Jumat, 26 Februari 2021
Penyakit IBR (Infectious Bovine Rhinotracheitis ) SMKN1 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT SUMATRA BARAT
MODUL AGRIBSNIS TERNAK UNGGAS PETELUR
|
|
|
|
|
XI ATU |
SMK NEGERI 1 GUNUNG TULEH Jl. Simpang Tigo Alin, Kec. Gunung
Tuleh Email
: smkn1.gunungtuleh17@gmail.com |
|
|
Modul ini dirancang
untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan
secara utuh. Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar
tiap mata pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar
kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua mata
pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.
Modul pembelajaran
ini berisi materi pembelajaran yang membekali peserta didik dengan pengetahuan,
keterapilan dalam menyajikan pengetahuan yang dikuasai secara kongkrit dan
abstrak, dan sikap sebagai makhluk yang mensyukuri anugerah alam semesta yang
dikaruniakan kepadanya melalui pemanfaatan yang bertanggung jawab. Modul ini menjabarkan
usaha minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang
diharuskan. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum, siswa
diberanikan untuk mencari dari sumber belajar lain yang tersedia dan terbentang
luas di sekitarnya. Peran guru sangat penting dan harus dapat memperkayanya dengan
kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang
bersumber dari lingkungan sosial dan alam.
Modul
ini sangat terbuka dan terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, saya
mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan
dan penyempurnaan. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terima kasih.
Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan
dalam rangka mempersiapkan generasi SMK BISA.....
Penulis,
Rasyid
Fatahillah Harahap
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
DAFTAR ISI................................................................................................................ 3
DAFTAR TABEL........................................................................................................ 4
GLOSARIUM....................................................................................................... ...... 5
I. Pendahuluan................................................................................................
6
A. Deskripsi.................................................................................................... ...... 7
B. Petunjuk Penggunaan Modul................................................................ ...... 7
C. Tujuan Akhir
Pembelajaran.................................................................... ...... 7
E. Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar............................................... ...... 8
F. Cek Kemampuan Awal................................................................................... 8
II. PEMBELAJARAN................................................................................................ 9
Kegiatan Pembelajaran 1........................................................................................ 9
Membuat
Laporan Pemberian Pakan Ternak Ruminansia Perah................... 9
A. Deskripsi ............................................................................................................... 9
B. Kegiatan Belajar............................................................................................ 9
1.Tujuan Pembelajaran .......................................................................................................................... 9
.... 2. Uraian Materi.................................................................................................. 10
.... 3. Refleksi............................................................................................................ 16
.... 4. Tugas. ............................................................................................................. 17
.... 5. Tes Formatif ................................................................................................... 18
C. Penilaian
Daftar
tabel
Halaman
1.
Kandungan
nutrisi pakan limbah pertanian........................................................ 12
2.
Stanandar
pakan masa laktasi.................................................................... 14
3.
Contoh Formula
Konsentrat Kualitas Baik............................................... 15
4.
Konsentrat
Sederhana (Kualitas Sedang)................................................ 15
GLOSARIUM
Antiseptika Antiseptik
atau germisida adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa.
Bakteriostatik Bakteriostatik
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu zat yang menghentikan
pertumbuhan bakteri (seperti antibiotik).
Chopper Mesin
memotong/ mencacah rumput
Desinfektan Bahan kimia yang digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran
oleh jasad renik atau obat untuk
membasmi kuman penyakit. Pengertian
lain disinfektan adalah senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki
kemampuan membunuh mikroorganisme.
Mikroorganisme Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme
yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan.[1]
Mikroorganisme disebut juga organisme mikroskopik.[1] Mikroorganisme seringkali
bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler.
I.
PENDAHULUAN
Keberhasilan suatu
usaha produksi peternakan bergantung kepada faktor genetik, budidaya dan juga
pakan, diantaranya meliputi kemampuan teknis peternakan, yang terdiri dari
peningkatan kemempuan tatalaksana produksi, tatalaksana pemberian pakan dan
tatalaksanapemeliharaan sehari-hari bagi peternak yang mutlak harus dimiliki.
Salah satu penyebab kerugian suatu usaha peternakan sapi perah diakibatkan
belum dilaksanakannya tatalaksana yang baik dalam usaha sub sektor peternakan
tersebut, sehingga berpengaruh lebih lanjut terhadap aspek-aspek lainnya,
terutama dapat menghambat peningkatan produksi susu. Sebagia peternak,
kenyataannya belum melaksanakan tatalaksana peternakan yang baik atau belum
sesuai dengan harapan dalam menjalankan usaha peternaknnya. (Suherman, 2010).
Penyediaan hijauan yang cukup dan
berkualitas tinggi merupakan prioritas utama dalam menunjang keberhasilan suatu
usaha peternakan. Pakan yang sempurna mengandung protein, karbohidrat, lemak,
air, vitamin dan mineral. Salah satu faktor yang menentukan berhasilnya
peternakan sapi perah adalah pemberian pakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pemberian pakan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan jenis pakan apa yang
tepat diberikan untuk sapi perah. Jenis pakan yang diberikan untuk sapi perah
adalah hijauan dan konsentrat. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan kelompok
umur. Jenis jenis pakan ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi
diantaranya rumput, legum, onggok, dedak, shorgum, merupakan sumber energi yang
dibutuhkan ternak. Sumber protein meliputi legum, limbah hasil pertanian
(bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu). Pemenuhan sumber energi bagi
ternak dapat menggunakan garam dapur, kapur, tepung tulang dan mineral mix,
sedangkan sebagai sumber vitamin dapat menggunakan jagung kuning, hijauan segar
(rumput dan legum),. Hal yang harus diperhatikan ketika memberikan pakan
disesuaikan dengan kondisi dan umur ternak.
A.
DESKRIPSI
Modul agribisnis
ternak ruminansia ini mempelajari kompetensi agribisnis ternak ruminansia
perah. Modul bahan ajar siswa ini, akan mempelajari tentang bagaimana
peternak/Siswa mempelajari dan menyelesaikan bagaimana cara megevaluasi pakan
yang sudah diberikan dibandingkan dengan pertambahan bobot badan dan kemempuan
sapi tersebut dalam memproduksi susu.
B.
PETUNJUK
PENGGUNAAN MODUL
1.
Bacalah dan pahamilah modul
pembelajaran ini secara berurutan dari halaman glosarium sampai penilaian
kompetesi dan fahami benar isi dari setiap kompetensi dasar.
2.
Setelah anananda mengisi check
kemampuan Awal, anananda termasuk kategori orang yang perlu mempelajari modul
pembelajaran ini ? Apabila anananda menjawab YA, maka pelajari modul
pembelajaran ini.
3.
Untuk memperdalam ilmu
pengetauan, keterampilan dan anananda dalam menguasai kompetensi ini, maka modul
pembelajaranini perlu dikombinasikan dengan sumber belajar lainnya. Bila ada
yang kurang jelas tanyakan pada guru
pembimbing PKL anananda
4.
Laksanakan semua
tugas-tugas/lembar kerja, lembar soal dan lembar penilaian yang ada dalam modul
pembelajaran ini agar kompetensi anananda berkembang.
5.
Lakukan kegiatan belajar mulai
dari kompetensi dasar ke 1, ke 2 secara berurutan.
6.
Setiap mempelajari satu kompetensi
dasar, anananda harus mulai dari menguasai pengetahuan pendukung (uraian
materi), melaksanakan tugas-tugas, mengerjakan lembar kerja , lembar soal dan
lembar penilaiannya.
7.
Dalam mengerjakan lembar soal, anananda
jangan melihat kunci Jawaban terlebih dahulu, sebelum anananda menyelesaikan
lembar soal
C.
TUJUAN
AKHIR PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul pembelajaranini, dengan
disediakan alat dan bahan serta sarana pendukung lainnya diharapkan siswa dapat
:
1.
Mengevaluasi
pemberian pakan
2.
Mengevaluasi biaya
pakan ternak ruminansia perah
D.
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI
DASAR
KOMPETENSI
INTI |
KOMPETENSI
DASAR |
1.
Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang
spesifik untuk memecahkan masalah. |
3.9. Mengevaluasi
pemberian pakan ternak ruminansia perah 3.10.
Mengevaluasi biaya pakan ternak ruminansia
perah |
2.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya
di sekolah. |
4.9.Membuat
laporan evaluasi pemberian pakan ternak ruminansia perah 4.10.Membuat
laporan biaya pakan ternak ruminansia perah |
E.
CEK
KEMAMPUAN AWAL
Berilah
tananda “√” pada kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan jawaban ananda! |
Ya |
Tidak |
1.
Apakah ananda mampu
mempersiapkan dan
dan membuat laporan pemberian pakan ternak ruminansia perah ternak ruminansia perah dengan baik dan benar? |
Ya |
Tidak |
2.
Apakah ananda mampu
mempersiapkan laporan
biaya pakan ternak ruminansia perah ternak
ruminansia perah dengan baik dan benar? |
Ya |
Tidak |
Apabila ananda menjawab “
TIDAK ” pada salah satu pertanyaan di atas pelajarilah modul, tetapi
apabila anananda menjawab “ YA ” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan
dengan menjawab penilaian pada unit modul. |
II. PEMBELAJARAN
Kegiatan
Pembelajaran .
Mempersiapkan
konsep tentang pembuatan laporan evaluasi pemberian pakan dan laporan biaya pakan
ternak ruminansia perah. Mengevaluasi
pemberian pakan ternak ruminansia perah 65 jp (13 kali tatap muka @5jam) Waktu
: 13 x 5JP ( @. 45 Menit).
Kompetensi |
Jam |
Teori |
Praktek |
Mengevaluasi
pemberian pakan ternak ruminansia perah (60 jam)
@5 jam @ 12 tatap muka |
|||
Melakukan pemanenan telur |
1 |
||
Perhitungan pakan |
2 |
||
Fungsi pakan |
3 |
||
Kebutuhan pakan |
4 |
||
Nutrisi |
5 |
||
Interval pemberian
pakan |
6 |
||
Jenis –jenis pakan |
7 |
||
Pakan buatan |
8 |
||
Golongan pakan buatan |
9 |
||
Keuntungan pakan
buatan |
10 |
||
Pakan alami |
11 |
||
Stanandar pakan konsentrat sapi perah laktasi |
12 |
||
Pakan Lengkap (PL) |
13 |
A.
DESKRIPSI
Unit
ini mencakup beberapa kegiatan yaitu : Mempersiapkan konsep laporan evaluasi
pemberian pakan dan laporan biaya pakan ternak ruminansia perah. Serta
mempersiapkan alat dan bahan praktek maupun teori.
B.
KEGIATAN
BELAJAR
1.
TUJUAN PEMBELARAN
Setelah mempelajari modul pembelajaran
ini, siswa mampu Mempersiapkan konsep laporan evaluasi pemberian pakan dan
laporan biaya pakan ternak ruminansia perah. Serta mempersiapkan alat dan bahan
praktek maupun teori.
2.
URAIAN
MATERI
Keberhasilan
dalam agribisnis ternak ruminansia perah salah satunya ditentukan dengan pemberian
pakan yang sesuai dengan kebutuhan energi metabolisme serata kebutuhan
konsentrat sapi perah. Persyaratan secara teknis, yang meliputi tentang :
a. Program
Force Molting
b.
Perhitungan pakan
c.
Fungsi pakan
d.
Kebutuhan pakan
e.
Nutrisi
f.
Interval pemberian pakan
g.
Jenis –jenis pakan
h.Pakan buatan
i.
Golongan pakan buatan
j.
Keuntungan pakan buatan
k. Pakan alami
l. Stanandar
pakan konsentrat sapi perah laktasi
m.
Pakan Lengkap (PL)
MENGAMATI: Carilah data dan
informasi a. Mempersiapkan bahan pakan dan
peralatan dalam agribisnis ternak ruminansia perah yang ada di dunia
industri lingkungan sekitar sekolah. b. Pelajari uraian
materi berikut ini: |
a.
Program
Force Molting
force molting merupakan tindakan merontokkan bulu dengan menghentikan
produksi telur yang waktunya diatur oleh manusia. . Harimurti et al. (1979)
menyatakan bahwa ditinjau dari segi ekonomi force molting cukup dapat memperpanjang produksi
telur, sehingga mampu mendayagunakan ayam petelur yang sudah waktunya memasuki
masa afkir. Handayani (1980) menyatakan bahwa force molting dapat menaikkan produksi telur,
mempengaruhi konsumsi pakan, dan dalam perhitungan ekonomi lebih
menguntungkan. Force
molting juga mampu meningkatkan kualitas telur (Hurwitz,
1974). Bila selama perlakuan force
molting ayam benar-benar berhenti bertelur, dapat diduga nanti
di masa produksi berikutnya, ayam akan bertelur banyak dan ukurannya lebih
besar (Rasyaf, 1994). Jika dirangsang proses molting bisa berlangsung kurang lebih 5-9 minggu
(Berry, 2003). Hal
itu terjadi karena adanya kontrol hormon endokrin di dalam tubuh unggas.
Meskipun kejadian molting secara umum diketahui terjadi akibat hormon thyroid, namun
belum ada mekanisme yang bisa menjelaskannya. (Setioko, 2005). Perontokan bulu
terjadi setelah masa produktif ayam petelur berakhir, yaitu ketika umur ayam
sudah mencapai kurang lebih 75 minggu. Proses
molting ditandai dengan terjadinya kerontokan bulu, mulai dari bulu daerah
kepala, leher, dada, punggung, sayap, hingga bulu pada bagian ekor.
Proses
molting memberikan masa istirahat bagi saluran reproduksi ayam petelur dari
aktivitas reproduksi. Hal itu bertujuan agar ayam dapat menyimpan cadangan
energi. Pada umumnya, proses molting secara alami dapat berlangsung
sekitar 4 bulan. Hal tersebut tentu akan memperlama waktu produksi suatu
peternakan. Untuk mengatasi hal tersebut, dibuatlah suatu metode untuk
mempercepat proses perontokan bulu yang disebut dengan ‘force molting’.
Sehingga, ayam dapat menghasilkan telur kembali dengan kualitas dan kuantitas
yang bahkan melebihi masa produktif sebelumnya. Namun, hal itu hanya
berlangsung sekitar 6 bulan. Selanjutnya, ayam petelur harus tetap diafkir
untuk dijual di pasaran. Kemudian digantikan dengan bibit (DOC) baru.
b.
Defenisi Force Molting
Force molting ayam merupakan suatu
proses mempercepat perontokan bulu (molting). Biasanya proses force molting
diterapkan pada ayam petelur untuk mengoptimalkan produksi yang sedang
berlangsung.Dalam pr oses molting, terdapat dua kejadian. Yaitu proses
rontoknya bulu (ecdesis) dan tumbuhnya bulu baru (endesis). Proses Force
molting digunakan peternak untuk meningkatkan kembali produktifitas ayam
petelur di luar masa produksi sesungguhnya. Bahkan beberapa penelitian
mengemukakan bahwa telur hasil ayam force molting memiliki kualitas dan
kuantitas yang lebih bagus. (Wijayanti, 2019) menyebutkan bahwa perlakuan force
molting ayam dapat meningkatkan produksi telur tetas pada ayam petelur.
c.
Tujuan
Force Molting
Dalam
satu kali umur produksi (hen house), satu ekor ayam petelur mampu menghasilkan
kurang lebih 250
butir telur. Padahal, dalam satu ekor ayam petelur
terdapat sekitar 3000
ovum. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
terdapat banyak ovum yang tidak berkembang menjadi telur. Hal tersebut
dimanfaatkan oleh peternak untuk tetap menggunakan ayam petelur di
peternakannya, dengan syarat dilakukannya force molting.
Berikut
adalah beberapa tujuan dilakukannya force molting ayam petelur :
- Peternakan belum menyiapkan ayam
petelur baru untuk proses produksi selanjutnya
- Harga jual ayam afkir rendah
- Harga telur masih
stabil
- Kesulitan mendapatkan Day Old Chick (DOC) dan
harganya mahal.
d.
Metode Force Molting
Terdapat
dua cara yang dapat dilakukan dalam proses force molting ayam, yaitu
secara konvensional dan non konvensional.
Proses force molting ayam secara konvensional dilakukan
dengan melakukan pembatasan pakan dan minum. Namun, di Indonesia hanya
dilakukan pembatasan pakan saja, karena iklimnya yang tropis.
Sedangkan
proses froce molting secara non
konvensional dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
tertentu. Dalam proses force molting ayam secara konvensional, terdapat tiga metode
yang bisa diterapkan. Yaitu metode konvensional, Washington, Maxcindoe dan Milo (California Program).
Berikut adalah berbagai metode force
molting ayam dalam bentuk tabel :
1.
Metode Konvensional
Pada metode konvensional, proses
force molting ayam dilakukan dengan pemuasaan dari makan dan
minum. Selain itu, pada hari ke 1 hingga hari ke 3 dilakukan pembatasan
pencahayaan. Yaitu hanya 8 jam per hari. Perhatikan program force molting ayam
dengan metode konvensional berikut ini
2. Metode Macxindoe
Pada metode Macxindoe, proses force molting ayam menggunakan
kombinasi daun lamtoro. Karena, daun lamtoro memiliki
kandungan mimosin yang dapat mempercepat proses molting pada
ayam petelur. Setelah 6 minggu dari hari ke-26, produksi telur dapat
berlangsung kembali. Berikut adalah program force molting ayam dengan metode
Macxindoe :
3.
Metode Milo
Pada metode Milo, proses force
molting ayam menggunakan pakan berupa jagung atau gandum saja
dalam waktu yang lama. Metode Milo merupakan metode force molting ayam yang
cocok digunakan di wilayah dengan iklim tropis seperti Indonesia. Selama tahap
awal, pencahayaan dibatasi 8 jam per hari. Kemudian pada hari ke 61 hingga hari
ke 68 dilakukan penambahan pencahayaan sekitar 3 jam sampai 4 jam. Sehingga
lamanya pencahayaan dalam sehari antara 14-16 jam.
Berikut adalah tabel program force molting ayam dengan
metode Milo :
4. Metode Washington
Pada
metode Washington, proses force molting ayam dilakukan dengan membatasi pakan
perhari. Yaitu hanya 2,7 kg/100 ekor/hari. Kemudian pada hari ke 50 dilakukan
penambahan pencahayaan sekitar 3 jam sampai 4 jam. Sehingga lamanya pencahayaan
dalam sehari antara 14-16 jam.
Berikut adalah tabel dari program
force molting ayam metode Washington
Force
molting ayam merupakan tidakan yang dapat dipilih dalam suatu usaha peternakan
untuk memaksimalkan pendapatan yang masuk.Meskipun demikian, proses force
molting ayam harus dilakukan secara hati-hati. Karena beberapa ayam dapat
stress dan berujung dengan kematian. Oleh karena itu, monitoring (pemantauan)
harus dilakukan dengan benar agar hasil dari proses force molting sesuai
harapan
E.
Rontok bulu secara paksa (Force Molting) dan
manfaatnya
Proses
molting pada ayam petelur yang tidak teratur dan berkepanjangan ikut
mempengaruhi produksi telur, sehingga peternak bisa merugi. Tetapi ada manfaat
penting molting, dimana masa berproduksi dapat diperpanjang sehingga peremajaan
dapat ditunda untuk beberapa waktu sehingga dapat meningkatkan kualitas (berat,
ukuran, ketebalan, warna kuning telur) dan kuantitas (hen day production).
Besarnya
manfaat yang diperolah dari molting, memicu para ahli perunggasan melakukan
penelitian guna mencari cara yang tepat untuk memaksimalkan keuntungan yang
diperoleh. Usaha yang dilakukan lebih banyak berfokus untuk mempersingkat waktu
yang diperlukan pada satu periode molting dan mengupayakan produksi yang
maksimal selama proses molting berlangsung. Usaha yang dilakukan para ahli
unggas kemudian banyak dipraktekan praktisi dan peternak unggas dan dikenal
dengan istilah force molting atau rontok bulu secara paksa.
Usaha yang dilakukan pada
force molting yaitu dengan cara memberikan rangsangan secara buatan terhadap
ayam petelur tua – babon, sehingga terpaksa mengalami molting. Proses ini
dilakukan dengan cara memberikan masa istirahat bagi babon tua setelah masa
puncak produksi, kemudian dapat meneruskan produksi telur pada siklus
berikutnya. Tiga cara yang dapat dilakukan untuk perontokan bulu secara paksa
antara lain:
F. Air minum
Pembatasan
air, dimaksud
untuk menibulkan stress akibat kekurangan air. Air yang biasanya diberikan
secara adlibitum, dibatasi jumlahnya pada hari pertama dan kedua, kemudian
dipulihkan lagi dua hari kemudian. Akibat negative yang dapat terjadi pada
musim panas atau kemarau yang berkepanjangan yaitu ayam mudah mengalami
dehidrasi yang berujung pada kematiannya.
G. Pakan
Pembatasan
pakan, yaitu
dengan cara membatasi pakan yang diberikan selama beberapa hari, dan pakan yang
diberikan dalam bentuk biji-bijian. Ini sangat disarankan dan force molting
yang dihasilkan akan sempurna. Pengurangan cahaya atau sinar, yaitu
membatasi cahaya yang dihasilkan dari lampu dan hanya menggunakan cahaya
matahari atau penerangan alami. Jika dilihat menurut kondisi iklim kita di
tanah air, maka cara pembatasan pakan adalah yang paling memungkinkan
diterapkan untuk program rontok bulu paksa karena pelaksanaannya relatif lebih
mudah. Hal yang perlu diperhatikan agar program ini dapat berlangsung dengan
baik yaitu ayam petelur yang mendapat perlakuan ini harus dalam kondisi yang
prima. Dengan kondisi kesehatan yang baik dipastikan ayam yang mengalami rontok
bulu secara paksa akan berproduksi dengan baik.
Pelaksanaan
force molting ini biasanya dilakukan setelah bulan ke-12 sampai 14 masa
produksi. Terkadang program ini dilakukan pada umur produksi 8-10, karena harga
telur di waktu mendatang diramalkan baik. Beberapa metode force molting sebagai
referensi menurut North (1972) adalah sebagai berikut:
1.
Ayam dipuasakan dari pakan selama 10 hari tanpa
pembatasan air minum. Hari ke-11 baru diberikan ransum ayam petelur
2.
Ayam dipuasakan selama 7 hari, 2 hari tidak diberikan
air minum, kemudian hari ke -8 diberikan ransum ayam petelur
3.
Ayam dipuasakan selama 10 hari, air minum tidak
dibatasi, hari ke-11 sampai dengan 24 diberikan ransum protein rendah, dan pada
hari ke -25 diberikan ransum ayam petelur.
4.
Ayam puasa makan selama 10 hari dengan pembatasan air
minum pada 4 hari pertama. Ransum tingkat protein rendah diberikan pada hari ke
-11 sampai dengan 24, setelah itu baru diberikan ransum ayam petelur.
Dari empat metode yang ditawarkan ini, berdasarkan
kajian yang dilakukan, metode nomor dua memberikan hasil yang paling maksimal.
Dari
berbagai pengalaman pelaksanaan rontok bulu secara paksa, adalah peningkatan
produksi telur secara cepat. Force molting menghilangkan sejumlah lemak tubuh
ayam petelur, dan setelah force molting ransum yang diberikan dalam jumlah
cukup secara kualitas dan kuantitas akan meningkatkan produksi telur. Selain
itu setelah beristirahat bertelur, ayam diberikan kesempatan bertelur setelah
force molting secara lebih baik.
Secara garis besar, dua
keuntungan penting dari program rontok bulu secara paksa adalah:
H.
Keuntungan Ekonomi;
Force molting ikut menekan
pembiayaan dan memperpanjang masa produksi. Ayam petelur biasanya diafkir pada
pada produksinya mencapai 12 bulan atau akhir masa produksi pertama. Hal ini
disebabkan pada masa produksi berikutnya produksi telur akan turun sangat
menyolok, sehingga jika dipelihara terus, peternak akan merugi. Dengan modal
tambahan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan membesarkan kuri menjadi
ayam dara yang siap bertelur, aplikasi force molting atau rontok bulu secara
paksa mampu membuat ayam petelur tua awet memproduksikan telurnya mendekati
produktivitas ayam dara.
I.
Keuntungan lainnya
Keuntungan lainnya adalah
jika dibanding molting yang normal, perlakuan force molting mampu mengembalikan
produktivitas ayam petelur tua setara dengan ayam dara. Artinya bahwa
pelaksanaan peremajaan ayam diperpanjang dan dari hasil penelitian ternyata
bahwa di Indonesia ayam petelur tetap awet muda dengan
perlakuan rontok bulu paksa hingga 17 bulan. Keuntungan lain yang diperolah
adalah periode non-produktif akibat molting 8-12 minggu dapat dipersingkat
dengan force molting menjadi sekitar 3-4 minggu. Ayam yang mengalami rontok
bulu secara paksa sudah berusia lanjut dan mempunyai daya tahan terhadap
penyakit yang lebih baik dibanding ayam dara, sehingga resiko kematiannya
sangat rendah. Ini menguntungkan peternak karena dapat mengurangi perhatian dan
peternak dapat melakukan aktivitas lainnya.
J.
Siklus Force Molting
Sebagian
peternak pasti sudah paham bahwa molting merupakan
proses alamiah rontok bulu yang memang biasa terjadi pada ayam petelur yang
telah berproduksi cukup lama (± 90 minggu) dan berlangsung selama ± 4 bulan
bahkan bisa lebih singkat. Fenomena rontok bulu atau molting biasa
terjadi pada ayam yang telah berumur tua dengan produksi telur harian sudah di
bawah 60%. Bisa juga terjadi pada ayam muda terutama saat ayam mengalami stres
berat. Kasus rontok bulu yang cepat pada seluruh populasi atau segala umur
biasanya merupakan gejala bahwa telah terjadi sesuatu yang serius (misalnya:
kekurangan air minum atau sangat kedinginan).
Molting adalah
proses fisiologi pada unggas yang dipengaruhi oleh perubahan kadar hormon
prolaktin, gonadotropin, tiroksin, dan hormon steroid ovarium (Berry, 2003).
Rontok secara alami terjadi pada akhir periode bertelur yang disebabkan
tingginya hormon prolaktin pada tubuh ayam. Proses rontok pada ayam terjadi
dengan pola tertentu. Urutan rontoknya dimulai dari bulu kepala, leher, dada,
punggung, sayap, dan ekor. Rontok sayap tidak terjadi secara bersamaan. Bulu
yang pertama kali rontok adalah bulu primer yang berdekatan dengan bulu aksial.
Selanjutnya bulu rontok sesuai dengan urutannya (Suprijatna et al., 2005).
Prinsip
utama molting adalah
memberikan masa istirahat bertelur bagi ayam umur dewasa. Agar ayam bisa
beristirahat, maka kita perlu memberikan “cekaman” pada ayam, barulah produksi
telur terhenti dan alat-alat reproduksinya akan mengalami “perbaikan”. Cekaman
atau tekanan yang dimaksud diantaranya dengan mengurangi jumlah ransum secara
bertahap, memuasakan ayam tanpa diberi ransum sama sekali selama beberapa
waktu, atau mengubah susunan formulasi ransum. Namun, dari beberapa metode
tersebut, yang paling sering dilakukan di lapangan adalah metode kedua yaitu
memuasakan ayam. Inilah yang biasa dilakukan peternak dan disebut dengan
istilah force molting.
Karena
dipuasakan, ayam akan membongkar cadangan makanannya selama seminggu,
mendegradasi lemak abdominal yang dimanfaatkan untuk sumber energi. Hal
terpenting dalam proses molting ini
adalah menstimulir berperannya hormon prolaktin dalam menghambat sementara
hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH)
dan Luteinizing Hormone (LH)
sehingga proses pembentukan sebutir telur terhenti sementara waktu. Setelah 30
hari atau 60 hari perlakuan molting ini
lalu diberikan jatah pakan dan air minum serta rangsangan cahaya seperti biasa,
dan kedua hormon tersebut akan kembali beraktivitas seakan-akan menjadi ayam
petelur muda.
Setelah molting akan
terjadi peningkatan produksi telur, disebabkan adanya perbaikan fungsi ovarium
oleh sel atau jaringan baru (Barua et al., 2001). Razak (2010) melaporkan bahwa
terjadi peningkatan telur yang cukup signifikan pada ayam petelur afkir setelah
dilakukan program molting menggunakan
metode pemuasaan atau pembatasan pakan.
K.
Nutrisi Fase Force Molting
Kondisi kekurangan nutrien pada ayam
yang mendapatkan perlakuan force
molting dengan puasa pakan total dan pembatasan pakan akan
menyebabkan proses peneluran berhenti selama 4 minggu. Hal ini terjadi akibat
kurangnya konsumsi energi dan nutrien lain sehingga proses pembentukan telur
terganggu (Yunanto et al., 1998). Pada saat istirahat produksi terjadi refreshing dan
perbaikan organ reproduksi (Rasyaf, 1994) sehingga mampu menaikkan kembali
produksi telur pasca force
molting.
Produksi
telur ayam akan menurun sampai dengan 0% pada saat perlakuan force molting. Pada
minggu ke 7, ketika pakan diberikan normal kembali maka produksi telur mulai
ada peningkatan. Mulai minggu ke 8 terjadi peningkatan produksi yang sangat cepat
sampai dengan tercapainya puncak produksi pada minggu ke 10. Pada minggu-minggu
berikutnya produksi telur sedikit demi sedikit menurun hingga pada minggu ke 16
produksi berada pada tingkat 69%. Pada ayam petelur afkir yang tidak diberi
perlakuan force molting,
produksi telur harian cenderung konstan pada kisaran 48-68% dengan rata-rata
59,4% (Mulyono, 2008).
L.
Waktu Force Molting
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa proses molting pada
tubuh ayam terjadi secara berurutan. Namun proses molting yang
tidak sama antara ayam yang satu dengan yang lainnya dalam satu kelompok ayam
menyebabkan produksi telur harian (hen
day) menjadi tidak seragam. Untuk membuat ayam molting secara
bersamaan maka dilakukan force
molting. Ayam akan bertelur kembali dan karena proses mulai
bertelurnya bersamaan maka diharapkan terjadi puncak produksi ke-2 dengan
persentase hen day cukup
optimal dan menguntungkan peternak.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajak (2010), force molting dengan
menggunakan metode puasa makan selama 10 hari (ayam tetap diberi minum),
kemudian dilanjutkan hari ke-11 sampai ke-30 ayam diberikan ransum komplit 25%
atau jagung saja 50% dari konsumsi normal, hasilnya cukup memuaskan. Pada
penelitian ini dicapai puncak produksi sampai 86% dengan rataan produksi telur
mencapai 68,20%.
Untuk
kondisi Indonesia dengan iklim tropis, mungkin perlu dimodifikasi dalam
pemberian air minum meskipun ayam mengalami puasa makan. Pada metode california molting program,
ayam yang mati akan lebih banyak karena ayam dipuasakan dalam waktu 10 hari.
Akan tetapi, produksi telur berikutnya akan lebih baik sebab ayam lebih lama
tidak bertelur.
Ayam layer memiliki
siklus produksi yang khas biasanya mulai bertelur di umur 18-20 minggu dan
mengalami puncak produksi hingga kurang lebih mencapai umur 80-90 minggu (ISA
Layer Commercial Manual Guide, 2017) . Pada umur tersebut peternak bisa
mengambil keputusan apakah ayam layer yang
dipeliharanya akan diafkir atau dilakukan program force molting. Sebenarnya
lazimnya force molting atau molting yang
dipercepat sudah tidak dianjurkan lagi untuk dilakukan, sebab dengan adanya
kemajuan genetik layer modern
saat ini ayam sudah mampu berproduksi dengan performa produksi yang bagus.
Dengan kemajuan genetik, untuk stabilisasi berat telur di angka maksimum
rata-rata 64-65 gram membuat kualitas kerabang telur tetap terjaga, walaupun
dipelihara sampai 90 bahkan 100 minggu. Tren di dunia pun semakin turun untuk
melakukan force molting dikarenakan
di berbagai negara sudah dilarang terkait aturan kesejahteraan hewan (animal welfare).
Artinya force molting dilakukan
apabila benar-benar dalam situasi darurat atau terpaksa dan sesuai dengan
aturan yang berlaku di suatu negara terkait aturan animal welfare.
Memang perlakuan ini harus dilakukan secara disiplin. Kelalaian sedikit saja
akan mengakibatkan kerugian hingga bahkan menyebabkan kematian. Demikian pula
kondisi ayam harus benar-benar sehat sebelum dilakukan molting serta
kualitas pakan yang diberikan tetap dipertahankan seperti biasa.
M. Kelebihan dan Kekurangan Forfe Molting
Proses force
molting yang dilakukan pada ayam petelur yang sudah tua memang
memiliki beberapa efek positif, di antaranya:
v Setelah force molting, yaitu ketika bulu baru sudah
tumbuh, ayam akan kembali bertelur meski jumlah produksinya tidak setinggi masa
bertelur normal. Peningkatan produksi telur biasanya bervariasi sekitar 10-30%
dibandingkan jika tidak dilakukan force molting, tergantung status kesehatan
dan tingkat cekaman stres yang dialami ayam. Untuk gambaran saja, sebelum force
molting selama satu periode yaitu dari umur 20-80 minggu, satu ekor
ayam rata-rata bisa menghasilkan 20 kg telur. Sedangkan setelah force
molting, ayam hanya mampu memproduksi 11-12 kg telur. Selain itu, ayam yang
telah mengalami force molting masa produksinya lebih singkat.
Normalnya produksi dimulai dari umur 20 minggu sampai afkir artinya bisa
berproduksi selama 60-70 minggu, tetapi setelah proses force molting biasanya
ayam akan sanggup berproduksi sekitar 25-30 minggu, kemudian baru diafkir.
Proses force molting ini hanya dilakukan satu kali.
v Kualitas telur lebih baik, Kualitas telur yang dihasilkan
akan lebih baik, di mana ukuran telur bisa lebih besar/berat dari normal dan
warna kerabang lebih baik. Menurut penelitian Widodo (2008), dilaporkan bahwa
program force molting memberikan hasil yang memuaskan terhadap
kualitas telur. Kerabang telur menjadi coklat kembali dan kualitas kerabang
lebih tebal.
v Feed Intake, Walaupun memiliki efek positif namun apabila tidak
dilaksanakan dengan tepat dan optimal akan menimbulkan efek negatif dari
proses force molting tersebut diantaranya sebagai berikut: –
Program ini adalah kondisi dimana ayam akan sengaja dibuat mengalami stres.
Sehingga tidak menjamin semua ayam bisa melakukan force molting. –
Selama force molting akan terjadi penurunan produksi telur
secara drastis atau ayam berhenti bertelur sama sekali, serta terjadi penurunan
bobot badan. – Program force molting ini bisa memicu tingkah
laku abnormal ayam seperti mematuk-matuk bahkan kanibalisme.Apabila kondisi
ayam tidak siap untuk diberikan perlakuan force molting, bisa
mengalami kematian karena kondisi tubuh yang lemah. – Program ini membutuhkan
waktu yang tidak sebentar jadi memang harus diperhitungkan sesuai kebutuhan dan
kondisi pasar. – Adanya biaya tambahan seperti dari biaya pakan, desinfektan,
serta persiapan obat-obatan tambahan. – Resiko terinfeksi penyakit hingga
kematian
N.
Persiapan dan Penanganan yang Matang
Dalam
melakukan program ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar efek
negatifnya bisa diminimalisir, antara lain:
1.
Sebelum force molting
a. Ayam harus dipastikan sehat. Jika
ada ayam yang tidak sehat, maka harus diafkir (dijual) karena ayam bisa mati
ketika force molting dijalankan. Cek status kesehatan ayam
dengan melakukan uji titer antibodi di laboratorium. Lebih baik lagi jika
sebelumnya ayam telah mendapatkan program vaksinasi sesuai aturan.
b. Sebelum melakukan force molting,
sebaiknya peternak melakukan seleksi berat badan ideal ayam. Standar bobot
badan ayam yang akan di-force molting harus berkisar 1,9-2 kg
dengan usia berkisar 90 minggu atau lebih. Yang perlu diingat adalah 2-3 hari
sebelum molting dan selama produki telur masih ada tetap
diberikan penambahan kalsium seperti Oyster shells atau sumber
lain 4-6 gram per ekor agar tidak kekurangan kalsium pada tulang
c. Ciptakan kondisi Iingkungan
kandang yang nyaman dan bersih, pengaturan suhu kandang yang terprogram, dan
pengaturan penyinaran cahaya.
d. Tingkatkan biosekuriti.
Saat molting biasanya ayam menjadi sangat lemah dan tingkat
stresnya tinggi sehingga rentan terserang penyakit. Oleh karenanya jadwal
pembersihan dan desinfeksi sebaiknya ditingkatkan juga. Begitu juga desinfeksi kandang.
Saat ada ayam pilih desinfektan yang aman, seperti Antisep, Neo Antisep atau Medisep. 2. Selama force molting.
e. Vaksinasi yang terprogram dengan
baik tidak akan memberikan hasil pencegahan penyakit yang optimal jika tidak
didukung dengan pelaksanaan biosekuriti yang ketat selama program. Oleh karena
itu, tingkatkan biosekuriti khususnya pada orang, peralatan, dan kendaraan yang
berpindah-pindah seperti tim vaksinator, mobil ayam afkir, kotak telur dll.
4.
Refleksi
Setelah
Ananda mempelajari materi mempersiapkan kanandang dan peralatan dalam
agribisnis ternak ruminansia perah yang mencakup Persyaratan kanandang,
bangunan kanandang dan layout/tata letak, konstruksi kanandang, kebutuhan kanandang
dan jumlah peralatan jenis-jenis peralatan dan sarana pendukung kanandang,
inventarisasi kebutuhan kanandang dan peralatan, bahan-bahan untuk sanitasi kanandang,
kebutuhan, dosis dan procedure sanitasi harap jawab pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut
a.
Pertanyaan: Hal-hal apa saja yang dapat ananda lakukan tekait dengan materi evaluasi
pemberian pakan dalam agribisnis ternak ruminansia perah? |
Jawaban: |
b.
Pertanyaan: Aspek
menarik apa saja yang Ananda temukan dalam materi evaluasi
pemberian pakan dalam agribisnis ternak ruminansia perah ? |
Jawaban: |
c.
Pertanyaan: Manfaat
apa saja yang ananda peroleh dari materi evaluasi
pemberian pakan dalam agribisnis ternak ruminansia perah ? |
Jawaban: |
d.
Pertanyaan: Manfaat
apa saja yang ananda peroleh dari materi evaluasi
pemberian pakan dalam agribisnis ternak ruminansia perah ? |
Jawaban: |
5.
TUGAS
Pilihlah salah satu tugas
di bawah ini
a.
Buatlah suatu makalah tentang evaluasi
pemberian pakan untuk kegiatan pemerahan sapi !
b.
Buatlah suatu makalah tentang evaluasi
pemberian pakan untuk kegiatan pemerahan kerbau !
c.
Buatlah suatu makalah tentang evaluasi
pemberian pakan untuk kegiatan pemerahan kambing !
6.
Tes Formatif
Jawablah
pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan jelas !
1.
Jenis bahan pakan apa saja yang
diperlukan untuk meningkatkan produksi susu?
2.
Jenis limbah peternakan apa saja
yang diperlukan untuk proses pembuatan konsentrat sapi pada masa laktasi?
C. Penilaian
1.
Sikap
Anda diminta untuk
melakukan penilaian diri. Penilaian ini dilakukan cara sebagai berikut :
a. Bacalah pernyataan yang ada di dalam kolom
dengan teliti
b. berilah tanda cek (√)
sesuai dengan sesuai dengan kondisi dan keadaan kalian sehari-hari
a.
SIKAP
SPRITUAL
NO |
ASPEK PENGAMATAN |
SKOR |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu |
|
|
|
|
2 |
Mengucapkan rasa
syukur atas karunia Tuhan |
|
|
|
|
3 |
Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/presentasi |
|
|
|
|
4 |
Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat
melihat kebesaran Tuhan |
|
|
|
|
5 |
Merasakan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu
pengetahuan |
|
|
|
|
Jumlah Skor |
|
|
|
|
Keterangan
:
1.
Tidak pernah, apabila tidak
pernah melakukan
2.
Kadang-kadang, apabila
kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
3.
Sering, apabila sering melakukan
sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
4.
Selalu, apabila selalu melakukan
sesuai pernyataan
b.
Sikap Jujur
NO |
Aspek Pengamatan |
SKOR |
|||
1 |
2 |
3 |
4 |
||
1 |
Tidak nyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan/tugas |
|
|
|
|
2 |
Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa
menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas |
|
|
|
|
3 |
Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa adanya |
|
|
|
|
4 |
Melaporkan data atau informasi apa adanya |
|
|
|
|
5 |
Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki |
|
|
|
|
Jumlah Skor |
|
|
|
|
Keterangan
:
1.
Tidak pernah, apabila tidak
pernah melakukan
2.
Kadang-kadang, apabila
kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan
3.
Sering, apabila sering melakukan
sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan
4.
Selalu, apabila selalu melakukan
sesuai pernyataan
c.
Sikap Disiplin
NO |
Sikap yang diamati |
Melakukan |
|
YA |
Tidak |
||
1 |
Masuk tempat PKL tepat waktu |
|
|
2 |
Mengumpulkan tugas tepat waktu disekolah |
|
|
3 |
Memakai seragam sesuai tata tertib ditempat PKL |
|
|
4 |
Mengerjakan tugas yang diberikan ditempat PKL |
|
|
5 |
Tertib dalam mengikuti kegiatan di tempat PKL |
|
|
2. Pengetahauan
Jawablah pernyataan di bawah ini
dengan singkat dan jelas !
1.
Jelaskan syarat kandang, bangunan
kandang dan layout/tata letak kandang, konstruksi kandang , kebutuhan kandang
dan jumlah peralatan untuk terak ruminansia perah.
2.
Jenis peralatan apa saja yang diperlukan
untuk kegiatan pemerahan ternak sapi, kerbau, ternak atau kambing !
3.
Sarana pendukung kandang apa saja
yang diperlukan untuk kegiatan pemerahan ternak ruminansia perah agar hasilnya
dapat maksimal
4.
Jenis peralatan kesehatan apa saja
yang diperlukan untuk proses pemelihara atau kegiatan pemerahan ternak
ruminansia !
5.
Menurut pendapat Anda apakah
peralatan sarana pendukung kandang seperti timbangan untuk ternak dan mixer
harus diadakan oleh peternak/pengelola ternak ? berilah alasannya.
3.
Keterampilan
Lakukan kegiatan persiapan kandang
dan peralatan untuk kegiatan agribisnis ternak ruminansia perah dengan kriteria
sebagai berikut:
NO |
Kriteria ( 100%) |
YA |
Tidak |
|
1 |
Syarat kandang,
bangunan kandang dan layout/tata letak kandang, konstruksi kandang ,
kebutuhan kandang dan jumlah peralatan untuk terak ruminansia perah |
|
|
|
2 |
Menetukan jenis-jenis
peralatan dan sarana pendukung kandang dalam agribisnis ternak ruminansia
perah |
|
|
|
3 |
Menginventarisasi kebutuhan
kandang dan peralatan untuk usaha agribisnis ternak ruminansia perah |
|
|
|
4 |
Menentukan bahan -
bahan untuk sanitasi kandang dan peralatan |
|
|
|
5 |
Menentukan kebutuhan
dosis bahan untuk sanitasi dan prosedur sanitasi |
|
|
|
6 |
Melakukan sanitasi kandang
dan peralatan agribisnis ternak ruminansia perah |
|
|
soal ternak unggas petelur SMK
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 GUNUNG TULEH J...
-
INOVASI SMKN1 GUNUNG TULEH 1. Bagaimana Membuat Pelet Apung? 2. Mengapa Pelet Bisa Mengapung? Sebelumnya mari kita tinjau jenis p...
-
INI ALASAN PENTING MENGAPA PERLU MASUK SMK Mengenali minat dan bakat anak sejak dini sangatlah penting. Pada usia SD – SMP, ini akan me...