Jumat, 26 Februari 2021

TELUR

 

Kita tentu sudah tahu bahwa telur ayam punya banyak sekali nutrisi kesehatan yang terkandung di dalamnya. Asupan gizi harian kita sedikit banyak butuh protein hewani dari telur untuk tetap dalam kondisi yang prima. Tak hanya itu, telur banyak sekali dibutuhkan untuk berbagai olahan, mulai dari masakan, kue, bahkan minuman. banyak pula yang memanfaatkan telur untuk masker yang bisa menambah kecantikan dan kesehatan kulit.

Namun banyak sekali mitos tentang telur di luar sana yang belum tentu benar. Padahal telur unggas ini sudah secara luas dimanfaatkan oleh kehidupan manusia. Hal ini sedikit banyak membuat orang ragu-ragu untuk mengonsumsi telur dengan berbagai nutrisi yang terkandung di dalamnya.

Berikut beberapa asumsi yang salah tentang telur ayam yang perlu Anda ketahui.

1. Setiap telur adalah bayi ayam

Mungkin banyak orang yang berasumsi demikian, karena membandingkan dengan manusia yang sel telurnya berfungsi untuk dibuahi dan akan menghasilkan keturunan. Namun hal ini berbeda dengan ayam. Para peternak ayam petelur tidak perlu meletakkan pejantan agar mereka bisa bertelur, karena ayam betina akan tetap bertelur meski tak dibuahi. Sebagian besar telur yang Anda beli adalah telur yang tidak dibuahi.

2. Telur yang berwarna cokelat, muncul dari ayam yang berwarna cokelat juga

Hal ini tidak salah, tapi tak melulu benar. Telur yang sering kita konsumsi yang berwarna cokelat, juga bisa datang dari ayam berwarna putih, ataupun hitam.

Yang berpengaruh atas warna telur yang diproduksi bukanlah bulu ayam tersebut, namun warna telinganya. Yap, ayam juga memiliki telinga, dan warna tersebut adalah cara paling mudah untuk memprediksi warna telur. Seekor ayam dengan telinga berwarna putih, akan menghasilkan telur berwarna putih. Sedangkan ayam dengan telinga berwarna merah, akan menghasilkan telur berwarna cokelat.

3. Kuning telur tidak baik untuk kesehatan tubuh

Merupakan hal yang benar jika kuning telur mempunyai kandungan yang sangat tinggi di lemak dan kolesterol. Namun para ilmuwan akhirnya mengetahui bahwa memakan makanan yang mengandung kolesterol tak selalu meningkatkan kolesterol darah, serta tak semua lemak itu jahat. Sebaliknya, kuning telur mengandung banyak sekalu protein dan vitamin yang bisa jadi salah satu diet jantung sehat bagi banyak orang.

4. Ayam yang tidak dikandang adalah ayam yang lebih 'bahagia' dan sehat

Sebenarnya tidak pernah ada produk ayam yang kita konsumsi tanpa proses pengandangan. Jadi konsep 'ayam yang tidak dikandang' atau 'cage free' adalah konsep yang salah kaprah. Bahkan ayam kampung pun memiliki kandang, namun lebih besar dan dijauhkan dari pemukiman manusia.

5. Telur berwarna putih lebih baik ketimbang telur berwarna cokelat

Sebenarnya warna dari telur yang diproduksi sama sekali tak ada hubungannya dengan nutrisi yang ada di dalamnya. Dua hal yang mempengaruhi kualitas telur adalah kesehatan dari ayam dan apa yang dia makan sehari-hari.

Nutrisi dari setiap telur mungkin sama, namun kualitas bisa dilihat dari warna kuning telurnya. Jika kuning telur berwarna kuning, hal tersebut menandakan bahwa si ayam memakan makanan yang kurang sehat dan kurang mendapat sinar matahari. Jika telur ayam berwarna oranye, ayam mendapat asupan nutrisi dan sinar matahari yang cukup

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                    

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 

2.1. Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix japonica) Puyuh Coturnix-coturnix japonica termasuk dalam ordo Galliformes famili Phasianidae. Puyuh betina memiliki ciri yaitu berbulu dada putih dengan bercak gelap. Penampilan puyuh jantan dan betina Coturnix coturnix japonica sangat mudah dibedakan. Puyuh jantan memiliki ciri yaitu bewarna gelap termasuk bagian pipi dimana tidak dijumpai pada betina (Mills dkk., 1997). Puyuh jenis ini memiliki penampilan yang mirip dengan puyuh-puyuh Eropa. Jenis-jenis puyuh yang terdapat di Indonesia adalah Coturnix coturnix japonica (puyuh petelur), Coturnix chinensis atau King Quail, Arborophila javanica dan Arborophila orientalis (Dewansyah, 2010). Puyuh dapat hidup optimal pada suhu C dan kelembaban 30-80% dengan masa produksi hingga 18 bulan (Wuryadi, 2013). Puyuh dapat mulai bertelur pada umur hari dan produksi telurnya hingga butir/ekor/tahun dengan berat telur 10 gram (Yuniarti dkk., 2016). Kisaran bobot puyuh betina dan jantan adalah gram dan gram dengan jumlah konsumsi 11,62-13,50 gram/ekor/hari pada umur 3-6 minggu (Panjaitan dkk., 2012). Fase puyuh dimulai dari fase starter umur 0-2 minggu, fase grower 3-5 minggu dan fase layer lebih dari 6 minggu (Altine, 2016). Kandungan protein telur puyuh cukup tinggi yaitu 13,35% (Ketaren, 2007), lebih tinggi dari telur ayam dan itik yaitu 12,14% dan 12,81% (Chen, 1996). Setiap puyuh dengan fase yang berbeda membutuhkan pakan yang berbeda.

2 2.2. Pakan Puyuh Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah dan tidak mengandung racun (Anggraeni dan Abdulgani, 2013). Pakan yang dikonsumsi digunakan untuk hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan sisanya dikeluarkan sebagai bentuk sisa metabolisme (Tugiyanti, 2005). Pakan puyuh harus disesuaikan sesuai fase dan tujuan pemeliharaan. Pakan puyuh saat produksi digunakan untuk hidup pokok, produksi telur dan pertumbuhan organ reproduksi. Puyuh starter yang membutuhkan pakan dengan kandungan protein 19%, lemak 7%, serat kasar 6,5% dan energi metabolis kkal/kg (SNI, 2006). Puyuh grower yang membutuhkan pakan dengan kandungan protein 17%, lemak 7%, serat kasar 7% dan energi metabolis kkal/kg (SNI, 2006). Puyuh layer yang membutuhkan pakan dengan kandungan protein 17%, lemak 7%, serat kasar 7% dan energi metabolis kkal/kg (SNI, 2006). Pembatasan pakan dilakukan agar tidak terjadi penimbunan lemak berlebih dan dewasa kelamin dini yang mengakibatkan prolapsus dan kecilnya ukuran telur pada masa produksi (Hertamawati, 2006). Fungsi khusus pakan, terutama kandunganprotein digunakan untuk pembentukan hormon reproduksi seperti GnRh (gonadotropin-releasing hormone) yang disusun asam-asam amino (King dan Millar, 1982), LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone) yang merupakan hormon glikoprotein (Burke dkk., 1979). Protein diperlukan dalam perkembangan organ reproduksi (Panjaitan dkk., 2012). Protein dalam pakan juga digunakan sebagai

3 penyusun protein telur yaitu ovadin, ovomucoid dan conalbumin (Mohammadpour dan Keshtmandi, 2008) Limbah Udang Menurut Fanimo dkk. (1996) Limbah udang terdiri dari kepala, kaki, cangkang udang yang kaya dengan lisin (Fanimo dkk., 1999). Limbah udang padat merupakan hasil sampingan dari industri udang beku mapun udang yang telah dimasak (Choorit dkk., 2008)Produksi limbah udang di Indonesia mencapai ton/tahun, 4% dari produksi udang ton/tahun (Dirjen Kelautan dan Perikanan, 2010). Banyaknya limbah udang dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk produksi enzim, asamlaktik dan produksi kitin (Duan et.al., 2012; Kandra dkk., 2012) Pemanfaatan Limbah Udang sebagai Pakan Limbah udang mengandung kitin yang merupakan polisakarida yang terdiri dari β-1,4 N asetil-d-glukosamin (Matsumoto dkk., 2003). Kitin bewarna putih, tidak berasa, tidak berbau dan tidak larut air, pelarut organik umumnya, asamasam anorganik dan basa encer (Rahayu dan Purnavita, 2007) sehingga sulit dicerna oleh unggas. Limbah udang juga mengandung kitosan yang merupakan kitin terdeasetilasi yang memiliki masa molekul yang tinggi, viskositas tinggi dan sulit untuk diasorbsi pada keadaan in vivo (Khanafari dkk., 2008). Kandungan limbah udang yaitu protein kasar 36,75%, lemak kasar 5,72%, serat kasar 14,49%, Ca (kalsium) 13,99% dan P (fosfor) 1,28% (Palupi, 2005).Limbah udang

4 mengandung pigmen karotenoid, khususnya astaxanthin yang berfungsi mencegah oksidasi asam lemak esensial tidak jenuh, membantu reaksi imunologi, reproduksi serta mencegah degenerasi penyakit mata dan atherosclerosis (Khanafari dkk., 2008) Pengolahan Limbah Udang sebagai Pakan Pengolahan kitin dalam limbah udang diperlukan agar dapat dijadikan pakan. Salah satu cara untuk menguraikan kitin adalah dengan enzim kitinase yang dapat menghidrolisa senyawa polimer kitin menjadi kitin oligosakarida (monomer N-asetil glukosamin) (Pratiwi dkk., 2015) yang dapat dipecah lagi menjadi glukosamin. Penelitian sebelumnya yang dilakukaan oleh Palupi dan Imsya (2011) menggunakan Trichoderma viridae untuk fermentasi tepung limbah udang dan menunjukan hasil terbaik pada penggunaan inokulum 4% dengan waktu fermentasi 48 jam yang dapat meningkatkan kadar menjadi protein 41,27%, daya cerna protein 81,24% serta kandungan kitin menjadi 3,01%. Pengolahan kitin dengan menggunakan Trichoderma sp. produk komersial dapat menurunkan kitin dari 12% menjadi 11%. Asetilglukosamin merupakan komponen dari glikoprotein (Jeen dkk., 2010). Limbah udang juga mengandung kitosan (Saenab dkk., 2010). Kitosan dalam bentuk FERMKIT (fermented chitin-chitosan) dapat meningkatkan perkembangan oviduk (Khajarern dkk., 2003). Limbah udang juga dapat difermentasi dengan Aspergillus niger untuk meningkatkan bobot ayam broiler (Djunaidi, 2009).

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

soal ternak unggas petelur SMK

  PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 GUNUNG TULEH J...