10% (6%<HK<10%), butir hijau/mengapur lebih besar
dari 7% tetapi lebih kecil atau sama dengan 10% (7%<HKp<10%), butir
kuning/rusak maksimal 3% dan butir merah maksimal 3%. Biji yang
telah dikupas akan menjadi beras, beras juga dikenal dengan karyopsis,
karyopsis terdiri dari atas janin (embrio) dan endosperma yang diselimuti oleh
lapisan aleuron, kemudian tegmen dan lapisan terluar disebut perikarp (Karim
dan Suhartartik, 2009).
d.
Bobot Basah
Gabah
Gabah basah adalah bulir padi yang masih segar, biasanya mengacu pada
bulir padi yang telah dipisahkan dari tangkainya (jerami). Dalam perdagangan
komodiatas, gabah merupakan tahap yang penting dalam pengolahan padi
sebelumkonsumsi karena perdagangan padi dalam partai besar dilakukan dalam
bentuk gabah. Terdapat defenisi teknis perdagangan untuk gabah, yaitu hasil
tanaman padi yang telah dipisahkandari tangkainya dengan cara
perontokan.kualitas fisik gabah dipengaruhi oleh kualitas air dan kemurnian
gabah. Tingkat kemurnian gabah merupkan persentase berat gabah bernasterhadap
berat keseluruhan campuran gabah.tingkat kemurnian gabah akan semakin menurun
dengan banyaknya benda asing atau gabah hampadidalam campuran gabah (Hasbullah
dan Dewi, 2011).
e.
Bobot 1000 Biji
Bobot 1000 biji padi dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran biji sangat
ditentukan oleh faktor genetik sehingga berat 1000 butir yang dihasilkan sama.
Tinggi rendahnya berat biji tergantung banyak atau tidaknya bahan kering yang
terkandung dalam biji. Bahan kering dalam biji diperoleh dari hasil
fotosintesis yang selanjutnya dapat digunakan untuk pengisian biji sangat
ditentukan oleh bentuk dan ukuran biji pada suatu varietas, bisa terjadinya
perbedaan pada ukuran biji.
2.2. Sistem Tanam Jajar Legowo
Prinsip dari
sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi tanaman dengan mengatur
jarak tanam sehingga pertanaman akan memiliki barisan tanaman yang diselingi
oleh barisan kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak
tanam antar barisan. Sistem tanam jajar legowo merupakan salah satu rekomendasi
yang terdapat dalam paket anjuran Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).Sistem
tanam jajar legowo juga merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman
sehingga pertanaman akan memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak
dengan adanya barisan kosong. Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada
dipinggir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding
tanaman padi yang berada di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi
dan kualitas gabah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena tanaman yang
berada dipinggir akan memperoleh intensitas sinar matahari yang lebih banyak
(efek tanaman pinggir). Adapun manfaat dan tujuan dari penerapan sistem tanam
jajar legowo adalah sebagai berikut :
a.
Menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan
meningkatkan produksi baik secara makro maupun mikro.
b.
Dengan adanya baris kosong akan mempermudah pelaksanaan pemeliharaan,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman yaitu dilakukan melalui
barisan kosong/lorong.
c.
Mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit terutama hama tikus. Pada
lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya dan
dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah
sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
d.
Menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
e.
Dengan menerapkan sistem tanam jajar legowo akan menambah kemungkinan
barisan tanaman untuk mengalami efek tanaman pinggir dengan memanfaatkan sinar
matahari secara optimal bagi tanaman yang berada pada barisan pinggir. Semakin
banyak intensitas sinar matahari yang mengenai tanaman maka proses metabolisme
terutama fotosintesis tanaman yang terjadi di daun akan semakin tinggi sehingga
akan didapatkan kualitas tanaman yang baik ditinjau dari segi pertumbuhan dan
hasil.
2.3. Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo
Bersumber dari
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten bahwa modifikasi jarak tanam pada
sistem tanam jajar legowo bisa dilakukan dengan melihat berbagai pertimbangan. Secara
umum jarak tanam yang dipakai adalah 20 X 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi
22,5 X 22,55 cm atau 25 X 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan
ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis
dengan varietas IR-64 seperti varietas ciherang cukup dengan jarak tanam 20 X
20 cm sedangkan untuk varietas padi yang memiliki penampilan lebat dan tinggi
perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 sampai 25 cm. Demikian
juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 X 20 cm
sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak yang lebih lebar misal
22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya bisa 25 X 25 cm.
Pemilihan ukuran jarak tanam ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang optimal.
Ada beberapa
tipe cara tanam sistem jajar legowo yang secara umum dapat dilakukan yaitu ;
tipe legowo (2 : 1), (3 : 1), (4 : 1), (5 : 1), (6 : 1) dan tipe lainnya yang
sudah ada serta telah diaplikasikan oleh sebagian masyarakat petani di
Indonesia. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan di Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar legowo terbaik dalam
memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar legowo (4:1) sedangkan
dari tipe jajar legowo (2 : 1) dapat diterapkan untuk mendapatkan bulir gabah
berkualitas benih.
Jajar legowo (2
: 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu
barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris
sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar
barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20
cm (antar barisan) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong). Dengan
sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi
tanaman pinggir. Penerapan sistem jajar legowo (2 : 1) dapat meningkatkan
produksi padi dengan gabah kualitas benih dimana sistem jajar legowo seperti
ini sering dijumpai pada pertanaman untuk tujuan penangkaran atau produksi
benih.
Jajar legowo (3 : 1) adalah cara tanam padi dimana
setiap tiga baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Modifikasi tanaman pinggir
dilakukan pada baris tanaman ke-1 dan ke-3 yang diharapkan dapat diperoleh
hasil tinggi dari adanya efek tanaman pinggir. Prinsip penambahan jumlah
populasi tanaman dilakukan dengan cara menanam pada setiap barisan pinggir
(baris ke-1 dan ke-3) dengan jarak tanam setengah dari jarak tanam antar
barisan.Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (3 : 1) adalah 20
cm (antar barisan dan pada barisan tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm
(barisan kosong).
Jajar legowo (4 : 1) adalah cara tanam padi dimana
setiap empat baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki
jarak dua kali dari jarak tanaman antar barisan. Dengan sistem legowo seperti
ini maka setiap baris tanaman ke-1 dan ke-4 akan termodifikasi menjadi tanaman
pinggir yang diharapkan dapat diperoleh hasil tinggi dari adanya efek tanaman
pinggir. Prinsip penambahan jumlah populasi tanaman dilakukan dengan cara
menanam pada setiap barisan pinggir (baris ke-1 dan ke-4). dengan jarak tanam
setengah dari jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada
sistem jajar legowo (4 : 1) adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan
tengah) X 10 cm (barisan pinggir) X 40 cm (barisan kosong).
2.4. Peluang Peningkatan Produktivitas Padi
Populasi dan produktivitas
rumpun padi dari cara tanam tegel dan
jajar legowo dapat dibandingkan. Populasi untuk pertanaman tegel 25 cm x 25 cm adalah 160.000 rumpun/ha,
sedangkan untuk jajar legowo 2:1 (25-50) cm x 12,5 cm = 4/3 x 160.000 = 213.333
rumpun, atau 1,33 kali lebih banyak dibandingkan dengan tanam tegel 25 cm x 25
cm. Namun, populasi tanaman/ha yang lebih tinggi (1,33 kali) belum tentu
menghasilkan produktivitas (kg/ha) yang lebih tinggi. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa semakin rapat jarak tanam atau semakin banyak populasi
tanaman per satuan luas semakin menurun kualitas rumpun tanaman, seperti
menurunnya jumlah anakan dan jumlah malai per rumpun. Hal ini akibat semakin
besarnya persaingan antarrumpun padi dalam penangkapan radiasi surya, penyerapan
hara dan air, serta semakin optimalnya lingkungan bawah kanopi bagi perkembangbiakan
penyakit. Pada beberapa varietas padi tertentu penurunan jumlah anakan atau
jumlah malai akibat rumpun yang terlalu rapat dapat nyata lebih besar,
sedangkan pada varietas lainnya tidak nyata.
Apabila jumlah malai per
rumpun atau hasil gabah berkurang 1,33 kali atau lebih (lebih kecil atau sama
dengan 3/4 kali hasil tegel) karena jarak tanam yang rapat, misalnya dari 20
malai/rumpun menjadi 15 atau kurang, maka produktivitas tanaman dengan cara
tanam jajar legowo menjadi sama atau lebih rendah dibandingkan dengan cara
tegel. Sebaliknya, apabila jumlah malai per rumpun lebih dari 1,33 kali (lebih
besar dari 3/4 kali) maka hasil padi dengan tanam jajar legowo lebih tinggi
dibanding cara tanam tegel. Hal ini diasumsikan kualitas malai sama. Oleh sebab
itu, tanam jajar legowo hasilnya akan lebih tinggi dibandingkan cara tanam
tegel apabila rasio hasil gabah per rumpun antara jajar legowo dibanding tegel
lebih besar dari nilai minimal apabila:
a. Menggunakan varietas toleran naungan,
relatif toleran penyakit endemic setempat, dan anakan sedikit,
b. Kesuburan tanah tinggi atau cukup
hara, dan
c. Radiasi surya cukup, misalnya pada
musim kemarau atau di lokasi di mana intensitas keawanan rendah.
Hasil percobaan di Balai
Besar Penelitian Padi, terdapat variasi respon hasil varietas padi sawah
irigasi (Inpari) terhadap jarak tanam (tegel dan jajar legowo). Hasil padi pada
sistem tanam jajar legowo lebih tinggi dibanding cara tegel, terutama varietas
Inpari 14, 15, 18 dan 19, sedangkan pada varietas Inpari 4, 8 dan 13
sebaliknya, dimana caratanam tegel menghasilkan gabah lebih tinggi dibanding
cara tanam jajar legowo. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh varietas terhadap
hasil padi pada sistem tanam jajar legowo. Sama halnya dengan varietas padi
sawah irigasi, beberapa varietas padi rawa (Inpara) juga terdapat perbedaan
respon terhadap cara tanam terhadap hasil gabah. Hasil padi pada sistem tanam
jajar legowo lebih tinggi dibandingkan dengan cara tanam tegel pada varietas
Inpara 1 dan 4, sedangkan pada varietaspadi rawa lainnya seperti Air tenggulang, Banyuasin, Dendang,
Inpara 2, 3 dan 5 tidak nyata perbedaan hasil antara cara tanam tegel dengan
cara tanam jajar legowo. Varietas padi rawa memiliki respon hasil yang berbeda
terhadap perlakuan jarak tanam (Ikhwani dan Makarim 2012).
2.5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Tanam Jajar Legowo
Adapun kelebihan
sistem tanam jajar legowo adalah
a. Menambah jumlah tanaman padi/ dapat
menambah populasi
b. Meningkatkan produksi anaman padi
c. Memperbaiki kualitas gabah dengan
semakin banyaknya tanaman pinggir
d. Mengurangi tingkat serangan hama
e. Mempermudah dalam melakukan perawatan
baik itu pemupukan, maupun penyemprotan
f. Dapat menghemat pupuk karena yang dipupuk
hanya bagian dalam baris tanaman
Dan kelemahan
sistem tanam jajar legowo adalah
a. Membutuhkan tenaga tanam yang lebih
banyak dan waktu tanam yang lebih lama
b. Membutuhkan benih yang lebih banyak
dengan semakin banyaknya populasi
c. Biasanya pada legowonya akan lebih
banyak ditumbuhi oleh gulma
2.6. Deskripsi Inpari 32
Komoditas :Padi sawah
irigasi
Tahun : 2013
Asal seleksi : Ciherang/IRBB64
Bentuk gabah : Medium
Bentuk tanaman : Tegak
Berat 1000 biji : 27,1 gram
Daun Bendera : Tegak
Kadar amilosa : 23,46%
Kerebahan : Agak tahan
Nomor seleksi : BP10620F-BB4-15-BB8
Potensi hasil : 8,53 t/hektar GKG
Rata-rata hasil : 6,30 t/ha
Tekstur nasi : Sedang
Tinggi tanaman : 97 cm
Umur tanaman : 120 hari
Status : Komersil
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan tanaman pangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Pinagar Kecamatan Arse Kabupaten
Tapanuli Selatan. Dimulai pada bulan Maret sampai dengan Mei 2019.
3.2. Bahat
dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benih padi varietas Inpari 32. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ajir, tali rapia, hand taktor, sprayer, mesin
perontok padi, pulpel, buku catatan, ember, dan timbangan.
3.3. Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial dengan
perlakuan jarak tanam sebagai berikut :
U1 =
Legowo 2:1
U2 =
Legowo 3:1
U3 =
Legowo 4:1
Kebutuhan
ulangan diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
(t-1)
(n-1)> 6
(3-1)
(n-1)> 6
2(n-1)>
6
2n-2>
6
2n
> 6 + 2
2n
> 8
n>
8/2
n = 4
ulangan
Dengan jumlah perlakuan 3, dengan 4 ulangan yaitu:
Gambar 1. Bagan Plot Penelitian
U1 4:1 U1 3:1 U1 2:1
U2 3:1 U2 2:1 U2
4:1
U3
4:1 U3 3:1 U3 2:1
U4
4:1 U4 3:1 U4
2:1
Keterangan:
1.
Ukuran plot =
2,5 m x 2,5 m
2.
Jarak antar plot =
50 cm
3.
Jarak tanaman =
25 cm x 25 cm x 50 cm
4.
Jumlah baris
jarwo = 2:1= 8 baris, 3:1 = 9
baris, 4:1 = 10 baris
5.
Jumlah rumpun jarwo =
2:1 = 88 rumpun, 3:1 = 99 rumpun, 4:1 = 110 rumpun
Analisa
data yang digunakan sesuai dengan model matematika menurut jogianto (2008)
sebagai berikut:
Yij= µ
+ αi + Eij
Yij = hasil pengamatan pengaruh jarak tanam pada
perlakuan ke-I dan ke-j
I =
Perlakuan
J = Ulangan
µ = Efek
nilai tengah/ rata-rata
αi = Efek
nilai ke-i
Eij = Efek
error pada perlakuan jarak tanam pada perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
Data
yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, apabila ada perbedaan akan
dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
a.
Persemaian
Persemaian dilakukan 25 hari
sebelum masa tanam, persemaian dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan
dengan petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit yang
sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam mudah diangkut dan tetap
segar. Bila lokasi jauh maka bibit yang diangkut dapat stress bahkan jika
terlalu lama menunggu akan mati.
Benih yang hendak disemai
sebelumnya harus direndam terlebih dahulu secara sempurna sekitar 2 x 24 jam,
dalam ember atau wadah lainnya. Hal ini dilakukan agar benih dapat mengisap air
yang dibutuhkan untuk perkecambahannya. Lahan untuk persemaian ini sebelumnya
harus diolah terlebih dahulu, pengolahan lahan untuk persemaian ini dilakukan
dengan cara pencangkulan hingga tanah menjadi lumpur dan tidak lagi terdapat
bongkahan tanah. Lahan yang sudah halus lumpurnya ini kemudian dipetak-petak
dan antara petak-petak tersebut dibuat parit untuk mempernudah pengaturan air.
Benih yang sudah direndam selama 2 x 24 jam dan sudah berkecambah ditebar
dipersemaian secara hati-hati dan merata, hal ini didimaksudkan agar benih yang
tumbuh tidak saling bertumpukan. Selain itu benih juga tidak harus terbenam
kedalam tanah karena dapat menyebabkan kecambah terinfeksi pathogen (penyebab
penyakit tanaman) yang dapat menyebabkan busuknya kecambah. Pemupukan lahan
persemaian dilakukan kira-kira pada umur satu minggu benih setelah ditanam
(tabur). Kebutuhan pupuk yang digunakan yaitu 2,5 Kg Urea, 2,5 Kg SP36 dan 1 Kg
KCL.
b.
Pengolahan Tanah
Pengolahan bertujuan untuk
mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras menjadi datar dan
melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi humus, aerasi
tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air sehingga dapat
menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga perbaikan dan
pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang sawah diupayakan agar tetap
baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga tidak boros air dan
mempermudah perawatan tanaman. Tahapan pengolahan tanah sawah pada prinsipnya
mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.
Pembersihan
Pematang sawah dibersihkan dari rerumputan,
diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi utama pematang disaat awal untuk
menahan air selama pengolahan tanah agar tidak mengalir keluar petakan. Fungsi
selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan kebutuhan air selama ada tanaman
padi.Saluran atau parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan
tersebut bertujuan agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji
gulma yang terbawa masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada
bidang olah dibersihkan sebelum tanah diolah. Jerami tersebut dapat dibakar
atau diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan bakar.
Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan cangkul.
2.
Pencangkulan
Setelah dilakukan perbaikan pematang dan saluran, tahap berikutnya adalah
pencangkulan. Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak
atau traktor. Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan
tanah.
3.
Pembajakan
Pembajakan dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan
tersebut bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan
tanah dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah
sawah digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh
kondisi tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali.
Dengan pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi
kecil–kecil. Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga
menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut
yaitu air irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan
bedengan–bedengan. Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran
kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi pematang yang berguna untuk
memperlancar air irigasi.
c.
Pelaksanaan Tanam
Setelah persiapan lahan beres maka bibit pun siap
ditanam. Bibit dianjurkan untuk ditanam semuda mungkin, biasanya dipindah saat
umur 20 hari. Ciri bibit yang siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi
22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit sehingga
pertumbuhannya seragam. Bibit ditanam dengan cara dipindah dari bedengan
persemaian ke petakan sawah, dengan cara bibit dicabut dari bedengan persemaian
dengan menjaga agar bagian akarnya terbawa semua dan tidak rusak. Setelah itu
bibit dikumpulkan dalam ikatan-ikatan lalu ditaruh disawah dengan sebagian akar
terbenam ke air. Bibit ditanam cukup satu bibit per lubang tanam, dengan posisi
tegak dan apabila petani masih belum terbiasa dengan menanam satu bibit, pada
tahap awal dapat menanam 2-3 bibit per lubang tanam, dengan kedalaman tanam
cukup 2 cm, karena jika kurang dari 2 cm bibit akan gampang hanyut. Pengaturan
jarak tanam dilakukan sesuai dengan sistem tanam jajar legowo yang akan
dibandingkan sesuai dengan perlakuan jarak tanam.
d.
Pemupukan
Tanah yang dibudidayakan cenderung kekurangan unsur
hara bagi tanaman, oleh karena itu diperlukan penambahan unsur hara yang
berasal dari pupuk organik maupun pupuk anorganik. Agar efektif dan efisien
penggunaan pupuk disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara
dalam tanah. Kebutuhan N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat
kehijauan warna daun padi dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Cara
menentukan waktu aplikasi pupuk N.
e.
Pemanenan
Ketepatan waktu panen sangat menentukan kualitas bulir, saat panen yang
tepat adalah apabila gabah secara visual telah matang fisiologis yaitu 90
sampai dengan 95% malai telah bernas dan sebagian daun bendera masih berwarna
hijau. Dan selanjutnya dilakukan pemotongan batang dibawah dengan menggunakan
sabit.
3.5. Parameter penelitian
3.5.1 Jumlah Bulir per Malai
Jumlah bulir per malai, penghitungan dilakukan dengan menghitung jumlah
bulir tiap malai dalam satu rumpun dan mengambil satu malai yang mewakili
sebagai contoh, tanaman yang diambil secara acak dan dilakukan pada saat panen.
3.5.2
Bobot Basah Gabah (kg)
Bobot basah gabah, pengambila para meter dilakukan dengan menimbang
hasil gabah dari setiap satuan percobaan yang dilakukan pada saat panen.
3.5.3 Bobot Kering Gabah (kg)
Bobot kering gabah perhitungan dilakukan dengan cara perhitungan
menimbang hasil gabah dari per rumpun dilakukan setelah gabah di keringkan dan
dan membuang biji yang hampa.
3.5.4 Berat 1000 Biji Gabah (gram)
Berat 1000 biji gabah penghitungan bobot 1000 biji gabah ditentukan
dengan menimbang 1000 biji gabah kering dari tanaman sampel. Gabah bernas dikeringkan
dengan cahaya matahari (dijemur 1 x 24 jam).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengaruh
Sistem Jajar Legowo Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi Sawah
Sistem tanam jajar legowo juga
merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan
memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong.
Seperti diketahui bahwa tanaman padi yang berada dipinggir memiliki pertumbuhan
dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada di barisan
tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang lebih tinggi.
Hal ini disebabkan karena tanaman yang berada dipinggir akan memperoleh
intensitas sinar matahari yang lebih banyak (efek tanaman pinggir). Untuk
dapat mengetahui rincian hasil pengamatan pada sistem tanam jajar legowo
terhadap tanaman padi, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
1. Rata-rata jumlah bulir pada Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah
PERLAKUAN |
Ulangan |
Total |
Rataan |
|||
I |
II |
III |
IV |
|||
2;1 |
1176 |
1187 |
1189 |
1177 |
4729 |
1182.25 |
3;1 |
1174 |
1157 |
1169 |
1169 |
4669 |
1167.25 |
4;1 |
1114 |
1067 |
1067 |
1013 |
4261 |
1065.25 |
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sistem jarwo (jajar
legowo) tipe 2:1 memiliki jumlah bulir terbanyak yaitu 102 biji bulir pada
rumpun 1 dan 4, sedangkan jumlah bulir paling sedikit yaitu 90 bulir pada
rumpun 11 dan 12. Sedangkan pada sistem jarwo tipe 3:1 memiliki jumlah biji
bulir terbanyak yaitu 100 biji bulir pada rumpun 5, sedangkan jumlah bulir
paling sedikit yaitu 96 bulir pada
rumpun 1 dan 10. Kemudian pada sistem jarwo tipe 4:1 memiliki jumlah bulir
terbanyak yaitu 99 bulir pada rumpun 2 dan 8, sedangkan jumlah biji bulir
paling sedikit yaitu 87 biji bulir pada rumpun 3.
Berdasarkan jumlah bulir terbanyak berada pada rumpun 1 dan
4 dengan jumlah bulir 102 biji bulir pada sistem tanam 2:1. Hal ini menunjukkan
bahwa pada sistem tanam 2:1 memiliki potensi pengembangan atau pertumbuhan biji
bulir lebih banyak pada tanaman padi sawah, hal ini dikarenakan faktor
penerimaan cahaya matahari lebih banyak serta potensi pengembangan rumpun juga
lebih besar. Sedangkan jumlah bulir paling sedikit yaitu 87 biji bulir berada
pada rumpun 3 dengan sistem tanam 4:1. Untuk
dapat mengetahui rincian hasil pengamatan ulangan 2 pada sistem tanam jajar
legowo terhadap tanaman padi, dapat dilihat pada lampiran 2.
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa sistem jarwo (jajar
legowo) tipe 2:1 memiliki jumlah bulir terbanyak yaitu 102 biji bulir pada
rumpun 6, sedangkan jumlah biji bulir paling sedikit yaitu 97 bulir pada rumpun
9 dan 10. Sedangkan pada sistem jarwo tipe 3:1 memiliki jumlah biji bulir
terbanyak yaitu 100 biji bulir pada rumpun 1, sedangkan jumlah bulir paling
sedikit yaitu 92 bulir pada rumpun 6.
Kemudian pada sistem jarwo tipe 4:1 memiliki jumlah bulir terbanyak yaitu 99
bulir pada rumpun 1, sedangkan jumlah biji bulir paling sedikit yaitu 81 biji
bulir pada rumpun 6.
Berdasarkan jumlah bulir terbanyak berada pada rumpun 6 dengan
jumlah bulir 102 biji bulir pada sistem tanam 2:1. Hal ini menunjukkan bahwa
pada sistem tanam 2:1 memiliki potensi pengembangan atau pertumbuhan biji bulir
lebih banyak pada tanaman padi sawah, hal ini dikarenakan faktor penerimaan
cahaya matahari lebih banyak serta potensi pengembangan rumpun juga lebih
besar. Sedangkan jumlah bulir paling sedikit yaitu 81 biji bulir berada pada
rumpun 6 dengan sistem tanam 4:1. Untuk dapat
mengetahui rincian hasil pengamatan ulangan 3 pada sistem tanam jajar legowo
terhadap tanaman padi, dapat dilihat pada lampiran 3.
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sistem jarwo (jajar
legowo) tipe 2:1 memiliki jumlah bulir terbanyak yaitu 101 biji bulir pada
rumpun 3 dan 8, sedangkan jumlah biji bulir paling sedikit yaitu 97 bulir pada
rumpun 6. Sedangkan pada sistem jarwo tipe 3:1 memiliki jumlah biji bulir
terbanyak yaitu 99 biji bulir pada rumpun 2,6,7, dan 9, sedangkan jumlah bulir
paling sedikit yaitu 90 bulir pada
rumpun 5. Kemudian pada sistem jarwo tipe 4:1 memiliki jumlah bulir terbanyak
yaitu 94 bulir pada rumpun 7, sedangkan jumlah biji bulir paling sedikit yaitu
81 biji bulir pada rumpun 8.
Berdasarkan jumlah bulir terbanyak berada pada rumpun 3,
dan 8 dengan jumlah bulir 101 biji bulir pada sistem tanam 2:1. Hal ini
menunjukkan bahwa pada sistem tanam 2:1 memiliki potensi pengembangan atau
pertumbuhan biji bulir lebih banyak pada tanaman padi sawah, hal ini
dikarenakan faktor penerimaan cahaya matahari lebih banyak serta potensi
pengembangan rumpun juga lebih besar. Sedangkan jumlah bulir paling sedikit
yaitu 81 biji bulir berada pada rumpun 7 dengan sistem tanam 4:1. Untuk dapat mengetahui rincian hasil pengamatan
ulangan 4 pada sistem tanam jajar legowo terhadap tanaman padi, dapat dilihat
pada lampiran 4.
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa sistem jarwo (jajar
legowo) tipe 2:1 memiliki jumlah bulir terbanyak yaitu 102 biji bulir pada
rumpun 8, sedangkan jumlah biji bulir paling sedikit yaitu 96 bulir pada rumpun
2, 10, dan 11. Sedangkan pada sistem jarwo tipe 3:1 memiliki jumlah biji bulir
terbanyak yaitu 100 biji bulir pada rumpun 3, sedangkan jumlah bulir paling
sedikit yaitu 92 bulir pada rumpun 8 dan
12. Kemudian pada sistem jarwo tipe 4:1 memiliki jumlah bulir terbanyak yaitu
94 bulir pada rumpun 6, sedangkan jumlah biji bulir paling sedikit yaitu 70
biji bulir pada rumpun 8.
Berdasarkan jumlah bulir terbanyak berada pada rumpun 8
dengan jumlah bulir 102 biji bulir dengan sistem tanam 2:1. Hal ini menunjukkan
bahwa pada sistem tanam 2:1 memiliki potensi pengembangan atau pertumbuhan biji
bulir lebih banyak pada tanaman padi sawah, hal ini dikarenakan faktor
penerimaan cahaya matahari lebih banyak serta potensi pengembangan rumpun juga
lebih besar. Sedangkan jumlah bulir paling sedikit yaitu 70 biji bulir berada
pada rumpun 6 dengan sistem tanam 4:1.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, bahwa
terdapat perbedaan pertumbuhan biji bulir antara sistem tanam 2:1, 3:1 dan 4:1.
Jumlah biji bulir tertinggi ada pada sistem tanam 2:1, sedangkan jumlah
terendah berada pada sistem tanam 4:1. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli
yang mengatakan bahwadengan sistem jajar legowo
2:1 seluruh tanaman dikondisikan seolah-olah menjadi tanaman pinggir. Penerapan
sistem jajar legowo 2:1 dapat meningkatkan produksi padi dengan gabah kualitas
benih dimana sistem jajar legowo seperti ini sering dijumpai pada pertanaman
untuk tujuan penangkaran atau produksi benih.
4.2. Pengaruh
Sistem Jajar Legowo Terhadap Produksi Tanaman Padi Sawah
Sistem tanam jajar legowo juga
merupakan suatu upaya memanipulasi lokasi pertanaman sehingga pertanaman akan
memiliki jumlah tanaman pingir yang lebih banyak dengan adanya barisan kosong.
Dengan demikian, maka sistem jajar legowo mampu meningkatkan produksi gabah,
padi dan kualitas benih yang bagus.Tanaman padi yang berada dipinggir memiliki
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih baik dibanding tanaman padi yang berada
di barisan tengah sehingga memberikan hasil produksi dan kualitas gabah yang
lebih tinggi. Untuk dapat mengetahui lebih rinci dapat dilihat pada Tabel
5.
Tabel
2. Berat Gabah Kering Panen Tanaman Padi
PERLAKUAN |
Ulangan |
Total |
Rataan |
|||
I |
II |
III |
IV |
|||
2;1 |
4840 |
4752 |
4928 |
4928 |
19448 |
4862.00 |
3;1 |
5049 |
4950 |
5049 |
5049 |
20097 |
5024.25 |
4;1 |
5280 |
5170 |
5280 |
5280 |
21010 |
5252.50 |
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
bahwa pada sistem tanam 2:1 memiliki berat gabah kering panen tertinggi sebesar
4.928 Kg berada pada ulangan 3 dan 4. Sedangkan pada sistem tanam 3:1 memiliki
berat gabah kering panen tertinggi sebesar 5.049 Kg dan pada sistem tanam 4: 1
memiliki berat gabah kering panen tertinggi sebesar 5.280 Kg. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh pola tanam sehingga mempengaruhi jumlah populasi padi
dan produktivitas padi.
Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian diketahui jika tipe sistem tanam jajar
legowo terbaik dalam memberikan hasil produksi gabah tinggi adalah tipe jajar
legowo 4:1 sedangkan dari tipe jajar legowo 2:1 dapat diterapkan untuk mendapatkan
bulir gabah berkualitas benih.Intensitas sinar matahari yang optimum dapat
mempengaruhi jumlah produktivitas padi. Untuk dapat mengetahui rincian hasil
pengamatan berat gabah kering giling pada sistem tanam jajar legowo terhadap
tanaman padi, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel
3. Berat Gabah Kering Giling Tanaman
Padi
PERLAKUAN |
Ulangan |
Total |
Rataan |
|||
I |
II |
III |
IV |
|||
2;1 |
4259.2 |
4181.8 |
4336.6 |
4336.6 |
17114.2 |
4278.55 |
3;1 |
4443.1 |
4356.0 |
4443.1 |
4443.1 |
17685.3 |
4421.33 |
4;1 |
4646.4 |
4549.6 |
4646.4 |
4646.4 |
18488.8 |
4622.20 |
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan
bahwa pada sistem tanam 2:1 memiliki berat gabah kering giling tertinggi
sebesar 4259,2 Kg berada pada ulangan 1. Sedangkan pada sistem tanam 3:1
memiliki berat gabah kering giling tertinggi sebesar 4443,1 Kg dan pada sistem
tanam 4: 1 memiliki berat gabah kering giling tertinggi sebesar 4646,4 Kg. Hal
ini memiliki kesamaan dengan perhitungan berat gabah kering panen yang lebih di
dominasi oleh sistem 4:1. Perbedaan tersebut disebabkan oleh pola tanam
sehingga mempengaruhi jumlah populasi padi dan produktivitas padi serta
intensitas sinar matahari yang diterima oleh tanaman padi.
Tipe sistem tanam jajar legowo 4:1
dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan
produksi padi karena berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi
dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi
tanaman padi. Untuk dapat mengetahui rincian hasil pengamatan berat 1000
biji gabah pada sistem tanam jajar legowo terhadap tanaman padi, dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel
4. Berat 1000 Biji Gabah Tanaman Padi
PERLAKUAN |
Ulangan |
total |
Rataan |
|||
I |
II |
III |
IV |
|||
2;1 |
105 |
106 |
105 |
103 |
419 |
104.75 |
3;1 |
102 |
100 |
102 |
101 |
405 |
101.25 |
4;1 |
100 |
97 |
99 |
96 |
392 |
98.00 |
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan
bahwa pada sistem tanam 2:1 memiliki berat 1000 biji gabah tertinggi sebesar
106 Gram. Sedangkan pada sistem tanam 3:1 memiliki berat 1000 biji gabah
tertinggi sebesar102 Gram, dan pada sistem tanam 4:1 memiliki berat 1000 biji
gabah tertinggi sebesar 100 Gram. Hal ini memiliki kesamaan dengan perhitungan
berat gabah kering panen yang lebih di dominasi oleh sistem 4:1. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh pola tanam sehingga mempengaruhi jumlah populasi padi
dan produktivitas padi serta intensitas sinar matahari yang diterima oleh
tanaman padi.
Sistem
tanam jajar legowo telah terbukti dapat meningkatkan produksi padi secara
signifikan. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari penerapan sistem tanam jajar
legowo yang menjelaskan bahwa sistem jarwo dapat menambah jumlah populasi
tanaman padi sekitar 30 % yang diharapkan akan meningkatkan produksi baik
secara makro maupun mikro, mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit
terutama hama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka hama tikus kurang suka
tinggal di dalamnya dan dengan lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan
menjadi lebih rendah sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan, menghemat
pupuk karena yang dipupuk hanya bagian tanaman dalam barisan.
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan adalah
a.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah
dilakukan, bahwa terdapat perbedaan pertumbuhan biji bulir antara sistem tanam
2:1, 3:1 dan 4:1. Jumlah biji bulir tertinggi ada pada sistem tanam 2:1, hal ini dikarenakan faktor penerimaan
cahaya matahari lebih banyak serta potensi pengembangan rumpun juga lebih
besar.
b.
Terdapat
perbedaan berat gabah kering panen dan berat gabah kering giling antara sistem tanam 2:1, 3:1 dan 4:1. Berat gabah kering panen tertinggi ada pada sistem tanam 4:1 yaitu sebesar
5.280 Kg dan berat
gabah kering giling tertinggi sebesar 4646,4 Kg. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh pola tanam sehingga mempengaruhi jumlah populasi padi dan produktivitas
padi.
c.
Pada
berat
1000 biji gabah juga terdapat
perbedaan berat antara sistem tanam 2:1, 3:1 dan 4:1. Berat 1000 biji gabah tertinggi ada pada sistem tanam jajar legowo 2:1 yaitu sebesar
106 gram.
5.2
Saran
Adapun saran
yang didapatkan setelah melakukan penelitian ini adalah diharapkan pada
penelitian selanjutnya untuk dapat membandingkan sistem tanam jajar legowo 2:1
d engan sistem tanam jajar legowo 4:1 untuk
mendapatkan hasil panen yang lebih spesifik
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2013. Sistem
Tanam Padi Jajar Legowo. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
Jambi.
Berita Resmi Statistik (BPS Sumatera Utara). 2015.
Produksi Padi dan PalawijaSumatra Utara (Angka ramalan II 2015). http://www.beritaresmistatistik.com,(16
Maret 2016).
Harahap, 2013 Penggunaan metode seleksi bulk
tanamanrapat pada pemuliaan padi. Badan pengembangan tanaman pangan. Bogor.
Tjitrosoepomo,
G.2007. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universiti Pres. Yogyakarta.
Masdar, 2005. Interaksi Jarak Tanam dan Jumlah Bibit
per Jarak Tanam Pada Sistem Intensifikasi Padi Terhadap Tumbuhan Vegetatif
Tanaman. Akta Agrosia Ed. Khusus.
Norsalis, E. 2011.padi gogo dan padi sawah diakses
pada http//respository.usu.ac.id/bitsteam/123456789/17659/4/chapter%2011.pdf.
pada 27 Maret 2019.
LAMPIRAN
1. Pertumbuhan
Ulangan 1 pada Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah
Rumpun |
Jumlah Bulir 2:1 |
Jumlah Bulir 3:1 |
Jumlah Bulir 4:1 |
Satuan |
1 |
102 |
96 |
88 |
Biji |
2 |
100 |
98 |
99 |
Biji |
3 |
98 |
97 |
87 |
Biji |
4 |
102 |
98 |
88 |
Biji |
5 |
100 |
100 |
90 |
Biji |
6 |
99 |
99 |
91 |
Biji |
7 |
98 |
99 |
92 |
Biji |
8 |
100 |
98 |
99 |
Biji |
9 |
99 |
97 |
98 |
Biji |
10 |
98 |
96 |
95 |
Biji |
11 |
90 |
98 |
94 |
Biji |
12 |
90 |
98 |
93 |
Biji |
2.
Pertumbuhan Ulangan 2 pada Sistem Tanam Jajar
Legowo Padi Sawah
Rumpun |
Jumlah Bulir 2:1 |
Jumlah Bulir 3:1 |
Jumlah Bulir 4:1 |
Satuan |
1 |
100 |
100 |
99 |
Biji |
2 |
101 |
99 |
92 |
Biji |
3 |
98 |
97 |
90 |
Biji |
4 |
99 |
98 |
87 |
Biji |
5 |
100 |
93 |
86 |
Biji |
6 |
102 |
92 |
81 |
Biji |
7 |
98 |
90 |
82 |
Biji |
8 |
98 |
98 |
85 |
Biji |
9 |
97 |
99 |
89 |
Biji |
10 |
97 |
96 |
99 |
Biji |
11 |
98 |
97 |
85 |
Biji |
12 |
99 |
98 |
92 |
Biji |
3.
Pertumbuhan Ulangan 3 pada Sistem Tanam Jajar
Legowo Padi Sawah
Rumpun |
Jumlah Bulir 2:1 |
Jumlah Bulir 3:1 |
Jumlah Bulir 4:1 |
Satuan |
1 |
99 |
98 |
87 |
Biji |
2 |
100 |
99 |
85 |
Biji |
3 |
101 |
98 |
87 |
Biji |
4 |
98 |
98 |
90 |
Biji |
5 |
98 |
90 |
91 |
Biji |
6 |
97 |
99 |
92 |
Biji |
7 |
100 |
99 |
94 |
Biji |
8 |
101 |
97 |
81 |
Biji |
9 |
99 |
99 |
87 |
Biji |
10 |
100 |
98 |
88 |
Biji |
11 |
98 |
96 |
87 |
Biji |
12 |
98 |
98 |
85 |
Biji |
4.
Pertumbuhan
Ulangan 4 pada Sistem Tanam Jajar Legowo Padi Sawah
Rumpun |
Jumlah Bulir 2:1 |
Jumlah Bulir 3:1 |
Jumlah Bulir 4:1 |
Satuan |
1 |
98 |
99 |
88 |
Biji |
2 |
96 |
97 |
86 |
Biji |
3 |
98 |
100 |
90 |
Biji |
4 |
99 |
98 |
91 |
Biji |
5 |
97 |
99 |
80 |
Biji |
6 |
100 |
96 |
94 |
Biji |
7 |
99 |
93 |
87 |
Biji |
8 |
102 |
92 |
70 |
Biji |
9 |
97 |
99 |
79 |
Biji |
10 |
96 |
96 |
80 |
Biji |
11 |
96 |
98 |
81 |
Biji |
12 |
99 |
92 |
87 |
Biji |
5. Berat Gabah Kering Panen Tanaman Padi
Ulangan |
Sistem Tanam |
Berat Gabah |
Satuan |
I |
2:01 |
4840 |
Kilogram |
II |
2:01 |
4752 |
|
III |
2:01 |
4928 |
|
IV |
2:01 |
4928 |
|
I |
3:01 |
5049 |
Kilogram |
II |
3:01 |
4950 |
|
III |
3:01 |
5049 |
|
IV |
3:01 |
5049 |
|
I |
4:01 |
5280 |
Kilogram |
II |
4:01 |
5170 |
|
III |
4:01 |
5280 |
|
IV |
4:01 |
5280 |
6. Berat Gabah Kering Giling Tanaman Padi
Ulangan |
Sistem Tanam |
Berat Gabah |
Satuan |
I |
2:01 |
4259,2 |
Kilogram |
II |
2:01 |
4181,8 |
|
III |
2:01 |
4336.6 |
|
IV |
2:01 |
4336,6 |
|
I |
3:01 |
4443,1 |
Kilogram |
II |
3:01 |
4356 |
|
III |
3:01 |
4443,1 |
|
IV |
3:01 |
4443,1 |
|
I |
4:01 |
4646,4 |
Kilogram |
II |
4:01 |
4549,6 |
|
III |
4:01 |
4646,4 |
|
IV |
4:01 |
4646,4 |
7.
Berat
1000 Biji Gabah Tanaman Padi
Ulangan |
Sistem Tanam |
Berat Gabah |
Satuan |
I |
2:01 |
105 |
Gram |
II |
2:01 |
106 |
|
III |
2:01 |
105 |
|
IV |
2:01 |
103 |
|
I |
3:01 |
102 |
Gram |
II |
3:01 |
100 |
|
III |
3:01 |
102 |
|
IV |
3:01 |
101 |
|
I |
4:01 |
100 |
Gram |
II |
4:01 |
97 |
|
III |
4:01 |
99 |
|
IV |
4:01 |
96 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar